SINTAKSIS
JENIS KALIMAT
Pengelompokkan kalimat dapat dibagi menjadi :
- Berdasarkan jenis kata predikatnya
Ø Kalimat verbal → kalimat yang predikatnya kata kerja
Kalimat verbal dibagi lagi
menjadi :
v Kalimat aktif → kalimat yang subyeknya
melakukan kerja
Kalimat aktif ada :
o
Aktif
transitif : Kalimat aktif yang membutuhkan objek
o
Aktif intransitive : Kalimat aktif yang tidak
membutuhkan objek
o
Aktif
bitransitif : Kalimat aktif yang memiliki 2 objek
v Kalimat pasif →
kalimat yang subyeknya dikenai pekerjaan
Ø Kalimat nominal → kalimat yang predikatnya
bukan kata kerja.
Contoh :
o
Ayahnya
guru (Predikat : kata benda)
o
Anaknya
cantik (Predikat : kata sifat)
o
Duduknya di tengah (Predikat: kata keterangan)
- Berdasarkan ada tidaknya objek pada predikat kata kerja
Ø Aktif transitif :
Kalimat aktif yang membutuhkan objek
Ø
Aktif
intransitive : Kalimat aktif yang tidak membutuhkan objek
- Berdasarkan susunan subjek-predikat
§
Kalimat
bersusun biasa (subjek-predikat)
§
Kalimat
susun balik / sungsang/ inverse (predikat-subjek). Contoh :
Cantik sekali anak itu
P S
- Menurut lengkap tidaknya subjek-predikat
Ø Kalimat sempurna →
sekurang-kurangnya terdiri satu pola kalimat subjek-predikat
Ø
Kalimat tidak sempurna/ elips/ tidak
lengkap/ minor → hanya
terdiri dari subjek/ predikat/ objek/ keterangan, salah satu saja. Contoh
:
ü
Pergi !
ü
Taksi !
- Menurut jumlah subjek-predikat :
Ø Kalimat tunggal : terdiri dari satu pola kalimat (S-P)
Ø Kalimat majemuk :
terdiri lebih dari satu pola kalimat
Kalimat majemuk dibagi menjadi :
o
Kalimat majemuk setara (koordinatif)
ü
Setara menggabungkan : dan, lalu, kemudian
ü
Setara pemilihan :
atau
ü
Setara mempertentangkan : sedangkan, tetapi
ü
Sebab akibat :
sebab. Karena
ü
Setara Menguatkan : bahkan
Contoh :
Ia sangat kikir bahkan ia tak
mau membantu keluarganya
S P
- S P O
Pola kalimatnya : SP-SPO
o
Kalimat majemuk bertingkat (sub-ordinatif)
terdiri :
Klausa inti : Induk
kalimat
Klausa bawahan : klausa sematan / anak kalimat
Contoh :
S P
v Ketika saya datang, dia sudah pergi
KW S P
Pola kalimatnya : KW S P
SP
JENIS KALIMAT LAINNYA
§ Kalimat minor/Kalimat elips/Kalimat tak sempurna
Kalimat yang hanya memiliki satu unsur inti
S/P/O/K.
Contoh : Amin! Tidak Datang!
§ Kalimat Mayor
Kalimat sempurna yang sekurang-kurangnya terdapat
S – P.
§ Kalimat Inti
Cirinya :
o
Terdiri
dari dua kata yang merupakan inti kalimat
o
Susunannya
S – P
o
Intonasi
netral atau berita
Contoh :
Ayahnya guru. (KB – KS)
Ayahnya guru. (KB – KS)
Adik menangis. (KB – KK)
Anaknya cantik. (KB – KS)
§ Kalimat luas
Kalimat inti yang diperluas.
Contoh :
Adiknya pergi.
Adiknya pergi ketika hujan lebat.
§ Kalimat transformasional
Kalimat inti yang mengalami pemberian intonasi,
perubahan susunan kata atau penambahan unsur-unsur.
Contoh :
Adik
menangis. (Kalimat inti)
Adik Menangis [?] [!] (Kalimat transformasional) à Mengalami perubagan intonasi.
Menangislah adik. (P – S) (Kalimat transformasional à Mengalami perubahan susunan kata.
Adik menangis tersedu-sedu di kamar. (Kalimat transformasional) à Mengalami perluasan unsur-unsur.
PARTIKEL
Partikel adalah semacam akhiran yang berbentuk
khusus dan ringkas. Partikel sering diletakkan setelah kata dasar atau kata
berakhiran. Beda partikel dan akhiran adalah : akhiran berfungsi dalam
pembentukan kata sedangkan partikel berfungsi dalam embentukan kalimat setaraf
dengan kata tugas. Oleh karena itu, partikel masuk ke dalam bagian sintaksis.
Jenis dan fungsi partikel :
- Partikel “lah”
- Menguatkan perintah/perbuatan
Contoh : Pergilah kamu dari sini!
- Menghaluskan permintaan
Contoh : Berilah aku sehelai kertas!
- Menekankan subyek.
Contoh : Kitalah yang harus membina Orde Baru.
- Mengeraskan jabatan kata keterangan.
Contoh : Tentulah ia terlambat datang.
- Penyerahan/merendahkan diri.
Contoh : Baiklah, biarlah.
- Partikel “kah”
- Pembentuk kalimat tanya.
Contoh : Anikah
nama anak itu?
- Menekankan pertanyaan.
Contoh : Di manakah tempat tinggalmu?
- Menyatakan ketidaktentuan/ketidakpastian dalam kalimat
Contoh : Mau menggambarkah atau mau menulis,
terserah padamu.
- Partikel “tah”
- Pembentukan kata tanya dan kalimat retoris.
Contoh : Manatah mungkin orang mati hidup kembali.
- Partikel “pun”
- Berarti “juga”
Contoh : Ibu pergi ke pasar, akupun turut.
- Mengeraskan kata yang mendahuluinya
Contoh : Siapapun yang berusaha menyelewengkan UUD
1945, akan behadapan dengan pemerintah dan rakyat.
- Mengeraskan bagian kalimat yang mengandung arti perlawanan.
Contoh : Sekalipun hari hujan, ia berangkat juga.
Kalimat Fakta dan Opini
Kalimat fakta adalah
kalimat yang disusun berdasarkan data atau bukti-bukti yang benar-benar ada.
Ciri kalimat
fakta:
•
Mengandung unsur waktu yang mendetail
•
Unsur tempat juga harus mendetail
•
Merupakan berita yang berdasarkan bukti-bukti yang
benar-benar ada
Kalimat opini adalah kalimat yang
disusun berdasarkan pendapat tanpa bukti-bukti yang jelas dan hanya merupakan
pendapat pribadi itu sendiri.
Ciri:
•
Merupakan pendapat pribadi
•
Tidak
disertai bukti-bukti yang akurat
TULISAN DALAM SURAT
KABAR
•
Artikel
Artikel
merupakan salah satu bentuk karangan non fiksi yang berupa pendapat yang
disusun untuk menanggapi suatu fakta yang terjadi di masyarakat dengan
menggunakan penjabaran masalah disertai masalah.
Ciri-ciri
artikel:
v Terdapat penjabaran masalah dari fakta yang
terjadi
v
Terdapat akibat dari masalah tersebut
v
Terdapat pendapat penulis menyikapi masalah
tersebut
v
Terdapat solusi dari penulis untuk
menyelesaiklan masalah tersebut
v
Bersifat objektif
Sering juga
ditemukan analisis dari suatu artikel.
Analisis artikel
adalah bentuk tulisan untuk menanggapi pendapat-pendapat yang oleh penulis dan pendapatnya dalam
menyelesaikan masalah.
•
Tajuk rencana
Tajuk rencana
adalah karangan non fiktif yang berisi opini/pendapat penulis (biasanya
pemimpin redaksi), yang disertai alasan, fakta, dan meyakinkan guna
mempengaruhi pembaca agar menerima dan membenarkan pendapat, gagasan, dan
keyakinan penulis terhadap suatu masalah penting.
Ciri-ciri:
ü
Mengulas peristiwa penting yang bersumber pada
berita utama
ü
Menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan
penulis
ü
Berisi alasan yang diperjelas dengan fakta dan
bukti berupa contoh, data statistik, angka dan sebagainya
ü
Mengupas persoalan secara analisis sintesis
ü
Berisi gagasan dan pendapat yang mempengaruhi
pembaca sehingga pembaca mau menerima dan membenarkan gagasan tersebut
•
Esai
Esai adalah
suatu karangan non fiksi yang disusun berdasarkan pendapat penulis untuk
menanggapi suatu masalah dengan menggunakan analogi dari masalah tersebut yang
tidak memerlukan solusi dari penulis.
Ciri-ciri esai:
•
Terdapat analogi dari masalah
•
Terdapat refleksi terhadap masalahnya
•
Bersifat subjektif
•
Biasanya digunakan untuk sindiran (sarkasme)
KERANGKA KARANGAN
Kerangka
Karangan adalah kerangka yang dibuat sebelum kita membuat karangan atau
tulisan. Kerangka karangan ibarat jalan/ rambu-rambu pengarah agar karangan
kita mencapai tujuan dengan baik. Dengan kerangka karangan diharapkan karangan/
tulisan kita tidak mengalami penyimpangan. Itulah sebabnya kerangka karangan
menjadi sangat penting bagi penulis.
Kerangka
karangan terdiri dari 3 bagian:
(1) Pendahuluan,
(2) Isi, dan
(3) Penutup.
- Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar belakang timbulnya masalah. Kita dapat
memberikan penjelasan secara global pengertian dari unsur kalimat tema. Yang
dimaksud dengan unsur kalimat tema adalah unsur-unsur yang membentuk kalimat
tema yakni unsur subjek, unsur predikat, dan unsur objek atau keterangan.
- Isi
Isi karangan dapat dikembangkan dengan memasukkan alas an atau penjelasan
secara ekspositoris yang berkaitan dengan pikiran utama. Isi karangan dapat juga berisi ilustrasi berupa
bukti atau contoh atau rincian. Isi karangan berisi ide-ide pokok atau
gagasan-gagasan utama dalam membentuk sebuah karangan. Bagian ini merupakan
bagian yang paling penting dari sebuah karangan, karena inti dari karangan
tersebut terkandung dalam isi.
- Penutup
Bagian penutup biasanya berisi penegasan kembali pendapat atau gagasan
yang telah dipaparkan pada bagian isi, atau bentuk ringkas dari bagian isi.
Manfaat
dari penyusunan kerangka karangan sebelum mulai menulis:
-
susunan karangan dapat menjadi karangan yang sistematis
-
memudahkan penulis untuk menciptakan klimaks yang
berbeda-beda
-
menghindari penggarapan sebuah topic sampai dua kali
atau lebih.
-
Memudahkan
penulis untuk mencari materi pembantu.
Syarat Kerangka karangan yang
baik:
-
pengungkapan
gagasannya singkat, padat, dan jelas.
-
Pikiran-pikiran utamanya tersusun sistematis dan logis
-
Menggunakan pasangan symbol yang konsisten
-
Tiap pikiran utama didukung dengan pikiran-pikiran
penjelas.
Kerangka dalam cerpen atau prosa baru biasanya terdiri dari:
-
Pembukaan
Bagian pembukaan biasanya menceritakan secara detail mengenai kehidupan
sehari-hari tokoh dalam cerita tersebut, atau memperkenalkan watak dari
masing-masing tokoh dalam cerita.
-
Konflik
Dalam bagian ini, biasanya mulai dimunculkan konflik atau masalah yang
terjadi atau dialami oleh tokoh dalam cerita tersebut. Konflik dapat berupa konflik
dalam kehidupan sehari-hari, atau konflik batin yang dialami tokoh dalam cerita
tersebut.
-
Klimaks/ Puncak Konflik
Bagian ini berisi tentang
puncak dari konflik yang ada. Puncak permasalahan dan mulai mengarah
kepada penyelesaian.
-
Penyelesaian
Bagian penyelesaian merupakan pemecahan dari masalah yang terjadi.
penyelesaian dalam sebuah cerita dapat dibagi menjadi dua, yaitu berakhir
bahagia (happy ending) atau berakhir menyedihkan. Semua itu ditentukan oleh si pengarang cerita
sendiri.
POLA PENGEMBANGAN
PARAGRAF
Setelah memiliki bentuk-bentuk seperti
narasi, eksposisi, argmentasi, dan sebagainya, paragraph juga dapat dikembangan
dengan melalui suatu pola penalaran. Paragraf dapat dikembangkan dengan
tiga cara, yaitu
1.
Analogi
Pengembangan paragraph secara analogi adalah paragraph yang disertai
dengan contoh-contoh yang nantinya mengarah kepada suatu kesimpulan.
Contoh-contoh yang diberikan belum dapat mewakili, sehingga analogi disebut
juga generalisasi yang salah.
Contoh Paragraf Analogi :
Jakarta merupakan kota yang sering dilanda banjir. Ada kawasan-kawasan yang
sering dilanda banjir, ada juga yang aman dari banjir. Cilandak merupakan
daerah rawan banjir yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Hal yang sama
dialami juga oleh daerah Cileduk. Walaupun berada di kawasan yang berbeda,
Tanjung Duren yang terletak di Jakarta Barat juga sering dilanda banjir. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa Jakarta
merupakan kota
yang sering mengalami kebanjiran.
2.
Generalisasi
Pengembangan paragraph secara
generalisasi adalah paragraf disertai contoh-contoh yang mengarah pada suatu
kesimpulan. Contoh-contoh yang diberikan sudah mewakili kesimpulan yang ditarik
di dalam paragraph tersebut.
Contoh Paragraf Generalisasi :
Jakarta merupakan kota yang sering dilanda banjir. Cilandak dan
Cileduk adalah daerah yang sering dilanda banjir di kawasan Jakarta Selatan.
Pada kawasan Jakarta Barat, daerah Pesanggrahan, Kalideres, dan Kebon Jeruk
juga mengalami hal yang sama. Jakarta Timur, daerah Cipinang, Kalimalang, dan
Jatinegara. Jakarta Utara yaitu daerah Ancol dan Sunter. Jakarta Pusat, yaitu
Jalan Sabang, Sudirman dan Roxy. Daerah-daerah tersebut berada di seluruh kota Jakarta, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta merupakan kota yang sering mengalami kebanjiran.
3.
Sebab-akibat
Pengembangan paragraph secara sebab-akibat adalah paragraph yang diawali
dengan suatu masalah yang nantinya akan dibahas sebab dan akibat dari masalah
tersebut.
Contoh Paragraf Sebab-akibat :
Seno merupakan anak yang nakal. Ia tidak pernah menuruti nasihat orang
tuanya. Suatu hari, ia membeli makanan di pinggir jalan. Setelah melahap
makanan tersebut, tiba-tiba ia merasa sakit perut. Ternyata ia sakit perut
karena memakan makanan yang sudah basi. Maka, ia segera lari pulang ke rumah
untuk meminta pertolongan. Lalu, ibunya berkata bahwa halnya dapat terjadi
sebagai akibat dari kenakalan Seno sendiri, yaitu tidak menuruti perintah
ibunya, sehingga jajan sembarangan.
IDENTIFIKASI IDE POKOK
Mengidentifikasi ide pokok dalam suatu paragraf
Hal-hal pokok yang terdapat dalam paragraf dapat
terletak baik di awal maupun di akhir paragraph. Jika ide pokok terletak pada
awal paragraf, maka paragraph itu disebut paragraph deduktif. Namun jika ide
pokok terletak pada akhir suatu paragraf, maka disebut paragraph induktif.
Biasanya, ide pokok terdapat dalam kalimat utama.
Pada paragraph deduktif, penulis biasanya
menyampaikan pernyataan-pernyataan khusus terlebih dahulu baru diikuti dengan
pernyataan umum. Sebaliknya pada paragraph induktif, penulis menyampaikan
pernyataan-pernyataan umum, kemudian baru menyampaikan pernyataan khusus.
Mengidentifikasi ide pokok dalam suatu
wacana
Dalam sebuah
wacana, terdapat sejumlah hal pokok yang menjadi inti. Hal-hal pokok tersebut
dapat ditulis secara lugas atau tersamar dan tersebar dalam setiap kalimat yang
membangun wacana. Jika dituliskan secara lugas atau eksplisit, pembaca dapat
dengan mudah menangkap inti wacana. Namun, jika ditulis secara implicit,
pembaca harus membaca dengan lebih jeli untuk memahaminya.
KALIMAT AMBIGU
Kalimat
ambigu adalah kalimat yang memiliki makna ganda, hal ini disebabkan oleh frase
ambigu yang terbentuk di kalimat, sehingga pembaca / pendengar bisa berbeda
dalam mentafsirkan maksud si pembicara/penulis.
Misalnya :
Edward kemarin memandangi lukisan
Hiubert.
Hal ini dapat diartikan sebagai edward memandangi lukisan yang terdapat
gambar hiubert, atau edward memandangi lukisan hasil karya hiubert, atau edward
memandangi lukisan milik hiubert.
Kata Penghubung
Digunakan untuk menggabunkan dua klausa menjadi
satu kalimat, ada beberapa jenis kata penghubung :
- Kata sambung menyatakan waktu
Misalnya :
sesudah, sebelum, ketika, setiba
- Kata sambung menyatakan syarat
Misalnya :
kalau, jika, jikalau, apabila, asal, andai, andaikan, andaikata
- Kata sambung menyatakan keadaan
Misalnya :
sambil, sedang, sembari, padahal
- Kata sambung menyatakan cara
Misalnya :
supaya, agar, agar supaya, tetapi, melainkan, biarpun, jikalau, walaupun,
meskipun, sekalipun, kalau
- Kata sambung menyatakan hubungan sebab akibat
Misalnya :
sebab, karena
- Kata sambung pengatar
Misalnya :
alkisah
- Kata sambung penyusun
Misalnya : lagi,
lagipula, serta
KETEPATAN PENGGUNAAN BAHASA
Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan
kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu
Macam-macam istilah :
1.
Istilah khusus
adalah istilah
yang muncul karena pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang
tertentu. Contoh : epidemi, moneter,
agraris
2.
Istilah umum
Adalah istilah
yang muncul karena unsure bahasa digunakan secara umum. Contoh : upaya, kaji, ahli
Ciri – ciri istilah :
1.
arti
: istilah dapat dijelaskan melalui sebuah batasan dan pengertian
2.
beraneka
tunggal (tidak mempunyai sinonim) atau monosemantik
3.
bermakna
tetap baik lepas maupun dalam konteks/bebas konteks
4.
dapat
dianalisis oleh rumus/lambing, misalnya O2,H2O,dsb
5.
makna
istilah tidak menimbulkan nilai rasa tertentu (bebas konotasi sosial)
6.
pemakaian istilah bersifat internasional dan
sekurang-kurangnya bersifat nasional
Pembentukan istilah :
1.
mengambil kata/gabungan kata umum dengan makna tetap
2.
menyerap dari bahasa daerah
3.
menyerap dari bahasa asing, mengadopsi, menterjemahkan
Penggabungan istilah :
1.
makna istilah baku
yang sesuai dengan prinsip pembentukan istilah
2.
bila 2 istilah bersinonim, Indonesia dan asing, keduanya dapat
dipakai
3.
sebaiknya tidak menggunakan istilah yang telah
dihilangkan
4.
gunakan istilah yang berbeda terhadap sinonim asing
yang hampir bersamaan. Contoh istilah:
biologi, kimia, fisika, kesehatan, pertanian.
Struktur Kalimat
Kata atau kelompok kata merupakan pembentuk utama kalimat. Dalam kalimat terdapat pula pengatruan
hubungan antara bagian-bagiannya sehingga kata atau kelompok kata mempunyai
fungsi atau jabatan tertentu.
Fungsi atau jabatan kata dalam kalimat yang umum adalah subyek,
predikat, obeyk, keterangan, yang sering kita kenal dengan SPOK.
Contoh : Deni memukul anjing.
Cara mengetahui subyek, predikat, dan obyek adalah sebagai berikut :
o
Siapa
yang diveritakan atau yang melakukan pekerjaan dalam kalimat tersebut diatas,
jawabnya adalah Deni, maka disini jelas bahwa Deni merupakan subyek
o
Mengapa Deni?
Deni memukul anjing. Maka dalam hal ini kata memukul sebagai
predikat
o
Apa yang dipukul Deni?
Yang dipukul
Deni adalah anjing. Jadi dalam hal ini
anjing merupakan obyek, yaitu yang dikenai pekerjaan yang dilakukan oleh
subyek.
Untuk mencari keterangan dalam
suatu kalimat dapat dibantu dengan menggunakan kata Tanya : dimana, kemana,
kapan, bilamana, berapa, bagaimana, dan sebagainya.
Contoh : Deni memukul anjing tadi
pagi di depan rumah.
o
Siapa : Deni
o
Mengapa : memukul
o
Apa : anjing
o
Kapan
: tadi pagi, merupakan keterangan waktu
o
Dimana : di depan rumah, merupakan keterangan
tempat.
Secara ringkas, jabatan kata dapat
dijadikan bagan sebagai berikut :
o
Subyek, orang yang melakukan suatu perbuatan
atau pekerjaan
o
Predikat,
pekerjaan yang dilakukan oleh subyek
o
Obyek
§
Obyek penderita, sesuatu yang dikenai pekerjaan
yang dilakukan subyek
Contoh seperti
Deni memukul anjing diatas, anjing merupakan obyek penderita
§
Obyek penyerta
Contoh : Ibu
membelikan Ani pakaian.
Ani adalah obyek
penyerta sedangkan pakaian adalah obyek penderita
§
Obyek pelaku
Obyek yang terdapat dalam kalimat pasif.
Contoh : Baju dijahit ibu untuk adik. Dalam hal ini baju merupakan obyek pelaku
o
Keterangan
§ Keterangan waktu : tadi pagi, kemarin
siang
§
Keterangan tempat : di sekolah, di rumah
§ Keterangan alat : dengan cangkul, dengan
pisau
§
Keterangan sebab : karena
§
Keterangan akibat : maka, sehingga
§
Keterangan maksud / tujuan : agar, supaya
§
Keterangan syarat : jika, kalau
Kalimat yang terdiri minimal dari subyek dan predikat seperti kalimat –
kalimat diatas disebut kalimat sempurna atau kalimat mayor. Selain itu terdapat pula kalimat minor /
elips / tidak lengkap, seperti : Pergi!, Taksi!
Ada juga kalimat susun balik atau kalimat sungsang / inversi yang mempunyai
pola kalimat P-S, predikat-subyek, seperti : Cantik sekali anak itu. Cantik sekali merupakan predikat dan
anak itu merupakan subyek.
KALIMAT LANGSUNG DAN
TIDAK LANGSUNG
Kalimat
langsung adalah kalimat berita yang memuat
peristiwa atau kejadian dari sumber lain dengan langsung menirukan, mengutip
atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut.
Contoh:
1.
Ayah menyuruhku, “Antarkan
surat ini ke kantor Bapak!”
Pengiring Kutipan
2. “Silakan,
masuk!” kata Pak Guru kepada Husin.
Kutipan Pengiring
3.
“Kak, kau disuruh
ibu!” kata Heni, “disuruh makan.”
Kutipan Pengiring Kutipan
Ciri-ciri:
- Bertanda petik dalam bahasa tulis.
- Intonasi bagian kutipan bernada lebih tinggi daripada bagian lainnya.
- Berkemungkinan susunan:
a) pengiring/kutipan
b) kutipan/pengiring
c) kutipan/pengiring/kutipan
4.
Bunyi pertama awal kutipan dimulai dengan huruf kapital.
Contoh
lain kalimat langsung:
“Saya mau pulang ke rumah,” kata ibu,”Saya mau
mengerjakan PR.”
Kalimat tak langsung adalah ragam kalimat berita yang
memuat peristiwa atau kejadian dari
sumber lain yang diubah susunannya oleh penutur, tidak secara langsung
menirukan atau mengucapkan dari sumber tersebut.
Contoh :
- Ayah menyuruhku untuk mengantarkan surat ini ke kantornya.
- Pak Guru menyilakan Husin untuk masuk.
- Heni berkata kepada kakaknya bahwa ia dipanggil ibu untuk makan.
Ciri-ciri:
- Tidak bertanda petik.
- Intonasi mendatar dan menurun pada akhir kalimat.
- Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan, yakni:
a) kata ganti orang ke-1 menjadi kata orang
ke-3
b) kata ganti orang ke-2 menjadi kata
orang ke-1
c) kata
ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka,
sesuai dengan isinya.
4. Berkata
tugas: bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dan sebagainya.
JENIS PARAGRAF
Berdasarkan
letak kalimat utamanya, paragraph dibagi menjadi 3 bagian :
Ø
Paragraf deduksi
→ Paragraf yang letak kalimat utamanya ada di awal paragraph
Contoh :
Rumah Badu
sangat luas. Rumahnya dikelilingi oleh taman yang luasnya hamper dua
kalinya rumahku. Gedung rumahnya sendiri teridri dari ntiga lantai. Lantai
pertama digunakan untuk ruang keluarga, ruang tamu dan ruang makan. Lantai 2
ada kamar tidur orang tuanya dan ruang audio visual sedangkan lantai tiga
terdapat Kamar tidur Badu dan adiknya.
Kalimat
utamanya : Rumah Badu sangat luas
Ø
Paragraf induksi
→ paragraph yang kalimat
utamanya terletak di akhir paragraph
Contoh :
Kehadiran pasar swalayan dan plaza
akhir-akhir ini semakin semarak di Indonesia, terutama di Jakarta dan kota
pendukungnya seperti Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor. Kalau dulu, orang yang
berkantong tebal dan tinggal di pusat kota sajalah yang dapat menikmatinya.
Kini masyarakat menengah ke bawah pun sudah dapat menikmati sarana semacam itu.
Kondisi ini menunjukkan bahwa
pembangunan fisik di Indonesia, khususnya Jakarta dan kota pendukungnya cukup
pesat.
Kalimat utamanya : Kondisi ini
menunjukkan bahwa pembangunan fisik di Indonesia, khususnya Jakarta dan kota
pendukungnya cukup pesat.
Ø
Paragraf campuran
→ Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan akhir paragraph
Contoh :
Vandalisme yang dilakukan orang bermacam-macam. Vandalisme yang
berupa coret-coretan dengan aneka warna, misalnya dapat ditemukan pada tembok,
pagar, candi, gua, gedung dan batu-batu di gunung. Coretan itu biasanya
digunakan untuk menandai bahwa yang bersangkutan telah dating ke tempat itu.
Contoh yang lain seperti memotong dahan pohon, memetik bunga, mengambil
tanaman. Perbuatan seperti itu sering dilakukan dengan tidak menyadari
kerusakan yang diakibatkan. Vandalisme
yang dilakukan orang memang bisa bermacam-macam.
Kalimat utamanya : Vandalisme yang
dilakukan orang bisa bermacam-macam.
Paragraf
- Narasi
Merupakan jenis karangan non fiksi yang
menceritakan berdasarkan kronologis waktu.
Ciri utama:
§ kronologis waktu
§ keterangan waktu
§ fakta dan data nyata
- Deskripsi
Merupakan jenis
karangan non fiksi yang bertujuan memberikan gambaran.
Ciri utama :
§
memberikan gambaran
§
panca indera
§
cirri-ciri
- Eksposisi
Merupakan jenis
karangan non fiksi yang bertujuan memaparkan runtutan proses.
Ciri utama :
§
ilmiah
§
sistematis
§
runtun
§
proses
- Argumentasi
Merupakan jenis karangan non fiksi yang memaparkan
masalah beserta pendapat dan referensi pendukung.
Ciri utama :
§ Pendapat
§ Fakta atau bukti pendukung
- Persuasi
Merupakan jenis
karangan non fiksi yang bersifat mengajak atau mempengaruhi pembaca.
Ciri utama :
§
Ajakan
§
alasan/faka/data yang memperkuat
FRASE
Frase adalah kelompok kata yang tidak mempunyai subyek dan predikat
(bersifat nonpredikatif). Dalam sebuah
frase terdapat 2 buah unsure/ komponen.
Salah satu unsur adalah inti dan yang lain sebagai penjelas. Sebuah frase disebut menurut intinya.
Sifat frase :
o
Frase benda (frase nominal)
Adalah frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata nominal.
Misalnya :
- Ia membeli sepeda baru
- Ia membeli sepeda
Sepeda baru mempunyai distribusi
yang sama dengan kata sepeda. Kata
sepeda termasuk kata nominal, karena
itu frase sepeda baru termasuk golongan frase nominal. Secara kategorial frase nominal
terdiri dari :
§
N diikuti N seperti pada rumah pekarangan, ayah
ibu, suami istri, gedung sekolah, kakak saya
§ N diikuti V seperti pada orang
bertopi, anak berseragam, rumah bertingkat
§ N diikuti bilangan seperti pada
telur tiga butir, sawah lima petak, sarung sepuluh helai
§ N diikuti keterangan seperti pada orang
tadi, Koran kemarin pagi
§ N diikuti frase depan, seperti pada
beras dari pelanggan, penilaian terhadap masalah itu
§ N didahului bilangan seperti pada
dua buah sepeda, enam penjahat, sepuluh ekor ayam
§ N didahului kata sandang seperti
pada Si Ahmad, sang Kancil
§ Yang diikuti N seperti pada yang
ini, yang itu
§ Yang diikuti V seperti pada yang
tidak naik kelas, yang terpandai, yang bertopi
§ Yang diikuti bilangan seperti pada
yang 3 buah, yang 10 biji, yang ketiga puluh
§ Yang diikuti keterangan seperti pada yang
tadi, yang sekarang, yang kemarin siang
§ Yang diikuti frase depan seperti pada yang
ke Surabaya, yang untuk Ahmad
o
Frase kerja (frase verbal)
Adalah frase
yang mempunyai distribusi yang sama dengan frase verbal
Misal : - 2 orang siswa sedang membaca buku di
perpustakaan
- 2 orang siswa membaca buku di perpustakaan
Frase sedang membaca punya
distribusi yang sama dengan kata membaca.
Kata membaca termasuk golongan verba, karena itu frase sedang membaca
juga termasuk golongan verba
o
Frase bilangan
Frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
§
Ia membeli 2 buah jam
§
Ia membeli 2 jam
Frase 2 buah
dalam 2 buah jam punya distribusi yang sama dengan kata 2. Kata 2 termasuk golongan kata bilangan,
karena itu frase 2 buah termasuk frase bilangan
o
Frase keterangan
Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata keterangan.
§ Tadi pagi saya terlambat bangun pagi
§
Tadi saya terlambat bangun pagi
Frase tadi pagi punya distribusi yang sama dengan
kata tadi. Kata tadi termasuk
kata keterangan waktu, maka frase tadi pagi termasuk frase keterangan
o
Frase depan / preposional
Frase yang
terdiri dari kata depan sebagai penanda / penjelas diikuti oleh kata / frase
sebagai aksis / unsur pusat
Misal : Di
sebuah rumah tinggal seorang nenek renta
Frase di sebuah
rumah terdiri dari kata depan di sebagai penanda diikuti sebuah rumah sebagai
aksisnya
o
Frase adjektiva
Frase yang
terdiri dari sebuah kata sifat sebagai unsur pusat dan sebuah kata / frase
sebagai penjelas
Mis : Udaranya
terlalu panas.
Frase terlalu
panas terdiri dari panas sebagai kata sifat dan sekaligus sebagai unsur pusat
dan didahului kata terlalu sebagai penjelas.
Berdasarkan sifat relasi komponennya, frase dibedakan atas :
o
Frase endosentris koordinatif / setara : suami
istri, ayah ibu, kakak adik
o
Frase endosentris apositif : teman sekelasku,
dirawat di rumah sakit
o
Frase
endosentris atributif : ada yhang menjadi inti (DM-MD), diterangkan menerangkat
atau menerangkan diterangkan.
Contoh : rumah saya (rumah sebagai inti /
diterangkan dan saya sebagai atribut /
menerangkan; tragedi berdarah (tragedy sebagai inti sedang berdarah
merupakan atribut berimbuhan)
o
Frase
eksosentris : didahului kata depan / sambung seperti di pasar, ke kota
Frase terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
o
Inti
+ inti yang bermakna denotasi → frase setara
o
Inti
+ satelit yang bermakna denotasi → frase bertingkat
o
Inti
+ inti yang bermakna konotasi → frase idiomatik
Untuk memahaminya perhatikan contoh-contoh berikut :
·
Ahong
sedang diajukan ke meja hijau
Peran S P ket tempat
Jenis kata K.benda F.kerja F.benda
Unsur
frase -
satelit inti I I → frase
setara
Frase
bertingkat I I → frase idiomatik
·
Ahong telah mencuri meja hijau
Peran S P O
Jenis kata K.benda F.kerja F.benda
Unsur frase - satelit inti
I S
F.bertingkat F.bertingkat
·
Pelaku peledakan sedang tersenyum
Peran S P
Jenis kata
F.benda F.kerja
Unsur frase inti satelit S I
F. bertingkat F.bertingkat
·
Tragedi kemanusiaan terjadi di Bali
Peran S P ket tempat
Jenis kata F.benda K.kerja F.benda
Unsur frase inti
satelit - I
I
F.bertingkat
F.setara
·
Masyarakat
Indonesia sangat mengecam tragedi berdarah di
Bali
Peran S P O ket tempat
Jenis kata F.benda F.kerja F.benda F.benda
Unsur frase inti satelit satelit
inti inti satelit
I I
F.bertingkat F.bertingkat F.bertingkat F.setara
·
Nama
baik Indonesia sudah tercoreng oleh pelaku pengeboman
Peran S P O
Jenis kata
F.benda
F.kerja
F.benda
Unsur frase inti satelit satelit inti
S
inti
F.bertingkat
F.bertingkat
I S
inti
satelit
F.bertingkat F.bertingkat F.bertingkat
·
Pelaku pengeboman sedang dicari aparat
kepolisian
Peran S P O
Jenis kata F.benda F.kerja F.benda
Unsur frase inti
satelit satelit inti
inti satelit
F.bertingkat F.bertingkat F.bertingkat
Selain frase-frase diatas juga terdapat frase ambigu atau frase yang memiliki
makna ganda. Sebagai contoh frase
“Lukisan ayah”. Frase ini dapat berarti
lukisan milik ayah, lukisan hasil karya ayah, atau dapat pula berarti lukisan
gambar atau wajah ayah.
Sering terjadi kesalahan antara perbedaan frase dan kata majemuk. Perbedaan frase dan kata majemuk terletak
pada kesatuan artinya dan keeratan bagian pembentuknya. Keeratan itu ditandai oleh ketidakmungkinan
menyisipkan kata di antara bagian itu.
Contoh : “Orang tua itu sakit” dan “Orang tua Ani sakit”.
Orang tua dalam orang tua itu sakit merupakan frase yang berarti orang
yang sudah tua. Frase ini dapat disisipi
kata seperti yang menjadi “Orang yang sudah tua itu sakit”. Akan tetapi kata orang tua dalam Orang tua
Ani sakit merupakan kata majemuk, bermakna ayah dan ibu Ani. Kata majemuk ini tidak dapat disisipi kata
lain lagi. Sehingga dapat disimpukan
keeratan bagian pembentukan kata majemuk lebih erat daripada frase karena pada
frase masih dapat disisipi kata lain lagi sedang pada kata majemuk tidak dapat.
KLAUSA
Klausa terdapat dalam kalimat majemuk, terdiri dari :
o
Klausa inti = induk kalimat
o
Klausa
bawahan = klausa sematan = anak kalimat
Contoh : Ketika saya datang, dia sudah pergi. →
K SP
Keterangan waktu S
predikat SP
Dia sudah pergi merupakan induk
kalimat, sedang ketika saya sudah datang merupakan klausa bawahan atau yang
disebut anak kalimat perluasan keterangan waktu
Ia tidak tahu bahwa
ayahnya sakit keras. → SP O
S
P O /
Pelengkap SP
Ia tidak tahu merupakan induk
kalimat sedang bahwa ayahnya sakit keras
merupakan anak kalimat perluasan objek atau pelengkap.
Ketika ia mengalami kecelakaan, ayahnya dinas di
luar negeri dan ibunya pergi
Keterangan waktu S P K tempat S P
ke Bandung. → K
SPK - SPK
K tempat SP
Kalimat di atas merupakan kalimat
majemuk campuran dimana ketika ia mengalami kecelakaan merupakan anak kalimat
perluasan keterangan waktu, sedang ayahnya dinas di luar negeri dan ibunya
pergi ke Bandung keduanya adalah induk kalimat yang memiliki kedudukan yang
setara atau sederajat.
Jadi yang dimaksud klausa adalah
gabungan kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat karena merupakan
perluasan bagian – bagian kalimat seperti subyek, predikat, obyek, pelengkap,
atau keterangan. Klausa biasanya
dijumpai pada kalimat majemuk yang setidaknya memiliki 2 buah klausa, yang satu
klausa inti atau induk kalimat, sedang yang lain merupakan klausa bawahan atau
anak kalimat. Ciri dari klausa bawahan biasanya
didahului kata depan seperti kata bahwa, ketika, saat, akibat, dsb.
Komentar
Find the best online casino games at Lucky Club ✓ 150+ slots ✓ 220+ slots ✓ 24/7 customer support. Rating: 5 · Review 카지노사이트luckclub by Lucky Club