SEMANTIK
Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang
makna kata
Makna kata secara umum :
- Makna denotasi
Disebut juga makna lugas atau
sebenarnya. Merupakan perlambang dari benda yang diwakilkan oleh kata itu
sendiri.
- Makna konotasi
Disebut juga makna kias.
Merupakan kiasan dari makna sebenarnya.
Perubahan makna :
- Meluas → makna sekarang dirasakan lebih luas
Contoh : Bapak, Ibu, saudara,
putra, berlayar
- Menyempit → makna sekarang dirasakan lebih sempit
Contoh : madrasah, sastra, pendeta, sarjana
- Ameliorasi → makna sekarang dirasakan lebih baik / halus
Contoh : wanita, istri, pramuwisma
- Peyorasi → makna sekarang dirasakan lebih kasar
Contoh : gerombolan, perempuan, kaki tangan
- Sinestesia → perubahan makna karena tanggapan dua indra yang berbeda
Contoh : mukanya masam, kata-katanya pedas
- Asosiasi → perubahan makna berasosiasi dengan yang dimaksud
Contoh : Berikan amplop pada
petugas agar dapat sukses
Amplop (tempat surat)
berasosiasi dengan amplop (uang untuk suap)
ü
Antonim → lawan kata
ü
Sinonim → persamaan kata
ü
Hipernim → kata umum
ü
Hiponim → kata khusus
Contoh hipernim dan hiponim :
Binatang → Anjing, kucing, ayam, burung
Binatang adalah hipernim dari Anjing, kucing, ayam,
burung
Anjing, kucing, ayam, burung adalah hiponim dari
Binatang
ü Homonim → satu kata mempunyai 2 arti,
pengucapan dan tulisan sama
Contoh : bisa → dapat ganjil → aneh
→ racun → lawan genap
ü Homograf → sama tulisan, bunyi dan arti
berbeda
Contoh : sêdan – sedan , têras
– teras, apêl-apel
ü Homofon → sama bunyi, tulisan dan arti
berbeda
Contoh : bank – bang , copy – kopi
ü
Polisemi → kata yang bermakna banyak
Makan → memasukkan sesuatu ke
dalam mulut
→ makan uang
→ makan gaji
→ makan hati
HOMONIM, POLISEMI, HIPONIM dan HIPERNIM
Homonim
Adalah merupakan
satu kata yang mempunyai arti ganda. Misalnya kata bisa. Kata ini dapat berarti ‘racun’ juga bisa berarti
‘dapat’. Homonim dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Homofon
Adalah merupakan dua kata yang memiliki lafal yang sama, tetapi arti dan
tulisannya berbeda. Misalnya kata bank dengan bang. Kata bank mempunyai arti
tempat yang aman untuk menyimpan uang. Kata bang merupakan kata panggilan untuk
lelaki dewasa.
- Homograf
Adalah merupakan dua kata yang memiliki penulisan yang sama, namun lafal
dan artinya berbeda. Misalnya kata sedan. Kata sedan yang pertama memiliki
lafal sama seperti membaca huruf e pada kata ember dan memilki arti mobil yang
elegan. Kata sedan yang kedua memiliki lafal sama seperti membaca huruf e pada
kata sekali dan memiliki arti sedih.
- Homofon dan homograf
Adalah merupakan dua kata yang memiliki baik penulisan maupun lafal yang
sama, tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Misalnya kata ganjil. Kata
ganjil yang pertama dapat berarti aneh, janggal. Kata ganjil yang kedua adalah
untuk istilah matematika yang berarti bukan genap.
Polisemi
Adalah merupakan
kata yang mempunyai banyak makna. Misalnya kata makan. Biasanya, kita
mengartikan makan sebagai kegiatan di mana kita memasukkan makanan ke dalam
mulut untuk dikunyah dan ditelan. Akan tetapi, pengertian yang sama tidak dapat
diterapkan dalam frase ‘makan hati’. Dalam hal ini, frase ini berarti mengesalkan.
Masih banyak contoh lainnya seperti makan uang, makan suap, makan gaji, dan
sebagainya.
Sebagai contoh
kedua, kita gunakan kata kaki. Biasanya, kita mengartikan kaki sebagai salah
satu anggota tubuh untuk berjalan. Akan tetapi, pengertian ini tidak dapat
diterapkan pada frase ‘kaki gunung’. Frase ini berarti dasar gunung. Beda
halnya pula dengan kaki meja, kaki bukit, dan sebagainya.
Hiponim dan hipernim
Hiponim
merupakan kata khusus, sedangkan hipernim merupakan kata umum. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh berikut.
Binatang adalah
kata yang termasuk hipernim, tetapi ayam, kambing, kucing termasuk kata-kata
hiponim
PERIBAHASA UMUM
A
Ada gula ada semut:
beberapa hal di dunia ini amat sulit atau bahkan mustahil disembunyikan. Dapat
juga berarti, beberapa hal di dunia ini selalu diikuti oleh konsekuensinya yang
mustahil dihindari
Ada udang di balik batu:
jika seseorang kelihatannya berbuat baik, belum tentu hatinya tulus. Bisa jadi
ia memiliki maksud-maksud tertentu atau tersembunyi
Air beriak tanda tak dalam: orang yang terlalu banyak berbicara adalah orang yang
tidak terlalu paham masalah pembicaraannya.
Air susu dibalas dengan air tuba: perbuatan baik terhadap seseorang dibalas dengan
perbuatan jahat
Air tenang menghanyutkan:
- orang yang pendiam biasanya memiliki banyak pengetahuan.
- perempuan yang pendiam itu biasanya menarik perhatian banyak orang
B
Badai pasti berlalu segala penderitaan pasti ada akhirnya.
Bagai air di daun talas:
- ketidakcocokan antara dua orang, seperti air yang ditaruh di atas daun talas akan terpisah
- orang yang tidak mempunyai pendirian
Bagai katak dalam tempurung: orang yang
wawasannya tidak terlalu luas. Ia tidak tahu situasi lain, selain di sekitar
tempatnya berada saja
Bagai bulan kesiangan: paras rupa yang pucat (karena sakit
ataupun patah hati).
Bagai pinang dibelah
dua: dua orang atau hal yang sama, dan tidak
terlihat bedanya.
Bermain air basah, bermain api terbakar:
- setiap pekerjaan senantiasa ada untung ruginya.
- jika baik mendapat pahala, jika buruk dihukum
Besar pasak daripada tiang : lebih besar
pengeluaran daripada penghasilan; boros.
C
Cabik-cabik bulu ayam: dua orang bersaudara
berkelahi/berselisih, tetapi lama kelamaan berbaikan lagi.
Condong yang akan menimpa: perbuatan yang akan
mendatangkan celaka.
D
Datang tampak muka,
pulang tampak punggung: harus mengikuti tata krama.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: haruslah
mengikuti/menghormati adat istiadat di tempat tinggal kita
Duduk sama rendah, tegak sama
tinggi:
sejajar dalam martabat atau tingkatnya.
E
Enggang sama enggang, pipit sama pipit:
- anak orang besar kawin dengan anak orang besar, orang kecil dengan orang kecil pula.
- sudah begitu adatnya.
Esa hilang, dua terbilang: terus berjuang/berusaha dengan gigih sampai tercapai tujuan/cita-cita.
F
Fajar
menyingsing, elang menyongsong: sambutlah hari dengan semangat berusaha/bekerja yang
gigih/kuat.
G
Gajah
di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat: kesalahan orang lain terlihat, kesalahan diri sendiri
tidak terlihat.
Gajah mati karena gadingnya:
orang sering mendapat kesusahan/kesukaran justru karena kelebihan yang ada
padanya.
H
Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua: meski jasad manusia sudah tidak berbentuk lagi, jika
manusia ini pernah melakukan budi baik maka orang lain pasti masih mengingat
budi baiknya itu.
Hemat
pangkal kaya:
- Orang yang selalu berhemat akan menjadi kaya.
- Bila ingin kaya, hendaklah berhemat. Bila bersikap boros hanya akan menambah hutang
I
J
Jauh di mata, dekat di hati: walaupun tidak bertemu
karena dipisahkan oleh jarak namun di hati tetap terkenang/teringat selalu.
Jika tak ada rotan, akar pun berguna: Bila tak ada sesuatu yang
baik, yang kurang baik pun dapat dipergunakan.
K
Karena nila setitik, rusak susu
sebelanga:
hanya karena kesalahan kecil yang nampak tiada artinya, seluruh persoalan
menjadi kacau dan berantakan.
L
Laksana garam dengan asam artinya cocok sekali,
seia sekata.
M
Main
api hangus, main air basah: setiap melakukan
pekerjaan pasti ada resikonya.
Menang
jadi arang, kalah jadi abu: dalam
pertengkaran, menang atau kalah sama-sama menderita kerugian.
N
Nasi
sudah menjadi bubur: Kejadian atau perbuatan
yang telah terlanjur terjadi atau dilakukan.
O
Orang
haus diberi air, orang mengantuk disorongkan bantal: orang yang dalam kesengsaraan, mendapatkan pertolongan
P
Putus
tali tempat bergantung, terban tanah tempat berpijak - kehilangan orang tempat menyandarkan hidup, misal istri
kehilangan suami sedangkan anak masih kecil-kecil.
R
Rajin
pangkal pandai - jikalau kita rajin
alhasil kita akan menjadi pandai juga.
Rendah
gunung, tinggi harapan - sedemikian
tingginya harapan sehingga gunungpun terlihat lebih rendah dibanding harapan
tersebut
S
Sambil
menyelam minum air mengerjakan suatu
pekerjaan, dapat pula menyelesaikan pekerjaan atau masalah yang lain.
Sekali
merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui:
satu kali melakukan pekerjaan, mendapatkan beberapa hasil (atau keuntungan)
sekaligus.
T
Tong
kosong nyaring bunyinya: orang yang banyak
bicara biasanya tidak berilmu.
U
Udang
dibalik batu : artinya punya maksud
tertentu; niat yang sebenarnya belum
disampaikan
Y
Yang dijolok tidak dapat, penjolok
tinggal di atas artinya:
Gaya Bahasa atau Majas
Majas atau gaya bahasa adalah suatu bahasa kias yang memanfaatkan makna
konotasi untuk meningkatkan efek atau pesan pada para pendengarnya.
- GAYA BAHASA PENEGASAN
- Pleonasme : yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang sama maksud dengan kata yang mendahuluinya.
Ä
Naiklah ke atas, turun ke bawah, saya lihat
dengan mata kepala sendiri.
- Repetisi : yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa
Ä
Adakah suaraku kaudengar. Adakah petunjukku kau
ikuti. Adakah nasihatku kaupegang teguh.
- Tautologi : penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat.
Ä
Terus, teruskan cita-citamu.
Ä Jangan, jangan kau ulangi lagi.
- Paralelisme : yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.
Ä Ada padang ada belalang, ada usaha
pasti menang.
- Klimaks : Melukiskan keadaan yang makin menaik.
Ä Suaranya perlahan, lantang,
mengguntur, menggeledek, membangkitkan semangat.
- Antiklimaks : Melukiskan keadan yang makin menurun.
Ä Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu,
seribu, ataupun gopek, seratuspun aku
tidak punya.
- Retorik : Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dimaklumi jawabannya.
Ä Bukankah kau ingin bahagia juga?
- Inversi : Susunan kalimat dibalik (P – S)
Ä Datanglah ia ke rumahku.
- Elipsis : Menggunakan kalimat tidak lengkap/elips. (S/P/O/K)
Ä Saya?
Ä Pergi!
Ä Ke kamar?
- Koreksio : Mengoreksi pernyataan sebelumnya.
Ä Bajunya kemerah-merahan, bukan merah muda
yang dipakainya kemarin.
- Interupsi : Menyisipkan kelompok kata pada bagian kalimat.
Ä Ia, juga teman-temannya, telah
pergi.
- Asindenton : Menyebutkan hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Ä Bus, truk, sedan, jip, motor, smuanya
diperiksa.
- Polisidenton : Menyebutkan hal berturut-turut menggunakan kata penghubung.
Ä Sesudah bangun lalu ia mandi dan segera
ganti baju untuk pergi ke sekolah.
- Praterito : Menyembunyikan maksud sebenarnya.
Ä Tak perlu saya sebutkan orangnya
seharusnya kamu sudah tahu.
- Enumerasia : Uraian penegasan dengan kalimat pendek-pendek.
Ä Manusia hidup dari zaman ke zaman. Yang
satu berhubungan dengan yang lain. Rukun dan damai selalu dijaga. Saling bina
martabat bersama. Agar semua hidup bahagia.
- Eklamasia : Pemakaian kata seru untuk mempertegas.
Ä Oh Tuhan, mengapa begini!
Ä Wah, bahaya sekali!
- GAYA BAHASA PERBANDINGAN
- Metafora : Membandingkan langsung.
Ä Pemuda adalah bunga bangsa.
Ä Jantung hatinya hilang tanpa berita.
- Personifikasi : Penjelmaan benda mati menjadi hidup atau penginsanan.
Ä Dinding itu menjadi saksi bisu.
Ä Kulihat ada bulan di kotamu, lalu turun ke
rumahmu.
- Litotes : Merendahkan diri.
Ä Mamprilah ke gubuk kami.
Ä Makanlah seadanya!
- Hiperbola : Melebih-lebihkan sesuatu.
Ä Kamu ini berkepala batu!
Ä Harga-harga mencekik leher.
- Metonimia : Menggunakan kata menyatakan sesuatu hal yang mempunyai pertalian arti yang kuat.
Ä Ia membeli Kijang baru.
- Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan lambang.
Ä Lintah darat harus dibasmi.
Ä Jangan percaya kepada buaya darat.
- Eufemisme : Melembutkan maksud tertentu.
Ä Ia pergi ke kamar kecil. (=WC)
Ä Ia memang sedikit kurang pandai.
(=bodoh)
- Alusio : Menggunakan peribahasa atau kejadian umum.
Ä Jangan sampai peristiwa G30SPKI terulang
lagi.
Ä Dasar tua-tua keladi.
- Parabel : Maksud samar-samar dalam sebuah cerita.
Ä Cerita Ramayana
Ä Bhagawat Gita
- Asosiasi : Perbandingan terhadap keadaan denotasi.
- Tropen : Kiasan atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Ä Berhari-hari ia terbenam dengan
buku.
Ä Presiden terbang ke Surabaya.
Ä Setiap hari kerjaannya hanya
mengukur Jalan Menteng Raya
- Sinekdoke
Ä Totem pro parte : Menyebut
keseluruhan untuk sebagian.
Ä SMA Kanisius juara basket se-DKI.
Ä
Pars pro toto : Menyebut sebagian untuk
keseluruhan.
Ä
Sudah lama ia tidak kelihatan batang hidungnya.
Ä
Sepuluh jiwa kehilangan tempat tinggal.
- Perifrasis : Mengunakan frase sebagai uraian penjelas.
Ä Pagi-pagi, ia sudah pergi. → Sebelum
matahari keluar dari peraduannya, ia sudah pergi.
- Antonomasia : Julukan untuk seseirang.
Ä
Si Kancil sedang membual.
- Alegori : Pemakaian perbandingan lengkap untuk melukiskan suatu keadaan.
Ä
Pengantin bau bagaikan pendayung perahu yang
baru memulai pelayarannya. … (dilanjutkan dalam cerita)
- GAYA BAHASA SINDIRAN
- Ironi : Gaya bahasa sindiran halus.
Ä Bagus benar tulisanmu. (Padahal
jelek)
- Sinisme : Gaya bahasa sindiran tajam.
Ä Sakit telingaku mendengar suaramu.
Ä Sepanjang hari makan saja kerjamu.
- Sarkasme : Cemooh yang kasar, bahkan terkadang kutukan.
Ä Cis! Jijik saya melihat mukamu!
Ä Mati saja orang tidak tahu diri sepertimu!
- GAYA BAHASA PERTENTANGAN
- Paradoks : Menggunakan kata kata yang seolah-olah bertentangan.
Ä Ia orang pandai yang bodoh.
Ä Ia kesepian di tengah hiruk pikuk Jakarta.
- Antitesis : Menggunakan pasangan kata yang berlawanan.
Ä Tua muda, besar kecil, laki
perempuan sama saja nakalnya.
- Kontradiksi Interminis : Bertentangan dengan pernyataan sebelumnya.
Ä Semua sudah hadir kecuali Ani.
Ä Kita diminta sumbangan sukarela
minimal Rp 25.000,-
- Anakronisme : Dalam pernyataan ada yang tidak sesuai dengan sejarah.
Ä Julius Caesar sedang menelepon
saudaranya. (pada zaman itu belum ada telepon)
- Okupasi : Bantahan terhadap sesuatu yang oleh umum dianggap benar.
Ä Merokok itu sungguh merugikan. Tak ubahnya
kita membakar uang. Banyak orang terserang kanker karena merokok. Namun, bagi
sebagian orang rokok juga dapat membantu. Bagi sebagian orang, merokok dapat
memberikan inspirasi.
*) Sinonime : Menggunakan kata yang bersinonim
Ä Maksud
dan tujuannya sudah jelas.
Ä Kehendak dan keinginannya
sudah dikabulkan.
Selain pembagian di atas, majas juga dibagi menjadi 4 bagian lain, yaitu :
1. MAJAS PERBANDINGAN
i.
Perumpamaan
ii.
Metafora
iii.
Personifikasi
iv.
Depersonifikasi
v.
Alegori
vi.
Antitesis
vii.
Pleonasme
viii.
Perifrasis
ix.
Antisipaso
x.
Koreksio
2. MAJAS PERTAUTAN
i.
Metonimia
ii.
Sinekdoke
iii.
Alusio
iv.
Eufemisme
v.
Eponim
vi.
Epitet
vii.
Antonomasia
viii.
Eroteris
ix.
Paralelisme
x.
Elipsis
xi.
Gradasi
xii.
Asidenton
xiii.
Polisidenton
3. MAJAS PERTENTANGAN
i.
Hiperbola
ii.
Litotes
iii.
Ironi
iv.
Oksimoron
v.
Paronomasia
vi.
Paralipsis
vii.
Zeugma
viii.
Silepsos
ix.
Satire
x.
Inuendo
xi.
Antifrasis
xii.
Paradoks
xiii.
Klimaks
xiv.
Antiklimaks
xv.
Dekrementum
xvi.
Katabasis
xvii.
Batos
xviii.
Apostrof
xix.
Anastrof
xx.
Inversi
xxi.
Apofasis
xxii.
Hiperbaton
xxiii.
Hipalase
xxiv.
Sinisme
xxv.
Sarkasme
4. MAJAS PERULANGAN
i.
Aliterasi
: Pengulangan konsonan
ii.
Asonansi
: Pengulangan vokal
iii.
Antanaklasis
: Pengulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
iv.
Kiasmus:
Perulangan sekaligus inversi.
v.
Epizeukis
: Perulangan langsung suatu kata berturut-turut.
vi.
Tautotes
: Perulangan kata dalam suatu konstruksi.
vii.
Anafora
: Perulangan kata pertama pada setiap baris.
viii.
Epistrofa
: Perulangan kata terakhir pada setiap baris.
ix.
Simploke
: Perulangan kata awal dan akhir suatu baris.
x.
Mesodilopsis
: Perulangan kata atau frase di tengah baris.
xi.
Epanalepsis
: Perulangan kata pertama menjadi terakkhir pada baris berikutnya.
xii.
Anadilopsis
: Frase terakhir menjadi frase pertama pada baris berikutnya.
Komentar