SEMANTIK




Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna kata
Makna kata secara umum :
  1. Makna denotasi
Disebut juga makna lugas atau sebenarnya. Merupakan perlambang dari benda yang diwakilkan oleh kata itu sendiri.
  1. Makna konotasi
Disebut juga makna kias. Merupakan kiasan dari makna sebenarnya.

Perubahan makna :
  1. Meluas → makna sekarang dirasakan lebih luas
Contoh : Bapak, Ibu, saudara, putra, berlayar
  1. Menyempit → makna sekarang dirasakan lebih sempit
Contoh : madrasah, sastra, pendeta, sarjana
  1. Ameliorasi → makna sekarang dirasakan lebih baik / halus
Contoh : wanita, istri, pramuwisma
  1. Peyorasi → makna sekarang dirasakan lebih kasar
Contoh : gerombolan, perempuan, kaki tangan
  1. Sinestesia → perubahan makna karena tanggapan dua indra yang berbeda
Contoh : mukanya masam, kata-katanya pedas
  1. Asosiasi → perubahan makna berasosiasi dengan yang dimaksud
Contoh : Berikan amplop pada petugas agar dapat sukses
Amplop (tempat surat) berasosiasi dengan amplop (uang untuk suap)
     
ü  Antonim → lawan kata
ü  Sinonim → persamaan kata
ü  Hipernim → kata umum
ü  Hiponim → kata khusus
Contoh hipernim dan hiponim :
Binatang → Anjing, kucing, ayam, burung
Binatang adalah hipernim dari Anjing, kucing, ayam, burung
Anjing, kucing, ayam, burung adalah hiponim dari Binatang
ü  Homonim → satu kata mempunyai 2 arti, pengucapan dan tulisan sama
Contoh : bisa → dapat                  ganjil → aneh
                      → racun                            → lawan genap
ü  Homograf → sama tulisan, bunyi dan arti berbeda
Contoh : sêdan – sedan , têras – teras, apêl-apel
ü  Homofon → sama bunyi, tulisan dan arti berbeda
Contoh : bank – bang , copy – kopi
ü  Polisemi → kata yang bermakna banyak
Makan       → memasukkan sesuatu ke dalam mulut
                  → makan uang
                                    → makan gaji
                                    → makan hati


HOMONIM, POLISEMI, HIPONIM dan HIPERNIM

Homonim
Adalah merupakan satu kata yang mempunyai arti ganda. Misalnya kata bisa. Kata ini dapat berarti ‘racun’ juga bisa berarti ‘dapat’. Homonim dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  1. Homofon
Adalah merupakan dua kata yang memiliki lafal yang sama, tetapi arti dan tulisannya berbeda. Misalnya kata bank dengan bang. Kata bank mempunyai arti tempat yang aman untuk menyimpan uang. Kata bang merupakan kata panggilan untuk lelaki dewasa.

  1. Homograf
Adalah merupakan dua kata yang memiliki penulisan yang sama, namun lafal dan artinya berbeda. Misalnya kata sedan. Kata sedan yang pertama memiliki lafal sama seperti membaca huruf e pada kata ember dan memilki arti mobil yang elegan. Kata sedan yang kedua memiliki lafal sama seperti membaca huruf e pada kata sekali dan memiliki arti sedih.

  1. Homofon dan homograf
Adalah merupakan dua kata yang memiliki baik penulisan maupun lafal yang sama, tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Misalnya kata ganjil. Kata ganjil yang pertama dapat berarti aneh, janggal. Kata ganjil yang kedua adalah untuk istilah matematika yang berarti bukan genap.

Polisemi
Adalah merupakan kata yang mempunyai banyak makna. Misalnya kata makan. Biasanya, kita mengartikan makan sebagai kegiatan di mana kita memasukkan makanan ke dalam mulut untuk dikunyah dan ditelan. Akan tetapi, pengertian yang sama tidak dapat diterapkan dalam frase ‘makan hati’. Dalam hal ini, frase ini berarti mengesalkan. Masih banyak contoh lainnya seperti makan uang, makan suap, makan gaji, dan sebagainya.

Sebagai contoh kedua, kita gunakan kata kaki. Biasanya, kita mengartikan kaki sebagai salah satu anggota tubuh untuk berjalan. Akan tetapi, pengertian ini tidak dapat diterapkan pada frase ‘kaki gunung’. Frase ini berarti dasar gunung. Beda halnya pula dengan kaki meja, kaki bukit, dan sebagainya.

Hiponim dan hipernim
Hiponim merupakan kata khusus, sedangkan hipernim merupakan kata umum. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
Binatang adalah kata yang termasuk hipernim, tetapi ayam, kambing, kucing termasuk kata-kata hiponim


PERIBAHASA UMUM

A


Ada gula ada semut: beberapa hal di dunia ini amat sulit atau bahkan mustahil disembunyikan. Dapat juga berarti, beberapa hal di dunia ini selalu diikuti oleh konsekuensinya yang mustahil dihindari

Ada udang di balik batu: jika seseorang kelihatannya berbuat baik, belum tentu hatinya tulus. Bisa jadi ia memiliki maksud-maksud tertentu atau tersembunyi

Air beriak tanda tak dalam: orang yang terlalu banyak berbicara adalah orang yang tidak terlalu paham masalah pembicaraannya.

Air susu dibalas dengan air tuba: perbuatan baik terhadap seseorang dibalas dengan perbuatan jahat

Air tenang menghanyutkan:
  • orang yang pendiam biasanya memiliki banyak pengetahuan.
  • perempuan yang pendiam itu biasanya menarik perhatian banyak orang

B

 

Badai pasti berlalu    segala penderitaan pasti ada akhirnya.

Bagai air di daun talas:
  1. ketidakcocokan antara dua orang, seperti air yang ditaruh di atas daun talas akan terpisah
  2. orang yang tidak mempunyai pendirian
Bagai katak dalam tempurung:       orang yang wawasannya tidak terlalu luas. Ia tidak tahu situasi lain, selain di sekitar tempatnya berada saja
Bagai bulan kesiangan:         paras rupa yang pucat (karena sakit ataupun patah hati).
Bagai pinang dibelah dua:   dua orang atau hal yang sama, dan tidak terlihat bedanya.
Bermain air basah, bermain api terbakar:
  1. setiap pekerjaan senantiasa ada untung ruginya.
  2. jika baik mendapat pahala, jika buruk dihukum
Besar pasak daripada tiang : lebih besar pengeluaran daripada penghasilan; boros.
C
Cabik-cabik bulu ayam: dua orang bersaudara berkelahi/berselisih, tetapi lama kelamaan berbaikan lagi.
Condong yang akan menimpa: perbuatan yang akan mendatangkan celaka.
D
Datang tampak muka, pulang tampak punggung: harus mengikuti tata krama.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: haruslah mengikuti/menghormati adat istiadat di tempat tinggal kita
Dikasih hati minta jantung: orang yang melunjak – diberi sedikit tetapi meminta lebih.
Duduk sama rendah, tegak sama tinggi: sejajar dalam martabat atau tingkatnya.


E

Enggang sama enggang, pipit sama pipit:
  1. anak orang besar kawin dengan anak orang besar, orang kecil dengan orang kecil pula.
  2. sudah begitu adatnya.

Esa hilang, dua terbilang: terus berjuang/berusaha dengan gigih sampai tercapai tujuan/cita-cita.

F

Fajar menyingsing, elang menyongsong: sambutlah hari dengan semangat berusaha/bekerja yang gigih/kuat.
G
Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat: kesalahan orang lain terlihat, kesalahan diri sendiri tidak terlihat.
Gajah mati karena gadingnya: orang sering mendapat kesusahan/kesukaran justru karena kelebihan yang ada padanya.
H
Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua: meski jasad manusia sudah tidak berbentuk lagi, jika manusia ini pernah melakukan budi baik maka orang lain pasti masih mengingat budi baiknya itu.
Hemat pangkal kaya:
  1. Orang yang selalu berhemat akan menjadi kaya.
  2. Bila ingin kaya, hendaklah berhemat. Bila bersikap boros hanya akan menambah hutang
I
Ilmu padi, makin berisi, makin merunduk: makin banyak pengetahuan, makin merendahkan diri.

J
Jauh di mata, dekat di hati: walaupun tidak bertemu karena dipisahkan oleh jarak namun di hati tetap terkenang/teringat selalu.
Jika tak ada rotan, akar pun berguna: Bila tak ada sesuatu yang baik, yang kurang baik pun dapat dipergunakan.
K
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga: hanya karena kesalahan kecil yang nampak tiada artinya, seluruh persoalan menjadi kacau dan berantakan.
L
Laksana garam dengan asam artinya cocok sekali, seia sekata.
M
Main api hangus, main air basah: setiap melakukan pekerjaan pasti ada resikonya.
Menang jadi arang, kalah jadi abu: dalam pertengkaran, menang atau kalah sama-sama menderita kerugian.
N
Nasi sudah menjadi bubur: Kejadian atau perbuatan yang telah terlanjur terjadi atau dilakukan.
O
Orang haus diberi air, orang mengantuk disorongkan bantal: orang yang dalam kesengsaraan, mendapatkan pertolongan
P
Putus tali tempat bergantung, terban tanah tempat berpijak - kehilangan orang tempat menyandarkan hidup, misal istri kehilangan suami sedangkan anak masih kecil-kecil.
R
Rajin pangkal pandai - jikalau kita rajin alhasil kita akan menjadi pandai juga.
Rendah gunung, tinggi harapan - sedemikian tingginya harapan sehingga gunungpun terlihat lebih rendah dibanding harapan tersebut
S
Sambil menyelam minum air mengerjakan suatu pekerjaan, dapat pula menyelesaikan pekerjaan atau masalah yang lain.
Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui: satu kali melakukan pekerjaan, mendapatkan beberapa hasil (atau keuntungan) sekaligus.
T
Tong kosong nyaring bunyinya: orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu.
U
Udang dibalik batu : artinya punya maksud tertentu; niat yang sebenarnya belum disampaikan
Y
Yang dijolok tidak dapat, penjolok tinggal di atas artinya:
1.     keuntungan yang diharapkan tidak dapat, modal usaha juga ikut hilang/habis


Gaya Bahasa atau Majas

Majas atau gaya bahasa adalah suatu bahasa kias yang memanfaatkan makna konotasi untuk meningkatkan efek atau pesan pada para pendengarnya.

  1. GAYA BAHASA PENEGASAN
    1. Pleonasme : yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang sama maksud dengan kata yang mendahuluinya.
Ä  Naiklah ke atas, turun ke bawah, saya lihat dengan mata kepala sendiri.
    1. Repetisi : yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa
Ä  Adakah suaraku kaudengar. Adakah petunjukku kau ikuti. Adakah nasihatku kaupegang teguh.
    1. Tautologi : penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat.
Ä  Terus, teruskan cita-citamu.
Ä  Jangan, jangan kau ulangi lagi.
    1. Paralelisme : yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.
Ä  Ada padang ada belalang, ada usaha pasti menang.
    1. Klimaks : Melukiskan keadaan yang makin menaik.
Ä  Suaranya perlahan, lantang, mengguntur, menggeledek, membangkitkan semangat.
    1. Antiklimaks : Melukiskan keadan yang makin menurun.
Ä  Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu, ataupun gopek, seratuspun aku tidak punya.
    1. Retorik : Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dimaklumi jawabannya.
Ä  Bukankah kau ingin bahagia juga?
    1. Inversi : Susunan kalimat dibalik (P – S)
Ä  Datanglah ia ke rumahku.
    1. Elipsis : Menggunakan kalimat tidak lengkap/elips. (S/P/O/K)
Ä  Saya?
Ä  Pergi!
Ä  Ke kamar?
    1. Koreksio : Mengoreksi pernyataan sebelumnya.
Ä  Bajunya kemerah-merahan, bukan merah muda yang dipakainya kemarin.
    1. Interupsi : Menyisipkan kelompok kata pada bagian kalimat.
Ä  Ia, juga teman-temannya, telah pergi.
    1. Asindenton : Menyebutkan hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Ä  Bus, truk, sedan, jip, motor, smuanya diperiksa.
    1. Polisidenton : Menyebutkan hal berturut-turut menggunakan kata penghubung.
Ä  Sesudah bangun lalu ia mandi dan segera ganti baju untuk pergi ke sekolah.
    1. Praterito : Menyembunyikan maksud sebenarnya.
Ä  Tak perlu saya sebutkan orangnya seharusnya kamu sudah tahu.
    1. Enumerasia : Uraian penegasan dengan kalimat pendek-pendek.
Ä  Manusia hidup dari zaman ke zaman. Yang satu berhubungan dengan yang lain. Rukun dan damai selalu dijaga. Saling bina martabat bersama. Agar semua hidup bahagia.
    1. Eklamasia : Pemakaian kata seru untuk mempertegas.
Ä  Oh Tuhan, mengapa begini!
Ä  Wah, bahaya sekali!

  1. GAYA BAHASA PERBANDINGAN
    1. Metafora : Membandingkan langsung.
Ä  Pemuda adalah bunga bangsa.
Ä  Jantung hatinya hilang tanpa berita.
    1. Personifikasi : Penjelmaan benda mati menjadi hidup atau penginsanan.
Ä  Dinding itu menjadi saksi bisu.
Ä  Kulihat ada bulan di kotamu, lalu turun ke rumahmu.
    1. Litotes : Merendahkan diri.
Ä  Mamprilah ke gubuk kami.
Ä  Makanlah seadanya!
    1. Hiperbola : Melebih-lebihkan sesuatu.
Ä  Kamu ini berkepala batu!
Ä  Harga-harga mencekik leher.
    1. Metonimia : Menggunakan kata menyatakan sesuatu hal yang mempunyai pertalian arti yang kuat.
Ä  Ia membeli Kijang baru.
    1. Simbolik : Melukiskan sesuatu dengan lambang.
Ä  Lintah darat harus dibasmi.
Ä  Jangan percaya kepada buaya darat.
    1. Eufemisme : Melembutkan maksud tertentu.
Ä  Ia pergi ke kamar kecil. (=WC)
Ä  Ia memang sedikit kurang pandai. (=bodoh)
    1. Alusio : Menggunakan peribahasa atau kejadian umum.
Ä  Jangan sampai peristiwa G30SPKI terulang lagi.
Ä  Dasar tua-tua keladi.
    1. Parabel : Maksud samar-samar dalam sebuah cerita.
Ä  Cerita Ramayana
Ä  Bhagawat Gita
    1. Asosiasi : Perbandingan terhadap keadaan denotasi.
    2. Tropen : Kiasan atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Ä  Berhari-hari ia terbenam dengan buku.
Ä  Presiden terbang ke Surabaya.
Ä  Setiap hari kerjaannya hanya mengukur Jalan Menteng Raya
    1. Sinekdoke
Ä  Totem pro parte : Menyebut keseluruhan untuk sebagian.
Ä  SMA Kanisius juara basket se-DKI.
Ä  Pars pro toto : Menyebut sebagian untuk keseluruhan.
Ä  Sudah lama ia tidak kelihatan batang hidungnya.
Ä  Sepuluh jiwa kehilangan tempat tinggal.
    1. Perifrasis : Mengunakan frase sebagai uraian penjelas.
Ä  Pagi-pagi, ia sudah pergi. → Sebelum matahari keluar dari peraduannya, ia sudah pergi.
    1. Antonomasia : Julukan untuk seseirang.
Ä  Si Kancil sedang membual.
    1. Alegori : Pemakaian perbandingan lengkap untuk melukiskan suatu keadaan.
Ä  Pengantin bau bagaikan pendayung perahu yang baru memulai pelayarannya. … (dilanjutkan dalam cerita)

  1. GAYA BAHASA SINDIRAN
    1. Ironi : Gaya bahasa sindiran halus.
Ä  Bagus benar tulisanmu. (Padahal jelek)
    1. Sinisme : Gaya bahasa sindiran tajam.
Ä  Sakit telingaku mendengar suaramu.
Ä  Sepanjang hari makan saja kerjamu.
    1. Sarkasme : Cemooh yang kasar, bahkan terkadang kutukan.
Ä  Cis! Jijik saya melihat mukamu!
Ä  Mati saja orang tidak tahu diri sepertimu!

  1. GAYA BAHASA PERTENTANGAN
    1. Paradoks : Menggunakan kata kata yang seolah-olah bertentangan.
Ä  Ia orang pandai yang bodoh.
Ä  Ia kesepian di tengah hiruk pikuk Jakarta.
    1. Antitesis : Menggunakan pasangan kata yang berlawanan.
Ä  Tua muda, besar kecil, laki perempuan sama saja nakalnya.
    1. Kontradiksi Interminis : Bertentangan dengan pernyataan sebelumnya.
Ä  Semua sudah hadir kecuali Ani.
Ä  Kita diminta sumbangan sukarela minimal Rp 25.000,-
    1. Anakronisme : Dalam pernyataan ada yang tidak sesuai dengan sejarah.
Ä  Julius Caesar sedang menelepon saudaranya. (pada zaman itu belum ada telepon)
    1. Okupasi : Bantahan terhadap sesuatu yang oleh umum dianggap benar.
Ä  Merokok itu sungguh merugikan. Tak ubahnya kita membakar uang. Banyak orang terserang kanker karena merokok. Namun, bagi sebagian orang rokok juga dapat membantu. Bagi sebagian orang, merokok dapat memberikan inspirasi.

*) Sinonime : Menggunakan kata yang bersinonim
Ä  Maksud dan tujuannya sudah jelas.
Ä  Kehendak dan keinginannya sudah dikabulkan.



Selain pembagian di atas, majas juga dibagi menjadi 4 bagian lain, yaitu :
1.      MAJAS PERBANDINGAN


                                                              i.      Perumpamaan
                                                            ii.      Metafora
                                                          iii.      Personifikasi
                                                          iv.      Depersonifikasi
                                                            v.      Alegori
                                                          vi.      Antitesis
                                                        vii.      Pleonasme
                                                      viii.      Perifrasis
                                                          ix.      Antisipaso
                                                            x.      Koreksio



2.      MAJAS PERTAUTAN


                                                              i.      Metonimia
                                                            ii.      Sinekdoke
                                                          iii.      Alusio
                                                          iv.      Eufemisme
                                                            v.      Eponim
                                                          vi.      Epitet
                                                        vii.      Antonomasia
                                                      viii.      Eroteris
                                                          ix.      Paralelisme
                                                            x.      Elipsis
                                                          xi.      Gradasi
                                                        xii.      Asidenton
                                                      xiii.      Polisidenton



3.      MAJAS PERTENTANGAN


                                                              i.      Hiperbola
                                                            ii.      Litotes
                                                          iii.      Ironi
                                                          iv.      Oksimoron
                                                            v.      Paronomasia
                                                          vi.      Paralipsis
                                                        vii.      Zeugma
                                                      viii.      Silepsos
                                                          ix.      Satire
                                                            x.      Inuendo
                                                          xi.      Antifrasis
                                                        xii.      Paradoks
                                                      xiii.      Klimaks
                                                      xiv.      Antiklimaks
                                                        xv.      Dekrementum
                                                      xvi.      Katabasis
                                                    xvii.      Batos
                                                  xviii.      Apostrof
                                                      xix.      Anastrof
                                                        xx.      Inversi
                                                      xxi.      Apofasis
                                                    xxii.      Hiperbaton
                                                  xxiii.      Hipalase
                                                  xxiv.      Sinisme
                                                    xxv.      Sarkasme


4.      MAJAS PERULANGAN
                                                              i.      Aliterasi : Pengulangan konsonan
                                                            ii.      Asonansi : Pengulangan vokal
                                                          iii.      Antanaklasis : Pengulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
                                                          iv.      Kiasmus: Perulangan sekaligus inversi.
                                                            v.      Epizeukis : Perulangan langsung suatu kata berturut-turut.
                                                          vi.      Tautotes : Perulangan kata dalam suatu konstruksi.
                                                        vii.      Anafora : Perulangan kata pertama pada setiap baris.
                                                      viii.      Epistrofa : Perulangan kata terakhir pada setiap baris.
                                                          ix.      Simploke : Perulangan kata awal dan akhir suatu baris.
                                                            x.      Mesodilopsis : Perulangan kata atau frase di tengah baris.
                                                          xi.      Epanalepsis : Perulangan kata pertama menjadi terakkhir pada baris berikutnya.
                                                        xii.      Anadilopsis : Frase terakhir menjadi frase pertama pada baris berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERBA SERBI

SINTAKSIS