SERBA SERBI
Mengidentifikasi Ide Pokok Paragraf
Ide pokok adalah pikiran utama
dari suatu pemahaman/penjelasan yang bersifat konkret yang dinyatakan secara
ringkas yang menjadi isi dari suatu topik yang dibahas.
Merangkum Isi Bacaan dengan Kalimat yang
Efektif
Pada
saat berdebat, berdiskusi, dan lain sebagainya, terkadang kita membutuhkan
referensi untuk mendukung argument atau uraian pikiran yang disampaikan.
Referensi atau rujukan informasi itu bisa berupa berita, laporan, surat, makalah dan tulisan
lainnya. Pada saat menyampaikan rujukan itu, kita cukup menyampaikan rangkuman
dari naskah asli. Untuk itu, kita harus mampu membuat rangkuman untuk menunjang
kegiatan diskusi yang akan kita lakukan.
Rangkuman
merupakan tulisan ringkas yang isinya mencakup seluruh unsur – unsure penting /
pokok dari teks sumber rangkuman, Berbeda dengan ringkasan dan synopsis
rangkuman ditulis dengan dengan menggunakan kata-kata perangkum
Beberapa
hal penting untuk diperhatikan dalam merangkum adalah sebagai berikut :
1.
Mencakup seluruh gagasan pokok/penting yang terdapat
dalam naskah asli
2.
tidak menuliskan kembali ilustrasi, contoh, dan rincian
penjelas
3.
Menggunakan sudut pandang dan kata-kata perangkum
4.
Tidak mengubah sistematika isi karangan asli
5.
Tidak melebihi sepertiga dari panjang karangan yang
dirangkum.
Cara membuat
rangkuman dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata tanya
panduan, yaitu 5W+1H, atau dengan
bertolak dari kata-kata kunci yang terdapat dalam naskah.
Diskusi
Proses diskusi akan berjalan
secara efektif jika peserta menyadari haikat diskusi dan memegang teguh
prinsip-prinsip pelaksanaan diskusi.Berikut ini beberapa prinsip
berdiskusi yang harus diperhatikan.
1.
Diskusi merupakan forum ilmiah untuk bertukar pikiran
dan wawasan dalam menyikapi suatu permasalahan yang dihadapi bersama. Diskusi
bukan forum untuk berbagi pengalaman, perasaan, kepentingan , atau ilmu
kepintaran.
2.
Dalam diskusi, harus terjadi dialog atau komunikasi
intelektual dan ilmiah. Dalam hal ini, harus dijauhkan unsure emosional dan
mengabaikan kedekatan hubungan personal sehingga terlahir pemikiran-pemikiran
yang rasional dan obyektif.
3.
Diskusi merupakan forum resmi, formal, dan terbuka.
Oleh karena itu, proses komunikasi menggunakan bahasa nasional yang baku sehingga dapat
dipahami semua kalangan dengan baik. Diskusi bukan forum kekeluargaan yang
ditujukan pada kelompok terbatas.
4.
Diskusi berlangsung dalam situasi yang tertib, teratur,
dan terarah serta bertujuan jelas. Oleh karena itu, diperlukan adanya perangkat
dan instrument pendukung seperti ketua.moderator, notulis, dan tata tertib.
Proses diskusi
dikatakan hidup dan sehat jika seluruh peserta terlibah secara aktif dengan
mengikuti tatanan yang ada. Sebaliknya, akan dikatakan tidak sehat jika proses
bertukar pikiran didominasi oleh satu atau dua pikiran saja. Inti dari kegiatan
diskusi adalah terjadi proses bertukar pikiran antar peserta diskusi.
Cerpen
Aliran dalam cerpen :
1.
Realisme yang menggunakan keadaan yang sesungguhnya
2.
Romantisme yang menggunakan perasaan/intuisi untuk
menggunakan rahasia alam
3.
Naturalisme yang melukiskan kehidupan manusia secara
gamblang blak-blakan
4.
Absurdisme yang menyajikan kisah hidup yang tak
terpahami atau nisbi
5.
Impresionisme yang melukiskan suatu kejadian dan
spontan sehingga banyak hal tak terduga
Langkah-langkah menulis cerpen :
1.
Menentukan tema cerpen
2.
Mengumpulkan data-data, keterangan, informasi, dokumen
yang terkait dengan peristiwa/pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita
3.
Menentukan garis besar alur atau plot cerita. Secara
bersamaan dengan tahap ini, menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita.
4.
Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang
pengarang.
5.
Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh
6.
Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahasaan lain
serta memperbaikinya jika terdapat kekeliruan.
Puisi
Ada 3 hal penting yang harus selalu
diperhatikan pada saat membacakan puisi, yaitu lafal, intonasi dan ekspresi.
1.
Lafal (artikulasi) berkaitan dengan pengucapan
kata-kata. Pengucapan kata-kata bahasa Indonesia selama ini kerap dipengaruhi
oleh pengucapan bahasa daerah. Hal ini harus dihindari karena akan merusak
keindahan puisi yang dibacakan. Pengucapan kata-kata harus tepat dan dijaga
kemurniannya dari aksen atau logat daerah tertentu. Artikulasi atau cara
pengucapan ini erat kaitannya dengan intonasi atau lagu kalimat
2.
Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan
dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi
sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsure sangat penting dan jiwa
dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan
panjang pendek suara. Irama puisi tercipta dengan melakukan intonasi. Ada 3 jenis intonasi dalam
pembacaan puisi yaitu sebagai berikut :
·
Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata
yang dianggap penting
·
Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya
suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub dan lain sebagainya.
Sementara, suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan
lain sebagainya
·
Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapakn
suku kata atau kata
3.
Ekspresi ialah pernyataan perasaan hasil penjiwaan isi
puisi. Penjiwaan puisi dapat dilakukan jika pembaca mampu menginterpretasikan
makna puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya
pasti juga akan tidak mengena. Penjiwaan isi puisi terungkat lewat mimik serta
kinesik. Ekspresi yang baik harus dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan.
Surat Dinas
Jenis-jenis surat dinas :
1.
Surat
Permohonan
Surat permohonan berisi
permohonan atau permintaan sesuatu kepada pihak lain. Pokok-pokok surat :
·
Identitas pemohon
·
Isi permohonan
·
Tujuan dan alasan memohon
·
Batas waktu maksimal untuk menjawab permohonan
·
Pernyataan kesungguhan dalam memohon
2.
Surat
Pemberitahuan
Surat pemberitahuan berisi
suatu pengumuman atau sosialisasi informasi baru yang perlu diketahui oleh
pihak lain yang terikat. Surat ini sifatnya
hanya mengabarkan suatu berita sehingga tidak perlu untuk ditanggapi dalam
bentuk surat.
Sistematika adalah :
·
Bagian pembuka, berisi masalah pokok surat.
·
Bagian isi, berisi rincian, uraian, keterangan,
atau penjelasan dari masalah pokok yang akan diberitahukan
·
Bagian penutup, berisi harapan agar pihak yang
dituju memaklumi hal yang disampaikan
3.
Surat
Keterangan
Surat keterangan berisi
keterangan resmi tentang status/kondisi seseorang atau abrang yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang. Dalam surat
ini, harus disebutkan :
·
Data pribadi dan jabatan pihak yang membuat
keterangan
·
Data pribadi pihak yang diterangkan
·
Isi keterangan
·
Keterangan tanggal berlakunya surat
·
Pernyataan bahwa keterangan yang dibuat adalah
benar
4.
Memo dan Nota
Dinas
Memo merupakan singkatan dari kata memorandum yang berasal dari kata
memory yang berarti ingatan. Istilah nota berasal dari kata note yang berarti
catatan. Memo atau nota dinas adalah surat
khusus yang dipakai antar pejabat di lingkungan suatu lembaga. Pemakaian memo
tersebut berbeda dengan memo pribadi.
Memo pribadi dipakai oleh perseorangan dan
dapat dikirim kepada siapa saja asal orang yang dituju sudah kenal baik dengan pengirim
memo pribadi itu.
Kemahiran Berbahasa
Yang dimaksud dengan kemahiran berbahasa
disini ialah kesanggupan seseorang menggunakan bahasa dalam berkominikasi. Jika
seseorang mempunyai kemampuan menggunakan bahan untuk menyampaikan pikiran dan
perasaannya secara efektif dan efisien kepada orang lain, dan dia sanggup pula
memahami amanat yang disampaikan oleh orang lain kepadanya melalui bahasa,
berarti orang tersebut mempunyai kemahiran berbahasa.
Kemahiran berbahasa meliputi kemahiran berbicara,
mendengar, menulis, dan membaca. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam bab ini
akan kita bicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan kalimat efektif,
alinea atau paragraf, ragam karangan ilmiah, diskusi dengan segala ragamnya,
serta tipe pemimpin dan peserta diskusi yang dianggap baik.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis, serta sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Kalimat efektif mudah ditangkap dan mudah
dipahami, dan mempunyai potensi untuk tampil lebih hidup dan lebih segar.
Syarat kalimat efektif :
- Dilihat dari segi pembicara atau penulis, kalimat efektif menghendaki syarat berupa penguasaan kaidah sintaksis (tata kalimat) dan beberapa aspek kebahasaan esensial lainnya, antara lain penguasaan secara aktif sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) dan kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk mengungkapkan atau menyampaikan gagasan.
- Dilihat dari segi kalimat itu sendiri, kalimat efektif menghendaki syarat sebagai berikut:
- kesatuan gagasan yang jelas (kesatuan)
- koherensi yang baik dan kompak (kepaduan)
- penekanan yang wajar
- paralelisme (kesejajaran)
- logika (penalaran)
- variasi (keanekaragaman)
Kesatuan gagasan sebuah kalimat akan terwujud
dengan baik apabila fungsi-fungsi ( jabatan-jabatan ) kalimat jelas. Untuk
mewujudkan fungsi-fungsi kalimat yang jelas diperlukan:
- kecermatan penggunaan kata tugas,
- ketetapan pemakaian kata,
- kecermatan penggabungan dua buah konstruksi atau lebih guna menghindari kontaminasi (kerancuan),dan
- Ketepatan makna kalimat dengan menghindari kemungkinan penafsiran ganda.
Perhatikan contoh berikut!
(1.a)
|
Di desa-desa sudah banyak
memiliki posyandu. (salah)
|
(1.b)
|
Desa-desa sudah banyak memiliki
posyandu. (benar)
|
(2.a)
|
Bagi yang berminat mengikuti
lomba ini diharap segera menghubungi panitia. (salah)
|
(2.b)
|
Yang berminat mengikuti lomba
ini harap segera menghubungi panitia. (benar)
|
(3.a)
|
Jalan layang untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas kendaraan. (salah)
|
(3.b)
|
Jalan layang mengatasi
kemacetan lalu lintas kendaraan. (benar)
|
(3.c)
|
Jalan layang dibuat untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas kendaraaan. (benar)
|
Koherensi atau perpautan adalah hubungan timbal
balik antar unsur yang membangun kalimat. Koherensi dapat terwujud dengan tata
urutan kata atau kelompok kata yang tepat dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh berikut!
Perhatikan contoh berikut!
(7.a)
|
Tarmudi meninggalkan Surabaya bersama anak
dan istrinya. (salah)
|
(7.b)
|
Tarmudi bersama anak dan
istrinya meninggalkan Surabaya.
(benar)
|
(8.a)
|
Kakek saya menikmati dengan
sepuas-puasnya tadi pagi teh manis buatan ibu saya. (salah)
|
(8.b)
|
Tadi pagi kakek saya menikmati
teh manis buatan ibu saya dengan sepuas-puasnya. (benar)
|
Koherensi akan rusak oleh kesalahan penggunam
kata tugas, pemakaian kata yang maknanya tumpang-tindih, pemakaian kata-kata
yang maknanya kontradiktif, dan kesalahan penempatan keterangan aspek.
Perhatikan contoh berikut!
Perhatikan contoh berikut!
(9.a)
|
Perbuatannya itu hanya akan
mencemarkan bagi nama baik keluarga dan dirinya. (salah)
|
(9.b)
|
Perbuatannya itu hanya akan
mencemarkan nama baik keluarga dan dirinya sendiri.
(benar)
|
(10.a)
|
Banyak para pengamat
berpendapat bahwa meliburkan anak sekolah bukan cara terbaik guna
menyukseskan pemilu mendatang. (salah)
|
(10.b)
|
Banyak pengamat berpendapat
bahwa meliburkan anak sekolah bukan cara terbaik guna menyukseskan pemilu
mendatang. (benar)
|
(11.a)
|
Sering kita membuat suatu
kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari. (salah)
|
(11.b)
|
Kita sering membuat
kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari. (benar)
|
Penekanan yang wajar dapat dilakukan dengan jalan
membubuhkan partikel penekan, mempergunakan repetisi, membuat pertentangan, dan
menambahkan kata yang maknanya menyangatkan.
Perhatikan contoh berikut!
Perhatikan contoh berikut!
(14.a)
|
Pergi dia mengikuti kehendak
hatinya.
|
(14.b)
|
Pergilah dia mengikuti kehendak
hatinya.
|
(15.a)
|
Kamu suka kepadanya, aku suka
kepadanya.
|
(15.b)
|
Kamu suka kepadanya, aku pun
suka kepadanya.
|
(16.a)
|
Harapan kita begitu.
|
(16.b)
|
Harapanmu begitu, harapanku
juga begitu, harapan kita memang begitu.
|
Paralelisme atau kesejajaran sangat penting
artinya bagi kejelasan kalimat. Paralelisme diperlukan dalam kalimat-kalimat
yang mengandung rincian. Untuk mewujudkan adanya kesejajaran, kata-kata yang
merupakan rincian atas salah satu fungsi kalimat hendaknya dinyatakan dalam
bentuk yang sama atau sejajar.
Perhatikan contoh berikut!
Perhatikan contoh berikut!
(19.a)
|
Cara menegaskan atau
mementingkan sebuah kata dalam kalimat ialah pemutasian, penambahan partikel,
menggarisbawahi kata tersebut, atau mengulang kata yang sama. (salah)
|
(19.b)
|
Cara menegaskan atau
mementingkan sebuah kata dalam kalimat ialah pemutasian, penambahan partikel,
penggarisbawahan kata tersebut, atau pengulangan kata yang sama. (benar)
|
(19.c)
|
Cara menegaskan atau
mementingkan sebuah kata dalam kalimat ialah menggarisbawahi kata tersebut,
mengulang kata yang sama, memutasikan, atau menambahkan partikel penekan. (benar)
|
(20.a)
|
Proyek raksasa itu membutuhkan
dana yang besar, waktu yang lama, dan keterampilan para pekerjanya. (salah)
|
(20.b)
|
Proyek raksasa itu membutuhkan
dana yang besar, waktu yang lama, dan para pekerja yang terampil. (benar)
|
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang
memperlihatkan logika yang balk. Logika atau penalaran adalah proses berpikir
yang baik dan teratur. Sebuah kalimat yang tidak menunjukkan keteraturan
berpikir penuturnya adalah kalimat yang tidak efektif
Perhatikan contoh berikut!
(21.a)
|
Tina memang pandai menari,
tetapi mendung yang hitam itu membuat orang ragu-ragu untuk bepergian. (salah)
|
(21.b)
|
Tina memang pandai menari,
tetapi ia tidak menjadi sombong karena kepandaiannya itu. (benar)
|
(21.c)
|
Biasanya pada hari libur banyak
orang bepergian, tetapi mendung yang hitam ini membuat orang ragu-ragu untuk
bepergian. (benar)
|
(22.a)
|
Pengunjung pergelaran musik
Kantata Takwa hampir mencapai seratus dua puluh ribu orang lebih. (salah)
|
(22.b)
|
Pengunjung pergelaran musik
Kantata Takwa hampir mencapai seratus dua puluh ribu orang. (benar)
|
(22.c)
|
Pengunjung pergelaran musik
Kantata Takwa mencapai seratus dua puluh ribu orang lebih. (benar)
|
Variasi sangat penting artinya dalam karangan
yang panjang. Sebuah karangan yang monoton akan membosankan pembaca. Bila
pembaca menjadi bosan dengan kalimat-kalimat yang kurang variatif, berarti
secara keseluruhan karangan tersebut tidak efektif.
Variasi dalam sebuah karangan dapat berupa
variasi panjang-pendek kalimat, variasi bentuk kalimat, variasi bentuk
predikat, variasi pilihan kata, dan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut!
Perhatikan contoh berikut!
(23.a)
|
Selesai mengerjakan PR, lalu
Andi membaca majalah, lain menggunting artikel yang menarik, lalu menempelkan
guntingan itu pada sehelai kain. (salah)
|
(23.b)
|
Setelah selesai mengerjakan PR,
Andi membaca majalah, kemudian menggunting artikel yang menarik, lalu
menempelkan guntingan itu pada sehelai kertas. (benar)
|
Biasanya karangan dibedakan atas karangan fiktif
dan karangan faktual. Yang pertama disebut fiksi, sedang yang kedua dinamakan
nonfiksi. Fiksi umumnya hanya mengetengahkan hasil rekaan atau imajinasi
atau khayal pengarang. Imajinasi tersebut sering pula didasarkan pada peristiwa
sehari-hari sehingga ada kemungkinan dapat terjadi. Sebaliknya karangan
nonfiksi menyajikan peristiwa secara apa adanya atau secara objektif. Bahasa
fiksi biasanya bersifat konotatif dan subjektif, bahasa nonfiksi cenderung
objektif dan denotatif.
Termasuk karangan fiktif ialah
roman, novel, cerpen, kisah perjalanan, legenda, fabel, mite, dan hikayat.
Sedang contoh karangan nonfiktif dapat kita kemukakan misalnya, resensi,
skripsi, tesis, desertasi, laporan, paper atau makalah, yang semuanya termasuk
karangan ilmiah
Yang dimaksud karangan ilmiah ialah
karangan yang mengungkapkan buah pikiran hasil pengamatan, penelitian, atau
peninjauan terhadap sesuatu yang disusun menurut metode dan sistematika
tertentu, dan yang isi serta kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
Cirt-ciri Karangan Ilmiah:
(1)
|
logis, maksudnya semua
keterangan yang diketengahkan mempunyai alasan yang dapat diterima akal
|
(2)
|
sistematis, yaitu semua
yang dipaparkan disusun dalam urutan yang berkesinambungan
|
(3)
|
objektif atau faktual,
artinya keterangan yang dikemukakan didasarkan pada apa yang benar-benar ada
atau sesuai dengan fakta
|
(4)
|
teruji, artinya
keterangan yang diberikan dapat diuji kebenarannya, dan ;
|
(5)
|
bahasanya bersifat lugas atau
denotatif.
|
Syarat-syarat Karangan Ilmiah:
(1)
|
mengandung masalah serta
pemecahannya
|
(2)
|
masalah harus merangsang atau
menarik perhatian pembaca
|
(3)
|
lengkap dan tuntas, artinya
membeberkan semua segi yang berkaitan dengan masalahnya
|
(4)
|
disusun menurut sistem tertentu
dan metode tertentu sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
|
Yang tergolong karangan ilmiah antara lain:
(1)
|
Laporan ialah bentuk
karangan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang sedang dikerjakan,
digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran-saran untuk
dilaksanakan. Laporan ini disampaikan dengan cara seobjektif mungkin.
|
(2)
|
Makalah ditulis oleh
siswa atau mahasiswa sehubungan dengan tugas dalam bidang studi tertentu. Makalah
dapat berupa hasil pembahasan buku atau hasil suatu pengamatan.
|
(3)
|
Kertas kerja adalah
karangan yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan dengan
pembahasan suatu pokok persoalan, untuk dibacakan dalam rapat kerja, seminar,
simposium, dan sebagainya.
|
(4)
|
Skripsi, karya tulis
yang diajukan untuk mencapai gelar sarjana atau sarjana muda. Skripsi ditulis
berdasarkan studi pustaka atau penelitian bacaan, penyelidikan, observasi,
atau penelitian lapangan sebagai prasyarat akademis yang harus ditempuh,
dipertahankan dan dipertanggungjawabkan oleh penyusun dalam sidang ujian.
|
(5)
|
Tesis mempunyai tingkat
pembahasan lebih dalam daripada skripsi. Pernyataan-pernyataan dan teori
dalam tesis didukung oleh argumen-argumen yang lebih kuat, jika dibandingkan
dengan skripsi. Tesis ditulis dengan bimbingan seorang dosen senior yang
bertanngungjawab dalam bidang studi tertentu.
|
(6)
|
Desertasi ialah karangan
yang diajukan untuk mencapai gelar doktor. yaitu gelar tertinggi yang
diberikan oleh suatu univesitas. Penulisan desertasi ini di bawah bimbingan
promotor atau dosen yang berpangkat profesor, dan isinya pembahasan masalah
yang lebih kompleks dan lebih mendalam daripada persoalan dalam tesis.
|
(7)
|
Resensi ialah karya
tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku.
Resensi yang disebut juga timbangan buku atau book review sering
disampaikan kepada sidang pembaca melalui surat kabar atau majalah. Tujuan resensi
ialah memberi pertimbangan den penilaian secara objektif, sehingga masyrakat
mengetahui apakah buku yang diulas tersebut patut dibaca ataukah tidak.
|
Contoh kutipan sebuah resensi
"Buku ini tidak mudah dibaca. Susunan
yang kronologis, rangkaian kutipan, dan dokumen otentik membuatnya tergolong
bacaan berat. Maksud penulis memang hanya, menyuguhkan fakta-fakta yang
tercecer dalam kumpulan dokumen Amerika dan Belanda serta dalam, arsip-arsip
Inggris dan Belanda."
(8)
|
Kritik dari bahasa
Yunani kritikos yang berarti `hakim'. Kritik sebagai bentuk karangan
berisi penilaian baik-buruknya suatu karya secara objektif. Kritik tidak
hanya mencari kesalahan atau cacat suatu karya, tetapi juga menampilkan
kelebihan atau keunggulan karya itu seperti adanya.
|
(9)
|
Esai adalah semacam
kritik yang lebih bersifat subjektif. Maksudnya apa yang dikemukakan dalam
esai lebih merupakan pendapat pribadi penulisnya.
|
Alinea, atau paragraf adalah
seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain, membentuk satu kesatuan
untuk mengungkapkan atau mengemukakan satu gagasan pokok. Alinea mempunyai satu
kesatuan pikiran yang lebih luas dari kalimat.
Sebuah alinea hanya memuat satu
gagasan utama atau satu pikiran pokok. Jika kita hendak mengemukakan dua
gagasan utama, kita harus menuangkannya dalam dua alinea yang berbeda. Gagasan
utama biasanya didukung oleh beberapa gagasan bawahan, yang disebut juga
pikiran penjelas.
Gagasan utama lazimnya dituang dalam
sebuah kalimat topik, sedang pikiran penjelas dituang dalam
kalimat-kalimat penjelas. Jadi, kalimat topik ialah kalimat yang memuat
gagasan utama sebuah alinea, sedang kalimat penjelas ialah kalimat yang
mengandung pikiran penjelas alinea itu.
Sebuah alinea yang kalimat
topiknya terletak di bagian awal dinamakan alinea deduktif, sedang yang
terletak di bagian akhir kalimat disebut alinea induktif. Jika kalimat
topik sebuah alinea diletakkan di bagian awal kemudian diulang lagi di bagian
akhir, alinea demikian dinamakan alinea campuran atau alinea
induktif-deduktif
1. Contoh alinea deduktif:
Komunikasi umumnya tampil
dalam bentuknya yang informatif, edukatif dan persuasif maksudnya,
komunikasi biasa digunakan orang untuk menyampaikan pesan, mendidik, atau
mempengaruhi persepsi lawan bicara, sehingga terbentuk sikap dan bahkan opini
baru.
2. Contoh alinea induktif:
Orang tua, siapa pun dia, janganlah
menjajah anak. Sebaliknya anak patutlah selalu ingat hahwa sejahat-jahatnya
orang tua, dia tidak akan sampai hati membunuh anak hanya karena haknya tidak
dipenuhi oleh anak. Namun perlu sekali menyadari, bahwa orang tua selamanya
menghendaki yang baik bagi anaknya, sekalipun harus diakui bahwa yang
menurutnya baik itu, tidak selalu demikian menurut ukuran umum. Dengan
demikian, yang perlu ialah bagaimana menciptakan cara terbaik untuk mencapai
saling pengertian.
3. Contoh alinea campuran:
Mencari dasar baru yang
kekal, aman, dan pasti, bukan perkara kecil Satu, langkah ke depan
dalam hal ini sulit sekali. Sebaliknya, satu langkah ke belakang yang tanpa
kita sadari mudah sekali terjadi Karena itu sering kita terjebak langkah
mundur, dari sekarang itulah yang sedang kita alami.
Selain ketiga jenis alinea di atas, ada alinea
yang tidak mempunyai kalimat topik. Gagasan nama alinea tersebut terdapat pada
seluruh kalimat yang ada, yang satu sama lain menggambarkan keadaan tertentu.
Alinea demikian lazimnya dinamakan alinea deskriptif.
Contoh alinea deskriptif :
Hamparan sawah membentang luas. Padi menguning menunduk berayun-ayun, meliuk-liuk ditiup angin lembah, beromba-ombak bagai samudra. Dangau-dangau berpencaran. Bocah-bocah bertepuk sorak dengan suara nyaring, mengusir kawanan-kawanan parkit yang berpesta pora memakarn bulir-bulir padi. Bukit yang membujur bagaikan raksasa tidur, membatas di kejauhan, berselimut mega seputih kapas, menambah asri pemandangan.
Hamparan sawah membentang luas. Padi menguning menunduk berayun-ayun, meliuk-liuk ditiup angin lembah, beromba-ombak bagai samudra. Dangau-dangau berpencaran. Bocah-bocah bertepuk sorak dengan suara nyaring, mengusir kawanan-kawanan parkit yang berpesta pora memakarn bulir-bulir padi. Bukit yang membujur bagaikan raksasa tidur, membatas di kejauhan, berselimut mega seputih kapas, menambah asri pemandangan.
Menulis
Resensi
Menulis resensi buku merupakan gambaran sekaligus evaluasi
terhadap suatu buku. Sebuah ulasan harus berfokus pada tujuan, kandungan, dan
otoritas buku.
Pemindaian (Scanning) Halaman Awal Buku
Sebelum mulai membaca, perhatikan hal-hal berikut:
Sebelum mulai membaca, perhatikan hal-hal berikut:
- Judul - Apa yang tersirat dari judul buku itu?
- Kata Pengantar - Memberikan informasi penting tentang tujuan pengarang menulis buku tersebut dan membantu Anda menakar keberhasilan karyanya itu.
- Daftar Isi - Memberi tahu Anda tentang pengorganisasian buku tersebut yang akan membantu kita dalam melihat gagasan utama pengarang dan bagaimana alur pengembangannya secara kronologis, berdasarkan topik, dan sebagainya.
Membaca Isi
Mencatat kesan-kesan yang didapatkan saat membaca buku yang akan
diulas, dan perhatikan bagian-bagian yang patut dikutip.
Pertimbangkan juga pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Mencatat kesan-kesan yang didapatkan saat membaca buku yang akan
diulas, dan perhatikan bagian-bagian yang patut dikutip.
Pertimbangkan juga pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Apa bidang kajian dan bagaimana buku itu bisa dikelompokkan ke dalamnya? (Jika perlu, gunakan sumber lain agar Anda lebih akrab dengan bidang kajian tersebut.)
- Dari sudut pandang mana buku itu ditulis?
- Bagaimana gaya penulisan si pengarang? Formal atau informal? Sesuaikah dengan target pembaca? Jika ini karya fiksi, teknik menulis apa yang dipakai pengarang?
- Apakah konsepnya didefinisikan secara jelas? Bagaimana penulis mengembangkan gagasannya? Bidang apa yang tercakup/tidak tercakup di dalamnya? Kenapa demikian? Hal-hal seperti inilah yang akan membantu dalam membangun otoritas sebuah buku.
- Jika buku tersebut adalah karya fiksi, buat catatan mengenai unsur-unsur seperti penokohan, plot, setting, dan bagaimana keterkaitan semua unsur tersebut dengan tema buku. Bagaimana cara pengarang menggambarkan tokoh-tokohnya? Bagaimana pengembangannya? Bagaimana struktur plotnya?
- Seberapa akurat informasi dalam buku itu? Bandingkan dengan sumber lain, jika perlu.
- Jika relevan, buat catatan mengenai format buku, tata letak, penjilidan, tipografi, dan lain-lain. Apakah ada peta, ilustrasi? Apakah gambar-gambar itu dapat membantu pemahaman pembaca?
- Periksa halaman-halaman belakang. Apakah indeksnya akurat? Sumber apa yang dipergunakan? primer atau sekunder? Bagaimana pemanfaatannya? Catat jika ada kelalaian-kelalaian yang bisa mengganggu.
- Terakhir, sejauh mana prestasi buku itu? Apakah masih diperlukan karya selanjutnya? Bandingkan buku itu dengan buku lain dari pengarang yang sama atau berbeda. (Gunakan daftar pustaka.)
Rujukan kepada Sumber Tambahan
Berusahalah menemukan informasi lebih jauh tentang si pengarang; reputasi, kualifikasi, pengaruh, dan informasi apa pun yang relevan dengan buku yang sedang Anda bahas dan yang akan membantu dalam membangun otoritas si pengarang. Pengetahuan tentang periode kesusasteraan dan teori-teori kritik sastra juga sangat berguna bagi ulasan itu. Mintalah saran mengenai sumber yang bisa dipergunakan kepada orang yang menguasai tema buku itu dan/atau pustakawan rujukan.
Berusahalah menemukan informasi lebih jauh tentang si pengarang; reputasi, kualifikasi, pengaruh, dan informasi apa pun yang relevan dengan buku yang sedang Anda bahas dan yang akan membantu dalam membangun otoritas si pengarang. Pengetahuan tentang periode kesusasteraan dan teori-teori kritik sastra juga sangat berguna bagi ulasan itu. Mintalah saran mengenai sumber yang bisa dipergunakan kepada orang yang menguasai tema buku itu dan/atau pustakawan rujukan.
Persiapkan Kerangka Tulisan
Berusahalah untuk menyatukan kesan-kesan menjadi sebuah pernyataan atau rangkuman yang dapat menggambarkan tujuan dari ulasan yang sedang dibuat. Kemudian, buat kerangka argumen yang mendukung rangkuman tersebut. Argumen tersebut berguna untuk mengembangkan dan membuat supaya resensi menjadi logis.
Berusahalah untuk menyatukan kesan-kesan menjadi sebuah pernyataan atau rangkuman yang dapat menggambarkan tujuan dari ulasan yang sedang dibuat. Kemudian, buat kerangka argumen yang mendukung rangkuman tersebut. Argumen tersebut berguna untuk mengembangkan dan membuat supaya resensi menjadi logis.
Buat Draft Tulisan Resensi
Amati kembali catatan tersebut. Kemudian, dengan menggunakan kerangka tadi sebagai panduan sambil merujuk kepada catatan lain jika perlu, mulailah menulis. Ulasan buku harus meliputi:
Amati kembali catatan tersebut. Kemudian, dengan menggunakan kerangka tadi sebagai panduan sambil merujuk kepada catatan lain jika perlu, mulailah menulis. Ulasan buku harus meliputi:
- Informasi
Awal - Kutipan bibliografis lengkap dari buku tersebut, yaitu
judul lengkap, nama penulis, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, edisi,
jumlah halaman, tambahan khusus (peta, gambar/halaman berwarna, dan
sebagainya), harga, dan ISBN.
Contoh: Rory Maclean
Under the Dragon
Travels in a betrayed land
London: Harper Collins, 1998
224 hh. $37,50
0 00 257013 0 - Pembukaan - Berusahalah memikat perhatian pembaca dengan kalimat pembuka Anda. Pembukaan ini harus menyatakan tesis utama, dan menentukan nada ulasan Anda.
- Pengembangan - Kembangkan resensi dengan menggunakan argumen pendukung sebagaimana yang tersusun pada kerangka tulisan. Gunakan deskripsi, evaluasi, dan jika mungkin penjelasan tentang alasan pengarang menulis buku itu. Cantumkan kutipan untuk menggambarkan poin-poin penting atau sesuatu yang ganjil.
- Kesimpulan - Apabila resensi telah dikemukakan dengan baik, suatu kesimpulan akan mengikuti dengan sendirinya. Kesimpulan ini dapat berisi pernyataan terakhir atau sekadar mengulang atas resensi itu. Jangan mengedepankan hal baru di sini.
Perbaiki Draft
- Beri jeda waktu yang cukup sebelum memeriksa ulang ulasan, untuk memberi kesempatan bagi perspektif baru.
- Dengan hati-hati bacalah naskah itu secara menyeluruh, periksa kejelasan dan pertalian antarbagian.
- Perbaiki tata bahasa dan ejaan.
- Cek kutipan dan ketepatan referensi catatan kaki.
Struktur Cerpen
Secara tradisional, unsur-unsur
dalam cerpen bisa digolongkan menjadi dua bagian. Pertama adalah unsur
intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur intrinsik ini meliputi tema, latar, penokohan, sudut pandang,
alur, amanat, dan gaya
bahasa. Unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai dalam membaca karya
sastra. Kedua adalah unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra. Unsur ini antara lain meliputi pandangan
hidup pengarang, situasi politik, ekonomi, dan sosial.
Stanton (Nurgiyantoro, 2000: 25) membagi unsur sebuah cerita rekaan kepada tema, fakta, dan sarana cerita. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, kemanusiaan, dan sebagainya. Dalam hal tertentu, sering, tema dapat disinonimkan dengan ide dan tujuan utama cerita.
Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), plot, dan setting. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya, dalam sebuah novel. Oleh karena itu, ketiganya dapat pula disebut sebagai struktur faktual (factual structure) atau derajat faktual (factual level) sebuah cerita. Ketiga unsur tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan dalam rangkaian keseluruhan cerita, bukan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah satu dengan yang lain.
Sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan (literary devices), adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang bermakna. Tujuan penggunaannya sarana kesastraan adalah untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana yang ditafsirkan pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang. Macam sarana kesastraan yang dimaksud antara lain berupa sudut pandang penceritaan, gaya (bahasa) dan nada, simbolisme, dan ironi.
Berdasarkan tuntutan ekonomis serta efek pada pembacanya, biasanya penulis cerpen akan mementingkan salah satu unsur dalam cepennya (Sumardjo & Saini K.M., 1997: 37). Dalam hal ini, penekanan salah satu unsur cerpen tidak berarti meniadakan unsur-unsur lainnya. Sebuah cerpen mesti lengkap, bulat, dan utuh. Artinya, harus memenuhi unsur-unsur bentuk yang sudah disebutkan tadi. Hanya pengarang dapat memusatkan (fokus) pada salah satu unsurnya saja yang mendominasi cerpennya, seperti aspek tema.
Pantun
Pantun
merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa
Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan
dalam bahasa
Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau
empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh
a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan
namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran
dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama,
kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan
sebagai penjaga fungsi kata
dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang
makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa
suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan
yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan
berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam
berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampur dengan
bahasa-bahasa lain. Berikut contoh pantun (sebetulnya adalah karmina) dari
kalangan pemuda:
Mawar merah
tumbuh di dinding
Jangan
marah, just kidding
Namun demikian, secara umum peran sosial pantun
adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Struktur Pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran
terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi
pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan
dengan isi terkadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam
pantun ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan
dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya
terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
Drama adalah karangan dengan
bentuk dialog sebagai alurnya. Unsur-unsur drama meliputi :
- Plot
- Pemaparan/eksposisi, babak yang mengantarkan situasi awal
- Munculnya pertikaian (konflik)
- Klimaks. Babak pundak krisis
- Peleraian/antiklimaks, babak adanya peleraian
- Penyelesaian, babak akhir.
- Penokohan
- Dialog.
Dialog ini
merupakan bentuk komunikasi tokoh-tokoh yang diatur oleh sutradara dan penulis
scenario.
Tata urutan pementasan drama
- Menyusun naskah drama
- Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan.
- Reading (Calon pemain membaca kesuluruhan naskah sehingga mengenal masing-masing peran.
- Casting (Melakukan pemilihan peran)
- Mendalami peran yang akan dimainkan.
- Blocking (Pengaturan teknis pementraan oleh sutradara)
- Running (pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas)
- Gladi bersih (latihan terakhir sebelum pentas)
- Pementasan
Pidato
Pengertian pidato adalah
penyajian lisan kepada sekelompok massa.
Metode pidato adalah :
- Metode serta-merta (impromptu)
Metode
berpidato berdasarkan kebutuhan sesaat tanpa persiapan yang memadai sehingga
sangat dituntu improvisasi dari orang yang berpidato.
- Metode menghafal
Metode
berpidato yang dilakukan dengan persiapan. Naskah yang akan dipidatokan
dipersiapkan dan dihafalkan kata demi kata.
- Metode naskah
Metode
berpidato yang dilakukan dengan cara membacakan secara langsung atau naskah
yang telah dipersiapkan
- Metode Ekstemporan
Metode
berpidato dengan cara menuliskan pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan,
kemudian menyampaikan pokok-pokok pikiran tersebut dengan kata-kata sendiri.
Tujuan berpidato
- Untuk menyampaikan informasi
- Untuk menghibur/menyenangkan hati pendengar.
- Untuk menyajikan sesuatu
- Untuk membujuk/mempengaruhi pendengar.
Aspek-aspek penilaian berpidato
- Penggunaan bahasa (intonasi, artikulasi/kejelasan, pilihan kata, dan susunan kalimat)
- Struktur penyajian (kesatuan/unity), pertautan (coherence), penciptaan klimaks, dan penguasaan materi.
- Bobot materi (pemilihan tema, keakuratan dan kelengkapan data, relevansi contoh/ilustrasi, kelogisan analisis, dan penguasaan materi)
- Penampilan (ekspresi, kontak dengan khalayak, kesantunan, penguasaan panggung, dan kepercayaan diri.)
Paragraf dan
Perkembangannya
Pengertian Paragraf
Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah
paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik,
kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini
saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Paragraf dapat
juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan
adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan
berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada
paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai
selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain.
Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat
memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Sesuai dengan asas praduga tak bersalah, tersangka pada hakikatnya
secara psikologis sudah dicap terpidana, karena adanya pemberitaan pers yang
mengutip tuduhan jaksa penuntut umum dalam proses pemeriksaan. Memang jaksa
adalah satu-satunya aparat penegak hukum yang mempunyai wewenang menuduh
tersangka melakukan tindak pidana seperti yang dirumuskan dalam surat tuduhan berdasarkan
pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan polisi. Bagaimanapun tuduhan jaksa
dengan pasal-pasal dan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa tersangka pantas
dijatuhi pidana, namum majelis hakim sesuai dengan kebebasannya yang mendasari
keyakinan dan kebenaran hukum, tidak boleh begitu saja terpengaruh. Hakim harus
mampu memberikan keputusan yang seadil-adilnya. Dalam hal ini dituntut
keberanian dan keyakinan yang tinggi dan tanggung jawab yang besar terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Gagasan tentang tersangka yang
sudah dicap terpidana, tentang wewenang jaksa menuduh tersangka, tentang hakim
yang tidak boleh terpengaruh oleh tuntutan jaksa, tentang kemampuan hakim,
tetang tanggung jawab hakim; dijalin sedemikian rupa dalam kalimat-kalimat yang
membentuk sebuah kesatuan. Inilah yang dinamakan paragraf.
Macam-Macam Paragraf
Berdasarkan tujuannya, paragraf
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: paragraf pembuka, paragraf penghubung dan
paragraf penutup.
Paragraf pembuka memiliki peran
sebagai pengantar bagi pembaca untuk sampai pada masalah yang akan diuraikan
oleh penulis. Untuk itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan
perhatian pembaca, serta sanggup mempersiapkan pikiran pembaca kepada masalah
yang akan diuraikan. Usahakan paragraf pembuka ini tidak terlalu panjang agar
pembaca tidak merasa bosan. Di samping untuk menarik perhatian pembaca,
paragraf pembuka juga berfungsi untuk menjelaskan tujuan dari penulisan itu.
Paragraf penghubung berfungsi menguraikan masalah yang akan dibahas oleh seorang
penulis. Semua inti persoalan yang akan dibahas oleh penulis diuraikan dalam
paragraf ini. Oleh sebab itu, secara kuantitatif paragraf ini merupakan
paragraf yang paling panjang dalam keseluruhan karangan/tulisan. Uraian dalam
paragraf penghubung ini, antar kalimat maupun antar paragraf harus saling
berhubungan secara logis.
Paragraf penutup bertujuan untuk mengakhiri sebuah
karangan/tulisan. Paragraf ini bisa berisi tentang kesimppulan masalah yang
telah dibahas dalam paragraf penghubung, atau bisa juga berupa penegasan
kembali hal-hal yang dianggap penting dalam uraian-uraian sebelumnya
Pengembangan Paragraf.
Salah satu cara berlatih
mengembangkan paragraf dapat dilakukan dengan membuat kerangka paragraf dahulu
sebelum menulis paragraf itu. Sebagai contoh dapat dilihat paparan di bawah ini
Kerangka paragraph
Gagasan pokok : Keindahan alam di
Tawangmangu makin surut
Gagasan pununjang :
à manusia telah mengubah
segala-galanya
à hutan, sawah, dan ladang
tergusur
à pohon-pohon tidak ada
lagi
à pagar bunga sudah
diganti
à gedung-gedung mewah
dibangun
Contoh pengembangan paragraf:
Bernostalgia
tentang indahnya alam di Tawangmangu hanya akan menimbulkan kekecewaan saja.
Dalam kurun waktu 25 tahun, dinamika kehidupan manusia telah mengubah
segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang telah tergusur oleh berbagai bentuk
bangunan. Ranting dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji besi. Pagar
tanaman dan bunga yang dulu bermekaran dengan indahnya telah diterjang tembok
beton yang kokoh. Batu-batu gunung telah menghadirkan gedung plaza megah yang
menelan biaya trilyunan rupiah. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan
kemesraan dan indahnya alam ini.
Secara
ringkas, pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut. Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan layak (jangan terlalu
spesifik sehingga sulit dikembangkan, jangan pula terlalu luas sehingga
memerlukan penjelasan yang panjang lebar). Kedua, tempatkanlah kalimat topik
tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf. Ketiga,
dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail/ perincian-perincian yang
tepat. Keempat gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di
antara paragraf.
Ada beberapa teknik (cara)
mengembangkan paragraf yang dapat dilakukan. Teknik-teknik tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut.
I. Secara Alamiah
Dalam teknik
ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek/kejadian yang
dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan, yaitu: (a) urutan
ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang
berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari
luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya; (b)
urutan waktu (kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa,
perbuatan, atau tindakan.
Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
(a) urutan
ruang
Bangunan itu terbagi dalam empat ruang. Pada
ruang pertama yang sering disebut dengan bangsal srimanganti, terdapat dua
pasang kursi kayu ukiran Jepara. Ruangan ini sering digunakan Adipati
Sindungriwut untuk menerima tamu kadipaten. Di sebelah kiri bangsal
srimanganti, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka
kadipaten dan cendera mata dari kadipaten-kadipaten lain. Ruangan ini tertutup
rapat dan selalu dijaga oleh kesatria-kesatria terpilih Kadipaten Ranggenah.
Ruangan tempat menyimpan benda-benda pusaka dan cendera mata ini sering disebut
kundalini mesem. Agak jauh di sebelah kanan ruang kundalini mesem terdapat
sebuah ruangan yang senantiasa menebarkan aroma dupa. Ruang ini disebut ruang
pamujan karena di tempat inilah Sang Adipati selalu mengadakan upacara dan
kebaktian. Beberapa meter dari ruang pamujan terdapat ruangan kecil dengan
sebuah tempayan besar di tengahnya. Ruangan ini sering disebut dengan ruang
reresik, karena ruangan ini sering digunakan untuk membersihkan diri Sang
Adipati sebelum masuk ke ruang pamujan
(b) urutan waktu
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977, saat
ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali
melatihnya adalah klub Halilintar. Dari sini pretasinya terus menanjak hingga
kemudian ia dapat bergabung dengan klub Pelita Jaya sampai sekarang. Tahun 1984
ia pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke Merdeka Games di Malaysia. Waktu
ia dipanggil lagi untuk turnamen di Brunei tahun 1985, ia gagal memenuhinya
karena kakinya cedera.
II. Klimaks
dan Antiklimaks
Gagasan utama
mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah
kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang
paling tinggi kedudukan/kepentingannya. Contoh berikut kiranya dapat memperjelas
uraian ini.
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari
jaman ke jaman seiring dengan kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia.
Pada waktu mesin uap baru jaya-jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan
mesin uap. Pada waktu tank menjadi pusat perhatian orang, traktor pun
ikut-ikutan diberi model seperti tank. Keturunan traktor model tank ini sampai
sekarang masih dipergunakan orang, yaitu traktor yang memakai roda rantai.
Traktor semacam ini adalah hasil perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar,
Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian
lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang
yang khas di Indonesia
terkenal dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari
model-model sebelumnya.
Pikiran utama
dari paragraf di atas adalah bentuk
traktor mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Pikiran utama itu
kemudian dirinci dengan gagasan-gagasan : traktor yang dijalankan dengan mesin
uap, traktor yang memakai roda rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan
Jepang.
Variasi dari
klimaks ialah antiklimaks. Pengembangan dengan antiklimaks dilakukan dengan
cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi kedudukannya, kemudian
perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih rendah.
III. Umum -
Khusus & Khusus - Umum (deduktif
& induktif)
Cara
pengungkapan paragraf yang paling banyak digunakan adalah cara deduktif dan
induktif. Berikut ini secara urut akan disajikan contoh paragraf yang
dikembangkan dengan cara deduktif dan induktif.
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah
sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan
bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca
selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh
faktor tidak terjadinya persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah
yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai
bahasa nasional.
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan
serta surat menyurat yang dikeluarkan pemerintah
dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama
pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan
tertentu , demi kepentingan antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian juga pemakaian
bahasa Indoensia oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan . Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan
masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Bentuk
pengembangan paragraf juga ditentukan oleh fungsi paragraf tersebut dalam
sebuah karangan atau wacana. Ada
paragraf yang berfungsi untuk menjelaskan, membandingkan, mempertentangkan,
menggambarkan, atau memperdebatkan. Berikut ini akan dipaparkan bentuk-bentuk
pengembangan paragraf berdasarkan fungsinya dalam suatu karangan.
IV.
Perbandingan dan Pertentangan
Untuk menambah
kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha membandingkan atau
mempertentangkan. Dalam hal ini penulis berusaha menunjukkan persamaan dan
berbedaan antara dua hal. Syarat perbandingan/pertentangan adalah dua hal yang
tingkatannya sama dan kedua hal itu mempunyai persamaan sekaligus perbedaan.
Contoh berikut ini kiranya dapat memperjelas uraian di atas.
Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan
mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan
rakyatnya. Ke luar kota
paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf.
Lain halnya dengan Margareth Thacher. Sejak menjadi pemimpin partai
konservatif, ia melembutkan gaya
berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia
lebih cenderung berbelanja ke tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke
pernikahan , ke pemakaman, ke upacara resmi misalnya ke parlemen.
V. Analogi
Analogi
biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal umum dengan
hal yang belum dikenal. Analogi ini dimaksudkan untuk menjelaskan hal yang
kurang dikenal tersebut. Berikut ini akan disajikan contoh paragraf yang
dikembangkan dengan cara analogi. Di dalam contoh berikut ini penulis ingin
menjelaskan perbedaan filsafat dengan ilmu.
Filsafat dapat diibaratkan sebagai pasukan
marinir yang merebut pantai untuk mendaratkan pasukan infantri. Pasukan
infasntri ini diibaratkan sebagai ilmu pengetahuan yang diantaranya terdapat
ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.
Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan
kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Filsafat menyerahkan
daerah yang sudah dimenangkan itu kepada pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafat pun pergiu kembali menjelajah laut
lepas, berspekulasi dan meneratas.
VI.
Contoh-contoh
Sebuah
generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada
pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang konkrit. Berikut ini akan
disajikan contoh sebuah paragraf yang dikembangkan dengan contoh-contoh.
Kalimat topik contoh berikut ini mengandung gagasan pokok tentang usaha
pemerintah dalam mengejar ketertinggalan desa., dijelaskan dengan beberapa
contoh, yaitu: ABRI masuk desa, mahasiswa ber-KKN, koran masuk desa, dan
kemungkinan-kemungkinan lain.
Dalam
rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam bidang pembangunan maupun dalam
bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk
desa sudah lama kita kenal. Hasilnya pun tidak mengecewakan, seperti: perbaikan
jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung, dan lain sebagainya. Contoh lain
adalah KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah
pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan
masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan
gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat
kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya masih belum kelihatan.
Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya, misalnya bahasa Indonesia
masuk desa, jaksa masuk desa, listrik masuk desa, dan sebagainya.
VII. Sebab –
Akibat
Hubungan
kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab akibat. Dalam hal ini sebab
dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran penjelas;
atau sebaliknya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut
Jalan Jendral Sudirman akhir-akhir ini
kembali macet dan semrawut. Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita
oleh kegiatan pedagang kaki lima.
Untuk mengatasinya, pemerintah daerah akan memasang pagar pemisah antara jalan
kendaraan dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan
tenda pedagang kaki lima
tempat mereka diizinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan
mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat
keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
VIII. Definisi
Luas
Untuk
memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan
dengan beberapa kalimat atau bahkan beberapa paragraf. Berikut ini akan
disajikan contoh pengembangan paragraf yang berfungsi menjelaskan apa yang
dimaksud dengan pompa hidran, bagaimana cara kerjanya, dan bagian-bagian dari
pompa tersebut.
Pompa hidran (Hydraulicran) ialah sejelis
pompa yang dapat bekerja secara kontinue tanpa menggunakan bahan bakar atau
energi tambahan dari luar. Pompa ini bekerja dengan memanfaatkan tenaga aliran
air yang berasal dari sumber air, dan mengalirkan sebagian air tersebut ke
tempat yang lebih tinggi. Bagian utama sistem ini ialah pompa pemasukan, katub
limbah, katub pengantar, katup udara, ruang udara , dan pipa pengeluaran. Pada
dasarnya air dapat dipompakan karena adanya perubahan energi kinetis air jatuh,
yang menimbulkan tenaga yang cukup tinggi dalam ruang udara, sehingga sanggup
mengangkat dan mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi permukaannya. Desain
katub limbah dan katub pemasukan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi bergantian.
IX.
Klasifikasi
Dalam
pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai
persamaan. Pengelompokan ini biasanya dirinci lebih lanjut ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil. Berikut ini akan disajikan contoh
pengembangan paragraf dengan cara mengklasifikasikan.
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis,
dituntut beberapa kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan
kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan
kebahasaan adalah kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan
kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan
menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan
kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.
Pola urutan pengembangan paragraf
Secara umum ada 4 pola
pengembangan paragraf, yaitu sebagai
berikut :
- Pola Umum-Khusus
Dalam pola ini gagasan umum atau pokok ditempatkan di awal paragraph,
kemudian disusul gagasan-gagasan khusus sebagai rincian penjelas. Di awal
paragraph, tidak berarti gagasan itu terkandung di kalimat pertama, karena
sering sekali kalimat pertama berupa transisi. Bisa jadi gagasan utama terdapat
di kalimat kedua. Metode pengembangan ini disebut juga pola deduktif dan secara prisinsip sama
dengan pola piramida terbalik dalam penulisan berita keras.
Contoh :
Pulau Bali
adalah salah satu pulau terindah di Indonesia. Obyek wisata yang
tersedia sangat beraneka ragam. Salah satu obyek wisata yang terkenal adalah
Pantai Kuta. Tanah Lot juga merupakan obyek wisata yang terfavorit karena
keindahan akan pemandangan pada saat matahari terbenam.
- Pola Khusus-Umum
Dalam pola ini, gagasan umum atau pokok ditempatkan di akhir paragraph.
Gagasan umum ini biasanya berisi sintesa atau kesimpulan atas sejumlah kalimat
yang telah disampaikan terlebih dahulu. Metode pengembangan ini disebut juga
pola induktif. Antara gagasan utama
dan gagasan penjelas dapat terjalin sebab akibat (kausalitas). Maksudnya, gagasan
rinician penjelas berisi sebab-sebab atau alas an sesuatu, sedangkan gagasan
pokoknya berisi akibat yang ditimbulkannya.
Contoh :
Cari lokasi
lahan yang tanahnya gembur dan mengandung banyak unsur hara. Pilih biji pisang
kepok yang unggul untuk ditanam. Setelah di tanam, berikan pupuk nitrogen dan
giberilin yang memacu perkembangan bunga dan buah. Lakukan interval waktu
penyiraman yang tepat agar diperoleh hasil buah yang maksimal. Itulah
langkah-langkah untuk mendapatkan buah pisang kepok yang manis dan besar.
- Pola Umum-Khusus-Umum
Dalam pola ini, gagasan umum atau pokok ditempatkan di awal paragraph,
kemudian disusul gagasan-gagasan khusus sebagai rincian penjelas. Namun,
sebelum paragraph ditutup, gagsan penting yang telah disebut di awal paragraph
disebutkan lagi untuk memberi penegasan.
- Pola Deskriptif
Pola deskriptif dijumpai dalam karangan deskripsi dan narasi yang
isinya menggambarkan secara mendetail suatu dimensi atau ciri-ciri suatu
barang, suasana sebuah tempat, proses kejadian atau rentetan perisitiwa secara
faktual atau apa adanya. Penulis tidak memberikan penilaian atau membuat
kesimpulan atas apa yang digambarkan. Penulis hanya berusaha menghadirkan
gambaran sekonkret-konkretnya dan berharap pembaca dapat membayangkan atau
seakan-akan melihat langsung apa yang digambarkan. Kesimpulan atau penilaian
diserahkan kepada pembaca.
Berbagai hubungan makna dalam
sebuah paragraph, yaitu :
- klimaks-antiklimaks
- pertentangan-perbandingan
- persamaan sistematis
- proses
- contoh
- sebab-akibat atau akibat sebab (kausalitas)
- klasifikasi
- definisi luas
- umum-khusus atau khusus-umum
Tahap – Tahap yang harus dilalui dalam
proses menulis karangan
I.
Tahap Persiapan (Penetapan Gagasan dan Pola
Pengembangannya)
1.
Memilih Topik
Topik
merupakan persoalan yang akan dibahas dalam karangan
2.
Menentukan Tema
Perumusan
topik yang menjadi pijakan dan pedoman dalam pengembangan gagasan
3.
Menentukan Tujuan dan Bentuk Karangan
Keduanya
saling berhubungan dan sangat mempengaruhi pola pengembangan gagasan.
4.
Menentukan Pendekatan Tema
Ada 3 cara yaitu secara
faktualm imajinatif, atau gabungan
5.
Membuat Kerangka Karangan
6.
Menentukan Urutan Jalan Pikiran
II.
Tahap Penulisan Karangan
1.
Menulis kalimat pertama sebagai pembuka karangan
2.
Menulis paragraph pertama (lead) sebagai pemicu dan
pengendali laju karangan
3.
Menyusun dan menjalin kata dan kalimat menjadi
paragraph yang padu (kohesi)
4.
Membangun dan menjalin kesinambungan antar paragraph
III.
Tahap Penyempurnaan Karangan
Sebelum
dipublikasikan, karangan harus diperiksa, diedit dan diselaraskan dulu sehingga
lebih sempurna.
Membuka Karangan ddengan
Kalimat/Paragraf yang Memikat (5W+1H dan TOP KUAT)
Dalam
penulisan berita keras di Koran, biasanya karangan dibuka dengan menyajikan
informasi 5W+1H. sementara, dalam penulisan berita ringan, feature/karangan khas,
opini atau esai pada umumnya menggunakan salah satu dari rumusan TOP KUAT
berikut.
- T-Tesis
Karangan
dibuka dengan kalimat berisi pernyataan atau opini umum penulis tentang sesuatu
hal
- O-Obrolan/Dialog
Karangan
dibuka dengan adegan dialig atau percakapan tokoh/pelaku
- P-Perbuatan (tindakan)
Karangan
dimulai dengan mendeskripsikan gerak-gerik, tindakan atau rentetan perbuatan
- K-Kuriositas
Karangan
dibuka dengan pernyataan yang dapat memancing rasa penasaran atau rasa ingin
tahu pembaca.
- U-Ungkapan
Karangan
dibuka dengan menyajikan ungkapan berupa peribahasa atau kata-kata kiasan
- A-Anekdot
Karangan
dibukan dengan menyajikan sebuah ilustrasi cerita ringan atau anekdot
- T-Tanya
Karangan
dibuat dengan melontarkan suatu pertanyaan yang dapat memancing pembaca untuk
mikirkan sesuatu yang terkait topik.
Penyuntingan Karangan
Beberapa syarat untuk menjadi
editor, diantaranya adalah :
- menguasai ejaan
- mengauasai tata bahasa
- mempunyai kepekaan bahasa
- akrab dan bersahabat dengan kamus
- berpengetahuan luas
- teliti, tekun dan sabar
- mampu menulis dengan baik
- menguasai bidang tertentu
- menguasai bahasa asing
- mempunyai kepekaan pada SARA dan pornografi
Proses penyuntingan naskah secara
umum melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
- Pra-Penyuntingan
Langkah
pertama yang dilakukan adalah memeriksa secara keseluruhan bagian naskah yang
disunting, apakah sudah lengkap atau belum.
- Penyuntingan Naskah
Mengolah
naskah mentah menjadi naskah yang siap disajikan kepada pembaca
Jenis – jenis
kesalahan yang sering dijumpai pada saat penyuntingan :
- Ketepatan Ejaan
- Efektifitas Struktur Kalimat
- Diksi atau Pilihan Kata
- Akurasi Data dan Fakta
- Legalitas
- Konsistensi dan Sistematika Penulisan
- Gaya Bahasa
- Pasca-Penyuntingan Naskah
Pada tahap ini
berarti menulis ulang atau memperbaiki file/ berkas berdasarkan hasil
penyuntingan.
Ada beberapa pbagan penyajian karangan yang
lazim digunakan dalam membuat esai. Pola bagan tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut.
- DAM-D (Duduk Perkara-Alasan-Misal-Duduk Perkara)
- Masa DSD (Masa Dahulu-Sekarang-Depan)
- 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How)
- PM-HT (Perhatian- Minat-Hasrat-Tindakan)
- TAS (Tesis-Antitesis-Sintesis)
- PIK (Pendahuluan-Isi-Kesimpulan)
Membahas Ciri-Ciri dan Nilai-Nilai yang
Terkandung dalam Gurindam
Gurindam (dari
bahasa Tamil, kirandam) tampak seperti rangkaian kata mutiara, pemeo, bidal,
tamsil, atau peribahasa.
Gurindam
selalu terdiri atas 2 baris dan berbentuk kalimat majemuk bertingkat. Baris
pertama merupakan klausa anak dan baris kedua klausa induk atau sebaliknya.
Secara semantis, kedua baris itu, umumnya menyatakan hubungan sebab akibat
(kausalitas). Berbeda dengan peribahasa yang tidak tentu jumlah kata dan
barisnya, bentuk gurindam relaitf lebih terpola dan sangat memerhatikan
persajakan.
Contoh Gurindam :
Kalau
banyak berkata-kata,
di sanalah
boleh terjadi dusta.
Kurang
pikir kurang siasat,
tentu
dirimu kelak tersesat.
Kalau
ada uang di pura,
orang
lain pun menjadi saudara.
Memahami Buku Kumpulan Puisi Kontemporer
dan Mengidentifikasi Karya Sastra yang Dianggap Penting pada Tiap Periode
Adanya
karakteristik yang menandai karya sastra pada masa-masa tertentu itu mendorong
beberapa ahli sastra untuk memetakan dan mengklasifikasikan tahap-tahap
perkembangan sastra Indonesia,
mulai dari masa pembentukannya hingga masa pertumbuhannya yang terakhir.
Berikut ini salah satu
periodisasi perjalanan kesusastraan yang cakupannya paling luas.
I.
Masa Kelahiran :
1.
Periode awal – 1920
2.
Periode 1920 – 1933 (angkatan Balai Pustaka)
-
3.
Periode 1933 – 1942 (angkatan Pujangga Baru)
-
Layar Terkembang
-
Belenggu
-
Buah Rindu
4.
Periode 1942 – 1945 (angkatan Pendudukan Jepang)
II.
Masa Perkembangan :
1.
Periode 1945-1953 (angkatan 45 / kemerdekaan)
2.
Periode 1953-1961
3.
Periode 1961-1966
4.
Periode 1966-sekarang
Karakteristik angkatan Balai
Pustaka :
- Berisi kritikan terhadap adapt yang dinilai tidak relevan dengan zaman
- Bertema : kawin paksa , pertentangan pandangan antara kaum tua dan kaum muda
- Gaya bahasa dan komposisi cerita menyerupai hikayat lama
- Melalui tokoh utama, pengarang sering menyampaikan nasihat panjang-panjang
- Sebelum menuju akhir cerita, tokoh mengalami petualangan atau berkelana / merantau.
Karakteristik angkatan Pujangga
Baru :
- Bentuk karya sastranya lebih beragam , bukan saja roman, tetapi juga banyak dalam bentuk puisi
- Persoalan / tema yang diangkat tentang emansipasi wanita, kehidupan masyarakat kota dengan berbagai problematikanya, pertarungan kebudayaan Barat dan Timur
- Karya sastranya bersifat tenedensius dan didaktis.
PIDATO
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di
depan umum atau ber-orasi guna menyatakan
pendapatnya atau guna memberikan gambaran tentang suatu hal.Pidato biasanya
dibawakan oleh 1 orang lalu memberikan orasi - orasi dan pernyataan tentang
suatu hal/peristiwa yang penting dan patut dibincangkan.Pidato adalah salah
satu teori dari
pelajaran bahasa indonesia
Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk
memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya
1. Fungsi Pidato
- Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan
- Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi
- Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut
- mempermudah komunikasi
2. Pempraktekkan Pidato
- Biasanya dipraktekkan oleh pemimpin organisasi kepada anak buah organisasinya
- Dipraktekkan oleh pemimpin atau pejabat negara guna mempermudah adanya komunikasi sehingga terciptanya keadaan yang demokratis
- Dipraktekkan guna menenangkan massa / khalayak ramai
- Biasanya seorang pemimpin atau orang yang berpengaruh diwajibkan untuk menguasai teori pidato
3. Contoh Pidato
4. Macam-Macam
Metode Berpidato
1.
Impromptu (spontan / serta merta)
- Pidato yang dilakukan tanpa
persiapan apa-apa atau secara spontan
2.
Hafalan
- Pidato
dengan metode ini memerlukan persiapan tertulis secara lengkap. Materi yang
sudah ditulis tersebut dihafalkan untuk disampaikan dalam pidato
3.
Naskah
- Metode
ini berupa pembacaan naskah pidato yang sudah disiapkan secara lengkap
sebelumnya. Metode ini sering dipakai dalam pertemuan resmi tingkat tinggi.
Sifatnya agak kaku.
4.
Ekstemporan
- Uraian yang akan disampaikan
dengan metode ini disiapkan secara cermat dan ditulis dalam bentuk catatan
pokok-pokok materinya. Penyampaian pidaot dilakukan dengan menguraikan
pokok-pokok materi secara langsung saat berpidato, bukan dalam bentuk naskah.
Catatan pokok materi dijadikan sebagai pedoman umum isi dan urutan.
Mengidentifikasi Ciri-Ciri Kritik dan
Esai Sastra
Kritik sastra adalah susatu
cabang ilmu sastra yang mengadakan analisis, penafsiran, serta penilaian
terhadap sebuah teks sastra.
Ciri – Ciri kritik sastra adalah
sebagai berikut :
- Bertujuan menilai karya sastra
- Penilaian didasarkan pada criteria tertentu
- Mengemukakan kelebihan karya sastra yang dikritik
- Mengemukakan kekurangan karya sastra yang dikritik
- Mengemukakan kesimpulan penilaian kritikus
- Hanya berisi penilaian kritikus, tidak memuat ide-idenya.
Esai sastra adalah tinjauan dalam
bentuk prosa yang digunakan pengarang untuk menampilkan pendapat pribadinya
mengenai suatu masalah dalam kesusastraan.
Ciri – Ciri kritik sastra adalah
sebagai berikut :
- Berisi ide-ide penulisnya
- Ide – ide tersebut disertai argumen / alasan atau data
- Penulisan esai tidak terpengaruh oleh kualitas karya sastra yang ditinjau
- Permasalahan yang dikemukakan ditempatkan dalam konteks yang lebih luas
- Menggunakan pendekatan intelektual / ilmiah
Artikel adalah istilah yang
dipakai untuk menyebut jenis tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau
pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan
dan bukti yang mendukung pendapatnya.
Beda artikel dan berita
Berita adalah hasil rekonstruksi
tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya
ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan
merekonstruksikan realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.
Contoh artikel
Korupsi Sistemik
Indriyanto Seno Adji
Indriyanto Seno Adji
Membuka tahun 2009, masalah laten bangsa ini
adalah korupsi. Padahal, keberhasilan pemerintahan dan kekuasaan suatu negara,
termasuk Indonesia,
adalah bagaimana kebijakan negara mencegah dan memberantas korupsi secara
optimal.
Masalah korupsi tidak bersandar pada limitasi
kebijakan hukum, tetapi terkait dengan masalah ekonomi dan politik. Untuk itu,
perlu dicermati kritik pengamat politik hukum negara berkembang, Prof SS Hueh,
Rektor (saat itu) The University of East Asia, yang menyatakan, pertumbuhan
hukum korupsi tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam kerangka
sosial-ekonomi.
Prof Hueh memberi ilustrasi, pembentukan aturan
hukum dalam rangka memberantas korupsi tidak begitu saja dapat dipisahkan dari
soal ekonomi dan politik. Dalam implementasi di Indonesia, kebijakan hukum dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak dapat dipisahkan dengan political
and socio-economic setting. Masalah kebijakan hukum korupsi tidak akan terlepas
dengan kekuasaan ekonomi dan politik suatu negara sehingga stigma korupsi dapat
menjadi simbol elastis mengakarnya korupsi ketatanegaraan sebagai korupsi
sistemik atau korupsi kelembagaan.
Pandangan Prof Hueh ini sejalan dengan Kongres
Ke-7 PBB tentang Prevention of Crime and the Treatment of Offenders di Milan,
1985, yang membicarakan tema yang tidak lagi klasik, yaitu ”Dimensi Baru
Kejahatan dalam Konteks Pembangunan”. Salah satu sorotan hasil kongres ini
adalah tentang terjadi dan meningkatnya ”penyalahgunaan kekuasaan” (abuse of
power).
Penyalahgunaan kekuasaan
Penyalahgunaan kekuasaan di bidang ekonomi ini
melibatkan upper economic class (konglomerat) maupun politik sebagai upper
power class (pejabat tinggi negara) yang berkonspirasi dan bertujuan untuk
kepentingan ekonomi kelompok. Maka, ada beberapa perspektif korupsi di tahun
2009 yang dapat menjadi perhatian penegak hukum ke depan, khususnya Kejaksaan
Agung, Polri, atau KPK.
Pertama, korupsi sistemik atau korupsi
kelembagaan merupakan bentuk kejahatan yang sulit pembuktiannya, tetapi tumbuh
subur sejalan dengan kekuasaan ekonomi, hukum, dan politik. Korupsi ini
dikategorikan sebagai penyakit misterius yang kadar penyembuhannya amat minim
dan selalu menjadi uji coba untuk menanggulanginya. Hasilnya pun kadang
diprediksi secara pesimistis, yaitu tidak searah kebijakan masyarakat untuk
memberantas korupsi.
Secara konseptual, pada negara berkembang,
pemikiran bahwa korupsi merupakan bagian dari kekuasaan, bahkan bagian dari
sistem itu sendiri, menjadi tidak diragukan. Karena itu, ada yang berpendapat,
penanggulangan yang terpadu adalah dengan memperbaiki sistem yang ada.
Artikulasi ”sistem” ini bermakna komprehensif,
bahkan dapat dikatakan sebagai proses signifikan. ”Korupsi sudah menjadi bagian
dari sistem” yang ada. Karena itu, usaha maksimal penegakan hukum, khususnya
pemberantasan korupsi, harus dilakukan dengan pendekatan sistem atau systemic
approach, apalagi bila pendekatan sistem ini dikaitkan dengan peran institusi
peradilan yang amat menentukan sebagai sebuah institusi penegakan hukum dalam
proses akhir pemberantasan korupsi. Sangat sulit menentukan awal dimulainya
antisipasi pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
Sistem harus ditelaah sebagai kesatuan yang
meliputi tindakan re-evaluasi, reposisi, dan pembaruan (reformasi) terhadap
struktur, substansi hukum, khususnya budaya hukum (legal culture) sebagai
cermin etika dan integritas penegakan hukum. Systemic approach sebagai bahan
untuk memecahkan persoalan hukum (legal issue) atau penyelesaian hukum (legal
solution) maupun pendapat hukum (legal opinion).
Legal culture (budaya hukum) merupakan aspek
penting yang melihat bagaimana masyarakat menganggap ketentuan sebagai
civic-minded sehingga masyarakat selalu taat dan menyadari pentingnya hukum
sebagai regulasi umum. Masalah korupsi sebagai budaya hukum ini terkait dengan
etika, moral masyarakat, khususnya penegak hukum. Pendekatan struktur dan
substantif tidak akan berhasil jika tidak diikuti pendekatan budaya dan etika
dari penegak hukum itu sendiri yang sering terkontaminasi suap.
Terintegrasi
Kedua, melakukan tindakan secara terintegrasi
dari lembaga penegak hukum melalui integrated criminal justice system. Artinya,
di antara penegak hukum harus memiliki balanced and equal of power, suatu
kewenangan berimbang dan sama di antara penegak hukum. Hal ini untuk
menghindari diskriminasi kewenangan lembaga yang justru akan melemahkan
penegakan hukum terhadap korupsi. Selain itu, diskriminasi kewenangan akan
menimbulkan disintegrasi penegakan hukum. Kewenangan diskriminatif antara KPK
di satu sisi dan Kejaksaan Agung/Polri di sisi lain harus ditiadakan.
Ketiga, pendekatan sistem itu dilakukan secara
simultan dan terintegrasi dengan pendekatan up-down, bukan bottom-up yang
selama ini terjadi. Kejaksaan Agung dengan minimnya kewenangan telah memberi
citra tersendiri dengan menetapkan pejabat eselon I departemen sebagai
tersangka sekaligus memerhatikan hak tersangka. Ini merupakan status yang tidak
pernah terjadi sejak era reformasi. Pendekatan up-down dalam pemberantasan
korupsi merupakan karakter representasi keseriusan negara dalam pemberantasan
korupsi. Selama ikon karakter korupsi masih berpijak pada pendekatan bottom-up,
hasil yang dicapai adalah pesimisme penegakan hukum. Pemberantasan korupsi,
sebagaimana Konvensi PBB 1985, harus dimulai dari upper power class dan upper
economic class dengan memerhatikan prinsip praduga tidak bersalah.
Kampanye antikorupsi
Dari semua persoalan itu, amat berarti peran
kebijakan kriminal (criminal policy) melalui pendekatan non-penal, yaitu dengan
meningkatkan langkah kampanye antikorupsi misalnya. Kampanye semacam ini
diperlukan dengan pendekatan antara masyarakat, pers (sebagai social power),
dan institusi kenegaraan (sebagai political power).
Apalagi, masalah korupsi di Indonesia kini tidak lagi dapat
dikatakan sebagai masalah eksekutif saja, tetapi juga sudah terkontaminasi
institusi kenegaraan lainnya, entah itu legislatif, yudikatif, maupun institusi
negara nondepartemen.
Indriyanto Seno Adji Pengajar Program Pascasarjana UI Bidang Studi Ilmu Hukum
Contoh berita
JAKARTA,
MINGGU - Ibu Negara Ani Yudhoyono di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Minggu pagi
melakukan senam bersama dengan 15 ribu peserta Asuransi Kesehatan (Askes).
Acara "Senam Sehat Askes bersama Ibu Negara RI" itu dilaksanakan dalam rangka Ulang Tahun Indonesia Sejahtera yang merupakan salah satu unit kegiatan Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).
Acara senam sehat tidak hanya dilakukan di Lapangan Silang Monas
Jakarta, namun juga serentak di seluruh ibukota Provinsi di Indonesia.
Senam sehat di ibukota provinsi selain Jakarta dipimpin oleh istri
gubernur masing-masing daerah. Pada acara tersebut, Ibu Ani juga mencanangkan program preventif PT Askes di seluruh Indonesia dan Sosialisasi Asuransi Kesehatan bagi
masyarakat menuju terwujudnya Jaminan Kesehatan Nasional.
Selain senam sehat, dilakukan pula pemeriksaan gratis yang dilakukan 20 rumah sakit melalui pelayanan tim medis mereka dan ambulans.
Acara "Senam Sehat Askes bersama Ibu Negara RI" itu dilaksanakan dalam rangka Ulang Tahun Indonesia Sejahtera yang merupakan salah satu unit kegiatan Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).
Acara senam sehat tidak hanya dilakukan di Lapangan Silang Monas
Jakarta, namun juga serentak di seluruh ibukota Provinsi di Indonesia.
Senam sehat di ibukota provinsi selain Jakarta dipimpin oleh istri
gubernur masing-masing daerah. Pada acara tersebut, Ibu Ani juga mencanangkan program preventif PT Askes di seluruh Indonesia dan Sosialisasi Asuransi Kesehatan bagi
masyarakat menuju terwujudnya Jaminan Kesehatan Nasional.
Selain senam sehat, dilakukan pula pemeriksaan gratis yang dilakukan 20 rumah sakit melalui pelayanan tim medis mereka dan ambulans.
Gagasan utama
Setiap wacana atau bacaan
mengandung informasi atau permasalahan. Informasi tersebut tersaji dalam suatu
paragraf. Suatu paragraf terdiri atas satu gagasan utama yang dirangkai dengan
beberapa kalimat penjelas. Gagasan utama atau kalimat utama dapat terletak di
awal paragraf, tengah paragraf, di akhir paragraf, maupun di awal dan di akhir
paragraf.
Gagasan utama adalah kalimat yang
berisi suatu inti dari paragraph. Gagasan utama biasa juga disebut sebagai
kalimat utama.
Sambil membaca cepat, kita dapat
menemukan ide pokok dalam setiap paragraph. Jadi kita dapat mengingat hal-hal
penting di dalam bacaan sebanyak mungkin. Dengan melakukan hal itu kita dapat
terbantu dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan wancana dan
meringkas wancana dalam beberapa kalimat.
Biasanya untuk mengukur kecepatan
membaca, kita dapat mengukurnya dengan stop watch atau alat bantu lainnya.
Mengidentifikasi ide pokok
paragraph adalah kunci utama dalam memahami suatu wancana. Untuk itulah kita
harus terus melatih kemampuan dalam hal ini.
Menemukan ide pokok paragraf merupakan sutau kewajiban bagi
pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan.
Keterampilan menemukan ide pokok bisa dilatih dan dikembangkan secara teratur
dan berkesinambungan sehingga menanggap inti bacaan atau informasi yang
diterimanya menjadi tepat, akurat, dan cermat.
Inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawahkan gagasan yang lain. Oleh sebab itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain menyubordinasi gagasan lain). Gagasan-gagasan lain yang terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu berantai-berkesinambungan guna membentuk kesatuan paragraf.
Menemukan inti atau ide pokok bisa disiasati dengan mengenal tipe paragraf, berdasarkan pola penalaran dan pola pengembangannya. Bila dilihat dari segi pola penalarannya, paragraf bisa berbentuk tipe deduktif dan induktif. Lain halnya bila kita lihat dari pola pengembangannya, tipe paragraf dapat berupa paragraf definisi, paragraf contoh, paragraf sebab-akibat(kausalitas), parageaf perbandingan (persamaan-perbedaan), paragraf pertentangan, paragraf kronologi, dan sebagainya.
Pola penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang dimulai dengan rumusan pernyataan umum. Biasanya ditempatkan di awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat-kalimat penjelas. Pola penalaran induktif merupakan pola berpikir dengan menggunakan peristiwa atau hal-hal khusus untuk menarik kesimpulan umum. hal-hal atau peristiwa khusus yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang sejenis, seklasifikasi, paralel, dan digunakan sebagai data yang memperkuat gagasan kesimpulan. Secara logis, berdasarkan beberapa, banyak, atau semua data, pembaca digiring ke suatu kesimpulan umum atas peristiwa atau hal-hal tersebut.
Bila kita memenukan gagasan pokok berdasarkan pola penalarannya, ide pokok terdapat di kalimat awal atau di akhir paragraf. Perlu diketahui bahwa kalimat awal atau akhir paragraf bisa saja merupakan kalimat majemuk bertingkat, bahkan mungkin kompleks. Namun, inti gagasan terdapat pada induk kalimatnya, yakni unsur S-P (O)/(Pel.), sedangkan berdasarkan pola pengembangannya, ide pokok paragraf biasanya berada di awal paragraf.
Yang sering membuat pembaca bingung menentukan ide pokok adalah bila paragraf yang dibacanya bertipe naratif atau deskriptif. Ide pokok paragraf biasanya terjabarkan secara merata berkesinambungan dalam semua kalimat paragraf tersebut. Oleh sebab itu, pembaca harus pandai menemukan kata-kata kunci (key words) paragraf itu. Berdasarkan kata-kata kunci itulah kita dapat menentukan kalimat ide pokok.
Berbagai bentuk evaluasi, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi, tipe soal menentukan ide pokok atai inti gagasan pasti kita temukan. Hal itu bisa kita temukan pula dalam ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum, ulangan semseter, ulangan kenaikan, bahkan ujian nasional serta tes ke perguruan tinggi. Oleh karena iu, kepandaian menemukan ide pokok bisa ditingkatkan dan dilatih dengan cara membiasakan dan meningkatkan terus keamampuan membaca. Berlatih untuk terus berlatih demi kemajuan kita smeua. Sumber bacaan untuk berlatih kita dapat menemukannya dalam berbagai bentuk dan corak, asalkan bersifat edukatif, intelektual, dan rasional.
Inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawahkan gagasan yang lain. Oleh sebab itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain menyubordinasi gagasan lain). Gagasan-gagasan lain yang terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu berantai-berkesinambungan guna membentuk kesatuan paragraf.
Menemukan inti atau ide pokok bisa disiasati dengan mengenal tipe paragraf, berdasarkan pola penalaran dan pola pengembangannya. Bila dilihat dari segi pola penalarannya, paragraf bisa berbentuk tipe deduktif dan induktif. Lain halnya bila kita lihat dari pola pengembangannya, tipe paragraf dapat berupa paragraf definisi, paragraf contoh, paragraf sebab-akibat(kausalitas), parageaf perbandingan (persamaan-perbedaan), paragraf pertentangan, paragraf kronologi, dan sebagainya.
Pola penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang dimulai dengan rumusan pernyataan umum. Biasanya ditempatkan di awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat-kalimat penjelas. Pola penalaran induktif merupakan pola berpikir dengan menggunakan peristiwa atau hal-hal khusus untuk menarik kesimpulan umum. hal-hal atau peristiwa khusus yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang sejenis, seklasifikasi, paralel, dan digunakan sebagai data yang memperkuat gagasan kesimpulan. Secara logis, berdasarkan beberapa, banyak, atau semua data, pembaca digiring ke suatu kesimpulan umum atas peristiwa atau hal-hal tersebut.
Bila kita memenukan gagasan pokok berdasarkan pola penalarannya, ide pokok terdapat di kalimat awal atau di akhir paragraf. Perlu diketahui bahwa kalimat awal atau akhir paragraf bisa saja merupakan kalimat majemuk bertingkat, bahkan mungkin kompleks. Namun, inti gagasan terdapat pada induk kalimatnya, yakni unsur S-P (O)/(Pel.), sedangkan berdasarkan pola pengembangannya, ide pokok paragraf biasanya berada di awal paragraf.
Yang sering membuat pembaca bingung menentukan ide pokok adalah bila paragraf yang dibacanya bertipe naratif atau deskriptif. Ide pokok paragraf biasanya terjabarkan secara merata berkesinambungan dalam semua kalimat paragraf tersebut. Oleh sebab itu, pembaca harus pandai menemukan kata-kata kunci (key words) paragraf itu. Berdasarkan kata-kata kunci itulah kita dapat menentukan kalimat ide pokok.
Berbagai bentuk evaluasi, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi, tipe soal menentukan ide pokok atai inti gagasan pasti kita temukan. Hal itu bisa kita temukan pula dalam ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum, ulangan semseter, ulangan kenaikan, bahkan ujian nasional serta tes ke perguruan tinggi. Oleh karena iu, kepandaian menemukan ide pokok bisa ditingkatkan dan dilatih dengan cara membiasakan dan meningkatkan terus keamampuan membaca. Berlatih untuk terus berlatih demi kemajuan kita smeua. Sumber bacaan untuk berlatih kita dapat menemukannya dalam berbagai bentuk dan corak, asalkan bersifat edukatif, intelektual, dan rasional.
Contoh
menemukan gagasan utama
Bersahabat dengan Internet
Besok internet akan datang ke desa kita. Internet
bisa mengajak kita melihat dunia. Internet juga akan menyampaikan surat kepada teman kita di seberang pulau, bahkan di
seberang benua sana.
Begitu kira-kira bunyi salah satu iklan layanan masyarakat yang bisa kita
saksikan melalui televisi. Bayangkan, hanya dengan internet kita bisa
mengetahui kabar terbaru dari seluruh dunia. Kita juga bisa tahu seperti apa
keadaan roket yang sedang diuji coba di luar angkasa.
Dengan sebuah blog, kita bisa menjadi penulis dengan memajang karya kita. Bahkan, kita bisa bercakap-cakap sambil menatap sahabat pena di Afrika melalui web camera. Hanya dengan duduk di depan layar komputer, kita sudah dapat browsing, chatting, surfing, atau bermain games. Aturan main
Ya, tetapi jangan lupa bersahabat dengan internet ada aturannya. Kalau tidak tahu aturan dan cara bermainnya, bersahabat dengan internet bisa merugikan. Teman-teman tentu pernah mendengar kisah tentang seorang anak yang diculik saat pulang sekolah, lalu orang tuanya harus memberi sejumlah uang sebagai tebusan. Setelah ditelusuri, ternyata kasus penculikan itu berawal dari kesenangan anak tersebut pada internet yaitu chatting. Tanpa disadari anak tersebut memberikan data-data pribadinya kepada teman chatting yang ternyata seorang penjahat yang menyamar sebagai anak-anak. Agar kejadian seperti itu tidak menimpa kita, ikuti rambu-rambu berikut.
Dengan sebuah blog, kita bisa menjadi penulis dengan memajang karya kita. Bahkan, kita bisa bercakap-cakap sambil menatap sahabat pena di Afrika melalui web camera. Hanya dengan duduk di depan layar komputer, kita sudah dapat browsing, chatting, surfing, atau bermain games. Aturan main
Ya, tetapi jangan lupa bersahabat dengan internet ada aturannya. Kalau tidak tahu aturan dan cara bermainnya, bersahabat dengan internet bisa merugikan. Teman-teman tentu pernah mendengar kisah tentang seorang anak yang diculik saat pulang sekolah, lalu orang tuanya harus memberi sejumlah uang sebagai tebusan. Setelah ditelusuri, ternyata kasus penculikan itu berawal dari kesenangan anak tersebut pada internet yaitu chatting. Tanpa disadari anak tersebut memberikan data-data pribadinya kepada teman chatting yang ternyata seorang penjahat yang menyamar sebagai anak-anak. Agar kejadian seperti itu tidak menimpa kita, ikuti rambu-rambu berikut.
1. Tidak memberikan informasi pribadi
Di internet, setiap orang bisa
menyamar sebagai siapa saja. Bisa saja teman chatting-mu mengaku berusia 10
tahun, padahal ia orang dewasa seusia ayah atau ibumu. Itu sebabnya, jangan
pernah memberi informasi pribadi, seperti nomor telepon, alamat rumah,
alamat/nomor telepon kantor orang tua, atau nama dan lokasi sekolah tanpa izin
orang tua.
2. Tidak pergi sendiri
Ajak orang tua atau orang dewasa
lain dalam keluarga untuk menemani jika kamu ingin bertemu seseorang yang
dikenal melalui internet.
3. Jangan malu bertanya
Terutama kepada orang tua atau
kakak mengenai internet, seperti cara melindungi informasi pribadi, cara
menggunakan chat romms, news group, atau fasilitas lainnya dalam internet.
4. Tidak membuka sembarang situs
Lupakan keinginan dan rasa
penasaranmu untuk membuka sembarang situs, apalagi situs untuk orang dewasa.
Hal itu hanya akan merugikan dirimu sendiri. Beri tahu orang tua jika menemukan
informasi yang membuatmu gelisah. Selain itu, segera hapus bila kamu mendapat
e-mail yang isinya tak sopan.
5. Teliti dan hati-hati
Pastikan untuk tidak memberikan
password-mu kepada siapa pun, termasuk teman akrab, kecuali kepada orang tua.
Jangan lupa menekan tanda keluar atau sign out atau log out, jika selesai
membuka e-mail atau situs lain, terutama di warung internet. Ini untuk
menghindari orang lain mengetahui identitasmu dan memasuki situs tertentu
dengan menggunakan identitasmu.
6. Awas virus
Sebelum men-download data atau
meng-install software ke komputer rumah, konsultasi dulu dengan orang tua. Cara
download atau install software yang kurang hati-hati bisa menyebabkan komputer
terserang virus. Kamu nggak mau kan
komputermu rusak dan semua arsip penting lenyap karena serangan virus?
7. Buat kesepakatan
Satu ini wajib hukumnya! Buatlah
kesepakatan dengan orang tua, apa saja yang menjadi ketentuan dalam menggunakan
internet. Misalnya kapan, di mana, dan berapa lama kamu boleh menggunakan
internet. Pastikan juga situs apa saja yang boleh dibuka.
Gagasan Utama:
- Keuntungan memanfaatkan layanan internet.
- Jenis layanan atau fasilitas internet
- Kerugian bersahabat dengan internet
- Rambu-rambu menggunakan internet
Kamus
adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi
untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud
kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi)
sesuatu perkataan dan juga contoh pengunaan bagi sesuatu perkataan. Untuk
memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di
dalam kamus.
Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus, dengan bentuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani okeanos yang berarti 'lautan'. Sejarah kata itu jelas memperlihatkan makna dasar yang terkandung dalam kata kamus, yaitu wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya. Dewasa ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya. Setiap kebudayaan besar di dunia bangga akan kamus bahasanya. Dalam kenyataannya kamus itu tidak hanya menjadi lambang kebanggaan suatu bangsa, tetapi juga mempunyai fungsi dan manfaat praktis
Jenis-jenis Kamus
Berdasarkan penggunaan bahasa
Kamus bisa ditulis dalam satu atau lebih dari
satu bahasa.
Dengan itu kamus bisa dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
- Kamus Ekabahasa
Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata(entri) yang dijelaskan dan penjelasannya adalah terdiri daripada bahasa yang sama. Kamus ini mempunyai perbedaan yang jelas dengan kamus dwibahasa kerana penyusunan dibuat berasaskan pembuktian data korpus. Ini bermaksud definisi makna ke atas kata-kata adalah berdasarkan makna yang diberikan dalam contoh kalimat yang mengandung kata-kata berhubungan. Contoh bagi kamus ekabahasa ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (di Indonesia) dan Kamus Dewan di (Malaysia). - Kamus Dwibahasa
Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan daripada bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Contohnya: Kamus Inggris-Indonesia, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggris-Melayu;Melayu-Inggris) - Kamus Aneka Bahasa
Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih. Misalnya, kata Bahasa Melayu Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin secara serentak. Contoh bagi kamus aneka bahasa ialah Kamus Melayu-Cina-Inggris Pelangi susunan Yuen Boon Chan pada tahun 2004
Berdasarkan isi
Kamus bisa muncul dalam berbagai isi. Ini adalah
karena kamus diterbitkan dengan tujuan memenuhi keperluan gologan tertentu.
Contohnya, golongan pelajar sekolah memerlukan kamus berukuran kecil untuk
memudahkan mereka membawa kamus ke sekolah.Secara umumnya kamus dapat dibagi
kepada 3 jenis ukuran:
- Kamus Mini
Pada zaman sekarang sebenarnya susah untuk menjumpai kamus ini.Ia juga dikenali sebagai kamus saku karena ia dapat disimpan dalam saku. Tebalnya kurang daripada 2 cm. - Kamus Kecil
Kamus berukuran kecil yang biasa dijumpai. Ia merupakan kamus yang mudah dibawa.Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggris-Melayu;Melayu-Inggris) - Kamus Besar
Kamus ini memuatkan segala leksikal yang terdapat dalam satu bahsaa. Setiap perkataannya dijelaskan maksud secara lengkap.Biasanya ukurannya besar dan tidak sesuai untuk dibawa ke sana sini.Contohnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kamus Istimewa
Kamus istimewa merujuk kepada kamus yang
mempunyai fungsi yang khusus. Contohnya:
- Kamus Istilah
Kamus ini berisi istilah-istilah khusus dalam bidang tertentu. Fungsinya adalah untuk kegunaan ilmiah. Contohnya ialah Kamus Istilah Fiqh - Kamus Etimologi
Kamus yang menerangkan asal usul sesuatu perkataan dan maksud asalnya. - Kamus Tesaurus (perkataan searti)
Kamus yang menerangkan maksud sesuatu perkataan dengan memberikan kata-kata searti (sinonim) dan dapat juga kata-kata yang berlawanan arti (antonim). Kamus ini adalah untuk membantu para penulis untuk meragamkan penggunaan diksi. Contohnya, Tesaurus Bahasa Indonesia - Kamus Peribahasa/Simpulan Bahasa
Kamus yang menerangkan maksud sesuatu peribahasa/simpulan bahasa. Selain daripada digunakan sebagai rujukan, kamus ini juga sesuai untuk dibaca dengan tujuan keindahan. - Kamus Kata Nama Khas
Kamus yang hanya menyimpan kata nama khas seperti nama tempat, nama tokoh, dan juga nama bagi institusi. Tujuannya adalah untuk menyediakan rujukan bagi nama-nama ini. - Kamus Terjemahan
Kamus yang menyedia kata searti bahasa asing untuk satu bahasa sasaran. Kegunaannya adalah untuk membantu para penerjemah. - Kamus Kolokasi
Kamus yang menerangkan tentang padanan kata, contohnya kata 'terdiri' yang selalu berpadanan dengan 'dari' atau 'atas'.
Pengertian dan perbedaan dari tanggapan, fakta dan
pendapat.
Tanggapan
adalah ulasan atau komentar atas berita, pidato, laporan, dan
sebagainya. Tanggapan terhadap berita dapat diberikan pada seluruh aspek
berita, seperti isi, unsur berita, bahasa, gaya penulisan berita, dan sebagainya.
Sebelum menanggapi berita, kita harus memahami berita tersebut. Setelah itu,
baru kita lakukan analisis secara mendalam terhadap seluruh aspeknya.
Dalam memberikan tanggapan terhadap suatu berita atau laporan
diperlukan pemahaman tiga aspek penting dari tulisan tersebut. Tiga aspek
dalam tulisan tersebut adalah aspek tulisan/ejaan, aspek substansi/isi, dan aspek
penyajian berita. Bahasa yang digunakan dalam penulisan berita hendaknya
menggunakan ragam bahasa standar. Bahasa standar mempunyai ciri-ciri:
cendekia, luwes, dinamis, efektif, dan enak dibaca, tetapi tetap berpedoman
pada kaidah bahasa yang berlaku.
sebagainya. Tanggapan terhadap berita dapat diberikan pada seluruh aspek
berita, seperti isi, unsur berita, bahasa, gaya penulisan berita, dan sebagainya.
Sebelum menanggapi berita, kita harus memahami berita tersebut. Setelah itu,
baru kita lakukan analisis secara mendalam terhadap seluruh aspeknya.
Dalam memberikan tanggapan terhadap suatu berita atau laporan
diperlukan pemahaman tiga aspek penting dari tulisan tersebut. Tiga aspek
dalam tulisan tersebut adalah aspek tulisan/ejaan, aspek substansi/isi, dan aspek
penyajian berita. Bahasa yang digunakan dalam penulisan berita hendaknya
menggunakan ragam bahasa standar. Bahasa standar mempunyai ciri-ciri:
cendekia, luwes, dinamis, efektif, dan enak dibaca, tetapi tetap berpedoman
pada kaidah bahasa yang berlaku.
Sedangkan
Fakta adalah keadaan,
kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa
dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas
sesuatu. Dalam kode etik jurnalistik, pasal 3 ayat (30) dijelaskan antara lain,
“…di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus membedakan
antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampuradukkan
yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran berita-berita yang
diputarbalikkan atau dibubuhi secara tidak wajar.”
Pendapat juga disebut opini. Dikenal public opinion atau pendapat umum
dan general opinion atau anggapan umum. Opini merupakan persatuan (sintesis)
pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak
baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat
berubah; dan timbul melalui diskusi sosial
dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas
sesuatu. Dalam kode etik jurnalistik, pasal 3 ayat (30) dijelaskan antara lain,
“…di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus membedakan
antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampuradukkan
yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran berita-berita yang
diputarbalikkan atau dibubuhi secara tidak wajar.”
Pendapat juga disebut opini. Dikenal public opinion atau pendapat umum
dan general opinion atau anggapan umum. Opini merupakan persatuan (sintesis)
pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak
baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat
berubah; dan timbul melalui diskusi sosial
Contoh
tanggapan
Sehubungan dengan pemberitaan
Harian Kompas tanggal 4 Juli 2005 dengan headline "Lintas Kalimantan
Hancur" dapat kami sampaikan
penjelaskan sebagai berikut :
·
|
Lokasi Kerusakan
|
:
|
Didaerah Bukit Klekar (± 10 km sebelum Simpang
Blusuh) Ruas Jalan Gusik - Simpang Blusuh (No.Ruas 502.2 N-K1) Lintas
Kalimantan Poros Tengah Prov. Kalimantan Timur
|
·
|
Status Jalan
|
:
|
Nasional (sesuai
Kepmen Kimpraswil No.375/KPTS/M/2004) Status sebelumnya adalah Jalan Provinsi
|
·
|
Program Tahun
2005
|
:
|
Pembangunan
Jalan
|
·
|
Sumber
Pendanaan
|
:
|
APBD Provinsi
Kalimantan Timur
Sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan di tingkat DPRD Prov. Kalimantan Timur. Sejak tahun 2003 Pemerintah Prov. Kalimantan Timur telah memprogramkan pembangunan jalan Gusik-Simpang Blusuh-Sendawar dengan cara multiyears contract untuk segera membuka hubungan jalan darat Ibukota Provinsi dengan Ibukota Kabupaten Kutai Barat di Sendawar. |
·
|
Penyebab
Kerusakan
|
:
|
-
Sistim drainase kurang baik
- Kelambatan penanganan pada saat kerusakan dini |
·
|
Tanggap
darurat
|
:
|
Tanggal 5 Juli
2005 Dinas PU Provinsi Kalimantan Timur telah memerintahkan kontraktor
setempat untuk segera memperbaiki kerusakan jalan dimaksud
|
Demikian kami laporkan, dan terimakasih atas perhatian Bapak Menteri Pekerjaan Umum.
DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA
HENDRIANTO.N
NIP.110016212
Proposal
Proposal,
menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah rencana yang dituangkan
dalam bentuk rancangan kerja.
Bagian-bagian proposal
Latar
belakang
Latar belakang
berisi tentang masalah atau keprihatinan apa yang ingin diangkat dan dijadikan
tema dalam acara. Terdiri dari 2(dua) paragraf, paragraf pertama berisi tentang
keprihatinan atau masalah yang menjadi tema, paragraf kedua berisi tentang gambaran acara secara umum.
Nama
Kegiatan
Berisi tentang
nama kegiatan yang akan diadakan secara lengkap dan jelas dan dengan hruf
capital semua. Jika ada singkatan, harap diberi keterangan untuk menjelasakan
judul.
Tujuan
Kegiatan
Berisi tentang
tujuan kegiatan yang ingin dicapai. Tuuan diharapkan jelas dan tak
membingungkan.
Dasar
pelaksana
Berisi tentang
yang mendasari pelaksanaan acara. Dapat berisi :
Surat Keputusan /
Surat Edaran
Mandat
Program Kerja
Rapat ( dengan dicantumkan tanggal, tempat,
peserta dan hasil rapat)
Bentuk
kegiatan
Berisi tentang
bentuk acara yang akan dilaksanakan. Dengan rincian secara jelas untuk setiap
kegiatan.
Pelaksanaan
kegiatan
Berisi tentang
rincian mengenai waktu pelaksanaan acara. Dilengkapi dengan segala keperluan
pelaksanaan acara seperti, jadwal acara, dll.
Pelaksana
Berisi tentang
informasi mengenai target peserta dan susunan kepanitiaan dari panitia yang
bekerja.
Anggaran
Berisi tentang
rancangan pemasukan dan pengeluaran untuk keseluruhan acara.
Penutup
(Pengesahan)
Berisi tentang
pengesahan dari pimpinan berupa tanda tangan, contoh (lihat lampiran)
Proposal
biasanya disertakan dalam satu paket dengan susunan sebagai berikut :
-
Surat Pengantar ( undangan)
-
Proposal
-
Surat
Pengantar (Penawaran)
-
Sponsorship
-
Form Keikusertaan Sponsorship
-
Surat
Perjanjian
Untuk contoh
dari setiap bagian dapat dilihat di bagian lampiran.
Rapat
Rapat adalah komunikasi
timbal balik dengan sarana bahasa antara dua orang atau lebih untuk memperdalam
permohonan suatu masalah, agar dapat mencapai kesepahaman dan memutuskan
pengambilan langkah tertentu dalam rangka kerjasama yang tepat.
Persiapan
Rapat
-
menciptakan suasana komunikatif
-
menemukan/ merumusakan kebutuhan atau masalah
-
menemukan tujuan yang hendak dicapai
-
mengumpulkan sumber informasi pengolahan
-
mempersiapkan startegi dan teknik rapat
-
mempersiapkan perencanaan rinci
-
persiapan evaluasi
Hal-hal
yang mempengaruhi rapat
-
keterampilan pemimpin
-
agenda rapat
-
waktu rapat
Robert’s
ruler of order
-
hanya membahas satu hal dalam satu rapat
-
setiap masalah atau persoalan dibicarakan dengan bebas,
dengan prinsip pertukaran gagasan dan perasaan secara berarti
-
kebulatan pendapat mayoritas lebih diutamakan, tetapi
kaum minoritas juga berhak berpendapat
-
setiap peserta mempunyai hak tanggung jawab yang sama
-
bertujuan untuk kebaikan seluruh kelompok (walau kadang sering dibelokkan menjadi
kebaikan individu)
-
menghadapkan pembicaraan pada forum (tak berbisik atau
ngobrol sendiri)
Tata cara
mengajukan pendapat
1.
Setiap mau mengajukan pendapat harus dengan seizing
ketua (tak memotong pembicaraan orang lain)
2.
Mengankat tangan lebih dahulu sebelum berpendapat
3.
Berbicara sesuai topik
4.
Berimbang antara pro dan kontra
Ada dua cara penyampaian
pendapat :
-
Bergantian ( pro kemudia kontra)
(+) : ide
banyak keluar
(-) : -
memakan waktu
- saling mencari kelemahan masing-masing
-
Sistem blok (pro menyelesaikan seluruh pendapat dulu,
lalu begitu juga dengan kontra)
(+) : - rapat
tak terlalu konflik
- ide medasar / detail
- analisis tajam
(-)
: rapat sepi
Pengambilan
Keputusan
Jika dalam
waktu rapat tak bias dihasilkan keputusan yang mutlak maka akan diadakan :
-
Buzz session (break)
-
Voting (pengambilan suara)
Terdiri
dari : - Mayoritas sederhana : ((1/2) +
1) suara keseluruhan
- Mayoritas relatif : mayoritas menang
- Sistem babak (ada banyak calon)
Kalau hal sangat penting harus ⅔ suara
keseluruhan setuju.
Peranan
ketua dalam rapat
Tugas pokok : membantu peserta agar
dapat berkomunikasi dan mencapai tujuan
Prinsip Ketua : Ketua harus
adil dan berdiri di atas semua golongan, menguasai hal-hal teknis.
Tipe Ketua : - Otoriter
(memaksakan kehendak, peserta hanya menerima saja)
-
Partisipatif (semua keputusan adalah keputusan forum)
Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ)
Terdiri dari 5 bagian :
a. Pendahuluan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Laporan keuangan
e. Penutup dan lampiran
Pendahuluan
Berisi tentang
ucapan terima kasih kepada Tuhan dan seluruh pendukung acara seperti sponsor.
Rangkuman secara singkat bagaimana acara berlangsung dan manfaat yang didapat
dari acara juga kesimpulan yang menyatakan acara sukses atau tidak.
Persiapan
Berisi tentang
segala persiapan menuju acara. Dijelaskan secara runtut dan jelas. Hal yang
dibahas antara lain adalah rapat dan transaksi yang dilakukan, permohonan izin
dan segala yang berhubungan dengan persiapan acara.
Pelaksanaan
Berisi tentang
pelaksanaan acara secara keseluruhan. Dijelaskan secara kronologis dan jelas.
Dijelaskan per hari atau per acara, serta mencantumkan kejadian apa yang
terjadi, faktor pendukung dan penghambat acara, waktu.
Laporan keuangan
Berisi tentang
laporan keuangan acara secara jelas dan runtut. Dibagi menjadi 3 bagian : -
Pemasukan
- Pengeluaran
- Balance (jumlah pengeluaran dan
pemasukan dalam satu tabel)
Ditulis dalam
sistem tabel dan berisis tanggal transaksi, uraian transaksi, jumlah dan
keterangan (kwitansi atau nota). (contoh lihat lampiran)
Penutup
Merupakan
lembar pengesahan yang berisi tanda tangan.
Kata Penghubung
Kata hubung
korelatif memiliki status sintaksis yang terdiri atas 2 bagian yang dipisahkan
oleh satu kata / frase / klausa. Kalimat yang emnggunakan kata hubung korelatif
disebut kalimat korelatif.
Kata
penghubung yang sering digunakan :
-
Baik… maupun…
-
Tidak hanya… tetapi juga…
-
Bukan hanya… melainkan juga…
-
Demikian… hingga…
-
Sedemikian rupa… sehingga…
-
Apa(kah)… atau…
-
Entah… entah…
-
Jangankan… pun…
Fakta dan Opini
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia
(KBBI),
Fakta adalah hal (keadaan,
peristiwa) yg merupakan kenyataan; sesuatu yg benar-benar ada atau terjadi.
Opini adalah pendapat;
pikiran; pendirian.
a. Ciri-ciri fakta :
-
Benda, peristiwa yang sungguh terjadi dan ada
-
Benda, peristiwa yang dapat ditangkap oleh pancaindra
(dilihat, didengar, diraba)
-
Sesuatu yang dapat diobservasi atau diuji kebenarannya
b. Ciri-ciri opini :
-
Informasi berupa gagasn, pendapat dan harapan
Ikhtisar : Penyajian
singkat dari suatu karangan asli tetapi tidak mempertahankan urutan isi dan
sudut pandang pengarang asli
Fonem
– Morfem – Kata – Frase – Klausa – Kalimat – Paragraf – Wacana
1. Fonem : Kesatuan bunyi terkecil yang membedakan arti.
Contoh :
Saya : 4
huruf, 4 fonem
Sangat : 6 huruf, 5 fonem
Pulau : 5 huruf, 4 fonem
Huruf yang dicetak tebal adalah
fonem.
Fonem homorgan : sedaerah artikulasi /
sama dasar ucapannya
yaitu :
-
m homorgan dengan
b, p
-
n homorgan dengan
s, t, d, l
-
ny homorgan dengan
c, j, s
-
ng homorgan dengan
k, g, kh
2. Morfem : Kesatuan yang
ikut serta dalam pembentukan kata yang dapat dibedakan artian
a.
Morfem bebas : kata dasar / morfem yang dapat berdiri sendiri
contoh : lari, pergi, makan, dll.
b.
Morfem terikat : morfem yang tidak bias berdiri sendiri (imbuhan)
contoh :
-
Prefiks / awalan : me-, ber-
-
Infiks / sisipan : -el-, -em-, -er-
-
Sufiks / akhiran : -kan, -an, -i
-
Konfiks / gabungan imbuhan : ke-an, per-kan, dll.
~ Alomorf : variasi bentuk imbuhan karena
pengaruh kata yang diikuti
Ber
+ sama : bersama à
ber-
Ber + rasa : berasa à be-
Ber + kerja : bekerja à be-
Ber + ajar : belajar à bel-
Kata yang
dicetak tebal adalah alomorf.
~ Nasalisasi : Proses memberi nasal pada
fonem
“Bunyi nasal = bunyi sengau = bunyi yang keluar dari rongga hidung “
Me + Bantu à
membantu, mem- adalah nasalisasi
~ Kata dasar =
kata tunggal = kata dasar primer
Kata kompleks = kata jadian = kata
berimbuhan = kata turunan
Bentuk dasar = kata dasar sekunder = kata
sebelum bentukan terakhir
Contoh :
Berkekuatan :
-
Kata dasar = kuat
-
Kata kompleks = kekuatan,
berkekuatan
-
Bentuk dasar = kekuatan
3. Frase : kata tyang
mengalami perluasan, tetapi perluasan tersebut tidak menimbulkan pola kalimat
baru. (minimal 2 kata dan tidak berbeda fungsi)
Contoh : Guru itu
Guru baru itu
Guru matematika
yang baru itu
Ketiga contoh diatas adalah
subjek suatu kalimat dan merupakan frase
Macam-macam Frase :
a. Menurut jenis kata :
-
Frase nominal à inti nya kata benda à
meja itu
-
Frase verbal à inti nya kata kerja à
sudah pergi
-
Frase ajektival à inti nya kata sifat à
sangat cantik
-
Frase adverbalà inti nya kata
keterangan à
baru saja
b. Menurut kedudukannya :
-
Frase setara / sederajat / koordinatif à
suami istri, kakak adik, ibu bapak
-
Frase
bertingkat à
Diterangkan-Menerangkan (D-M), Menerangkan-Diterangkan(M-D)
Contoh : Sudah Pergi , sudah
adalah M, pergi adalah inti / D
c. Menurut sifatnya :
-
Frase endosentris :
a.
Endosentris atributif berimbuhan : sama seperti system
D-M, M-D, tetapi M diberi imbuhan
b.
Endosentris apositif
Contoh : Ani, teman
sekelasku, sedang sakit
Teman sekelasku adalah frase endosentris
apositif
-
Frase Eksosentris (didahului eksposisi)
Contoh : ke
pasar, di rumah
LAMPIRAN
Nomor : 1256/OSISSMACC/X/07
22 Oktober 2007
Hal : Surat Undangan
Lampiran : 1(satu) berkas
Yth. Bpk. Direktur PT. Karya Bangun
Jalan Batu Hidup Raya 71 nomor 30
Jakarta Barat 15100
Dengan hormat,
Waktu berjalan cepat dan tak terduga.
Pertambahan umur membuat kita menjadi lebih dewasa dan lebih matang dalam
bersikap dan berperilaku serta tidak lupa untuk semakin memperbaiki diri agar
menjadi lebih baik lagi. Bertepatan dalam rangkaian peringatan 80 tahun SMA
Kolese Kanisius, kami selaku OSIS SMA Kolese Kanisius mengundang bapak untuk
menghadiri dan berpartisipasi dalam acara yang kami rencanakan yaitu “Canisius
Fun Fair 2007”. Kegiatan akan kami
adakan pada :
hari, tanggal : Sabtu, 24
November 2007
waktu : Pukul 07.00 s.d. 17.30
tempat : SMA Kolese Kanisius
Jalan Menteng Raya nomor 64
Menteng,
Jakarta Pusat
acara : terlampir dalam berkas
Kami sangat mengaharapkan partisipasi dan
kedatangan bapak dalam acara ini. Atas perhatian bapak, kami ucapkan terima
kasih.
Henry Jonathan
Ketua OSIS SMA Kolese Kanisius
PROPOSAL
CANISIUS FUN FAIR 2007
Oleh :
Henry Jonathan
(XI-C / 18)
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SMA KANISIUS
JAKARTA
2007
CANISIUS FUN
FAIR 2007
- Latar Belakang
Dewasa ini pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi tiap
manusia. Tetapi sekarang, pendidikan menjadi bukan lagi hanya tentang belajar
mengajar di dalam kelas, dimana guru menerangkan pelajaran dan mengajak para
murid untuk aktif terlibat. Tetapi apakah itu semua cukup untuk mendidik
seseorang untuk menjadi yang berguna? Lebih dari sekadar membagikan ilmu,
tetapi sekolah sebagai tempat menuntut ilmu juga harus dapat menjadi tempat
pembentukkan karakter manusia yang berakhlak, berbudi, menjunjung tinggi
kejujuran dan kepedulian terhadap sesama.
Memang banyak sekolah bermunculan
pada dewasa ini, tetapi belum tentu mereka menjadi temapt pembentukkan karakter
bagi para murid. SMA Kolese Kanisius adalah salah satu sekolah yang dapat
dipercaya bukan hanya dalam tempat menuntut ilmu tetapi juga mendidik para
murid menjadi seseorang yang kompeten tetapi juga peduli sesame. Demi
mengenalkan SMA Kolese Kanisius secara lebih luas ke masyarakat, maka kami
selaku OSIS SMA Kolese Kanisius mengadakan acara “Canisius Fun Fair 2007”. Kami ingin agar masyarakat mengenal SMA
Kanisius lebih mendalam bukan hanya sekedar dari nama saja.
- Nama Kegiatan
Adapun
nama kegiatan ini adalah :
“CANISIUS
FUN FAIR 2007”
- Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini antara lain
adalah :
-
Pengenalan
SMA Kanisius secara meluas kepada masyarakat
-
Pengenalan kepada masyarakat meliputi :
- Bidang akademik
~
Sistem pengajaran
~
Sistem kurikulum
~
Sistem penilaian
~
Prestasi dalam bidang akademik
- Bidang Non-akademik
~
Demo Ekskul
~
Acara-acara yang rutin dan pernah diadakan SMA Kanisius
~
Prestasi dan Penghargaan
-
Agar masyarakat lebih mengenal SMA Kanisius bukan hanya
dari berita-berita saja tetapi benar-benar mengetahui apa saja yang diajarkan
dan kehidupan di SMA Kanisius
-
Menghapus
kabar miring tentang kekerasan yang ada di sekolah
-
Meningkatkan minat para calon siswa baru untuk tahun
ajaran 2008/2009
- Dasar Pelaksanaan
Kegiatan ini dapat
berlangsung berdasarakan :
- Rapat Kerja OSIS (1 September 2007, Ruang OSIS SMA Kanisius, Pemgurus inti OSIS)
- Surat Keputusan Kepala SMA Kanisius (nomor 233 tentang Pelaksanaan acara intra sekolah)
- Program Kerja OSIS SMA Kanisius periode 2007/2008
- Bentuk Kegiatan
Adapun bentuk dari
kegiatan ini adalah Presentasi, demo ekskul dan bazaar.
-
Presentasi meliputi :
- Presentasi tentang sisitem pendidikan yang berlangsung di SMA Kanisius
Presentasi ini akan menjelaskan tentang
sistem pengajaran yang terdapat dalam SMA Kanisius dan menjelaskan keunggulan
SMA Kanisius.
- Presentasi tentang kualitas dan kuantitas dari staf-staf pengajar SMA Kanisius
Presentasi
ini akan menjelaskan tentang pengajar-pengajar di Kanisius lebih mendalam
sehingga masyarakat luas mengetahui bagaimana kualitas pengajar-pengajar di SMA
Kanisius
-
Demo Ekskul meliputi :
- Demo setiap ekskul yang berada dalam naungan SMA Kanisius
- Demo akan berlangsung sesuai dengan tempat berlatih setiap ekskul, dimana setiap ekskul akan mempresentasikan kegiatan yang dalam ekskul dan prestasi apa yang pernah dicapai.
- Interaksi dengan pengunjung, seperti pengunjung ikut mencoba salah satu kegiatan ekskul yang ada
-
Bazaar meliputi :
- Stand-stand dari pihak sponsorship
- Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
hari, tanggal : Sabtu, 24
November 2007
waktu : Pukul 07.00 s.d. 17.30
tempat : Komplek SMP-SMA Kolese Kanisius
acara :
No.
|
Waktu
|
Acara
|
Tempat
|
1
|
07.00-07.30
|
Pembukaan
-
Kata sambutan Kepala SMA Kanisius
-
Kata
sambutan Ketua OSIS SMA Kanisius
-
Tampilan (3 lagu) dari CWE (Canisius Wind Ensemble)
-
Pembukaan
secara simbolis oleh Kepala Sekolah SMA Kanisius
|
Panggung di miringan dekat lapangan sepakbola
|
2
|
07.30-09.00
|
Presentasi 1 : “Pendidikan Ilmu dan Karakter”
|
Aula lantai 4
|
3
|
08.00-09.00
|
Hiburan di panggung
|
Tempat demo setiap ekskul
|
4
|
09.00-09.30
|
Break
Hiburan di panggung :
-
Band ambur
-
Band ferang
Pengumuman
dimulainya demo ekskul
|
Panggung
|
5
|
09.30-11.00
|
Presentasi 2 : “Mengajar dari hati : panggilan hidupku”
|
Aula lantai 4
|
6
|
12.00-13.30
|
Presentasi 3: “Canisius : to be
man with and for others”
|
Aula lantai 4
|
7
|
09.30-15.40
|
Demo ekskul berlangsung
|
Tempat demo ekskul
masing-masing
|
8
|
16.00-17.30
|
Penutupan
|
Panggung
|
- Pelaksana Kegiatan
Susunan Kepanitiaan Canisius Fun Fair 2007 :
Pelindung : Dr. H. Ing. Fauzi Bowo
Penanggung
Jawab : Pater Baskoro Poedji Noegroho,S.J.
Pembina : Pater Sigit Widisana,S.J.
Pembimbing : Bpk. Petrus
Ketua : Henry Jonathan
Wakil
Ketua : Christopher Hades
Sekretaris : Ricky Maulidin
Bendahara : Paswera Kristanto
Koordinator
Bidang :
- Sie Publikasi : Anton Pradera
Anggota :
- Bambang Hayu
- Suganto Wijaya
- Wawan Sadeli
- Harun Permana
- Laksmo Yuda
- Bamung Tirto
- Saptojo Weddy
- Kares Hatur
- Rasya Darmo
- Lomang Buri
- Sie Acara : Felix Hanjaya
Anggota :
- Desar Simajua
- Fateh Yahya
- Masar Sibuan
- Jajang Charis
- Yadi Lepo
- Rusty Sae
- Kimin Bustar
- Hadi Torung
- Padera Tjipto
- Fendy Aria
- Sie Konsumsi : Andreas Gani
Anggota :
1.
Bambang Harno
2.
Tema Murakim
3.
Kolader Ambari
4.
Hasan Sadi
5.
Lampard Robert
6.
Chris Deni
7.
Handy Sandjaja
8.
Uki Tulus
9.
Posan Haposan
10. Gian
Anung
- Sie Keamanan : Dema Rasing
Anggota :
1.
Lopan Jujang
2.
Federer
3.
Kiki Matung
4.
Derry Awan
5.
Thomas Siap
6.
Amzar Hulab
7.
Wanto Kumar
8.
Ishadi Palacio
9.
Guntur
Permana
10. Hamer
Hommer
- Sie Koordinator Ekskul : Poltak Sihombing
Anggota :
1.
Sastoro Wiguna
2.
Kaleb Dariawan
3.
Yosua Haman
4.
Juliman Tabur
5.
Sandajaya
Kami juga telah mengundang sekolah-sekolah yang
berada di wilayah Jabodetabek. Target
pesrta yang akan datang :
-
Orang
tua dan siswa-siswi SMP se-Jabodetabek
-
Orang
tua dan siswa-siswi SMA se-Jabodetabek
- Anggaran
a.
Pemasukan :
- Kas OSIS = Rp. 1.500.000,-
- Dana Yayasan = Rp. 4.000.000,-
- Sponsorship = Rp. 11.000.000,- +
Rp.
16.500.000
b. Pengeluaran :
1. Sie Publikasi
1.1. Cetak poster 1000@Rp.3000,- = Rp. 3.000.000,-
1.2. Transport
= Rp. 1.000.000,-
1.3. Spanduk 10@Rp.50.000,- = Rp.
500.000,-
1.4. Baju panitia 62@Rp.15.000,- = Rp.
930.000,-
1.5. Name tag 62@Rp.5000,- = Rp.
310.000,-
2. Sie Acara
2.1. Dekorasi = Rp.
500.000,-
2.2. Baterai 9V 5@Rp.10.000,- = Rp.
50.000,-
2.3. Sewa panggung
= Rp. 3.000.000,-
2.4. Sound system
= Rp. 4.000.000,-
3. Sie Konsumsi
3.1. Snack Pagi 110@Rp.5.000,- = Rp.
550.000,-
3.2. Makan Siang 110@Rp.10.000,- = Rp.
1.100.000,-
3.3. Snack sore 110@Rp.5000,- = Rp.
550.000,-
3.4. Aqua gelas 10@Rp.24.000,- = Rp.
240.000,-
4. Sie Keamanan
4.1. Sewa HT 11@Rp.75.000,- = Rp.
825.000,-
5. Biaya tak terduga
= Rp.
195.000,- +
Rp. 16.500.000,-
- Halaman Pengesahan
Acara ini telah disetujui dan disahkan oleh :
Jakarta, 22 September 2007
Henry
Jonathan
Christopher Hades
Ketua
Wakil Ketua
Mengetahui,
Bpk. Petrus
Pembina
Menyetujui,
Pater Sigit Widisana,S.J
Pater Baskoro Poedji Noegroho,S.J.
Moderator SMA Kanisius Kepala SMA Kanisius
Nomor : 1256/OSISSMACC/X/07
22 Oktober 2007
Hal : Surat Undangan
Lampiran : 1(satu) berkas
Yth. Bpk. Direktur PT. Karya Bangun
Jalan Batu Hidup Raya 71 nomor 30
Jakarta Barat 15100
Dengan hormat,
Setiap kegiatan membutuhkan biaya
yang tak sedikit dan kami pun dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami tidak
menutup mata bahwa kami membutuhkan bantuan dari bapak untuk lancarnya perjalanan kegiatan ini. Kegiatan ini sendiri
akan diadakan pada :
hari, tanggal : Sabtu, 24
November 2007
waktu : Pukul 07.00 s.d. 17.30
tempat : SMA Kolese Kanisius
Jalan Menteng Raya nomor 64
Menteng, Jakarta Pusat
acara : terlampir dalam berkas
Kegiatan ini akan diikuti oleh siswa-siswa SMP-SMA se-Jabodetabek.
Kami sangat mengaharapkan partisipasi dan
kedatangan bapak dalam acara ini. Atas perhatian bapak, kami ucapkan terima
kasih.
Henry Jonathan
Ketua OSIS SMA Kolese Kanisius
CANISIUS FUN
FAIR 2007
SPONSORSHIP
No.
|
Sponsorship
|
Tipe
|
Harga
|
Fasilitas
|
1
|
-
Menjadi sponsor utama acara ini
-
Nama Perusahaan akan tercantum pada poster dan
spanduk sebagai sponsor utama
-
Mendapat
5 stand (berukuran 2 meja) dan juga dapat memasang 7 spanduk untuk pemasaran produknya
-
Perusahaan menyiapkan dan membuat spanduk produk
sendiri, panitia tak menyediakan
-
Tak ada produk sejenis Sponsor utama yang ikut
menjadi sponsor
|
Utama
|
Rp.7.500.000,-
|
5 stand,7 spanduk
|
2
|
-
Nama Perusahaan akan tercantum pada poster dan
spanduk
-
Mendapat
3 stand (berukuran 2 meja) dan juga dapat memasang 5 spanduk untuk pemasaran produknya
-
Perusahaan menyiapkan dan membuat spanduk produk
sendiri, panitia tak menyediakan
-
Tak ada produk sejenis Sponsor Tipe A yang ikut
menjadi sponsor
|
A
|
Rp.1.500.000,-
|
3 stand,5 spanduk
|
3
|
-
Nama Perusahaan akan tercantum pada poster dan
spanduk
-
Mendapat
2 stand (berukuran 2 meja) dan juga dapat memasang 3 spanduk untuk pemasaran produknya
-
Perusahaan menyiapkan dan membuat spanduk produk
sendiri, panitia tak menyediakan
-
Tak ada produk sejenis Sponsor Tipe B yang ikut
menjadi sponsor
|
B
|
Rp.750.000,-
|
2 stand,3 spanduk
|
4
|
-
Nama Perusahaan akan tercantum pada poster dan
spanduk
-
Mendapat
1 stand (berukuran 2 meja) dan juga dapat memasang 1 spanduk untuk pemasaran produknya
-
Perusahaan menyiapkan dan membuat spanduk produk
sendiri, panitia tak menyediakan.
|
C
|
Rp.500.000,-
|
1 stand,1 spanduk
|
FORMULIR KESEDIAAN SPONSORSHIP
“CANISIUS FUN FAIR 2007”
Nama (Perusahaan) : PT. Karya
Bangun
Pekerjaan (Jabatan ) : Direktur Utama
Alamat : Jalan Batu Hidup Raya 71 nomor 30
Jakarta
Barat 15100
Telepon
: (021) 3456213
Contact Person : Bpk. David Yuli Setiawan,S.Si.,M.Si.
Menyatakan bersedia
ikut serta menjadi sponsor pada :
Tanggal : 29 Oktober 2007
Tipe Sponsorship : Utama
Jakarta,29 Oktober 2007
David Yuli Setiawan,S.Si.,M.Si.
Direktur Utama P.T. Karya Bangun
Formulir yang telah diisi mohon diserahkan pada :
SMA Kanisius
Jalan Menteng Raya nomor 64 Menteng, Jakarta Pusat, telp. (021) 31936464
* Contact Person : Anton Pradera
* Telp : 0817-2345123
* Paling lambat tanggal 3 November 2007
SURAT PERJANJIAN
“CANISIUS FUN FAIR 2007”
Yang
bertandatangan di bawah ini
Nama : Henry Jonathan
Pekerjaan : Ketua
OSIS SMA Kanisius
Alamat : Jalan Sunter Hijau II Blok V4 nomor 17, Jakarta
Utara 14350
Dalam hal ini
berlaku atas nama panitia “CANISIUS FUN FAIR 2007”
Selanjutnya
disebut pihak I
Nama : David Yuli Setiawan,S.Si.,M.Si.
Pekerjaan : Direktur Utama P.T. Karya Bangun
Alamat : Jalan Batu Hidup
Raya 71 nomor 30
Jakarta
Barat 15100
Dalam hal ini
berlaku atas nama sponsorship “CANISIUS FUN FAIR 2007”
Selanjutnya
disebut pihak II
Kedua pihak
sepakat mengadakan perjanjian yang diatur dalam pasal-pasal berikut
Pasal I
Pihak II
bersedia menyediakan uang tunai yang besarnya sesuai dengan pilihan sponsorship
kepada Pihak I
Pasal II
Pihak I
mencantumkan nama pihak II sesuai dengan perjanjian dalam tabel sponsorship
Pasal III
Kedua pihak,
baik pihak I maupun pihak II harus saling menjaga nama baik masing-masing dan
jangan terjadi penyalahgunaan nama dengan sembarangan
Pasal IV
Apabila
terjadi perselisihan, akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan terlebih
dahulu sebelum dibawa ke jalur hukum
Surat
Perjanjian ini dibuat rangkap 2, untuk pihak I dan II. Keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama.
Jakarta,29 Oktober 2007
Pihak
I
Pihak II
Henry
Jonathan
David Yuli Setiawan,S.Si.,M.Si.
Ketua OSIS SMA Kanisius
Direktur Utama P.T. Karya Bangun
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
CANISIUS FUN FAIR 2007
Oleh :
Henry Jonathan
(XI-C / 18)
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SMA KANISIUS
JAKARTA
2007
LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN
CANISIUS FUN FAIR
2007
1. Pendahuluan
Puji
syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas perlindungan dan penyertaannya selama
persiapan hingga terlaksananya acara “CANISIUS FUN FAIR 2007” ini. Banyak
rintangan dan kendala yang datang dan menghadang kami tapi kami berhasil
mengatasi semuanya hingga lancarnya pelaksanaan “CANISIUS FUN FAIR 2007”.
Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada setiap panitia yang telah bekerja
keras dan memberikan yang terbaik sehingga acara ini dapat terlaksana dengan
baik. Juga untuk setiap peserta,
kami berterima kasih atas perhatian dan keikutsertaannya pada acara kali ini.
Acara ini juga dapat
berlangsung dengan lancar berkat bantuan dana dari para sponsorship dan para
donatur yang telah membantu. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas setiap
bantuan yang diberikan.
Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dan tak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Setiap bantuan yang diberikan sangat berharga bagi
kami. Kami tak melihat seberapa besar bantuan tersebut, tetapi kami
melihat kesediaan para panitia, peserta, sponsorship serta para donatur.
Kegiatan
“CANISIUS FUN FAIR 2007” berjalan dengan lancar. Pelaksanaan acara diadakan
Sabtu, 24 November 2004
pada pukul 07.00 s.d. 17.30. Semua
acara berjalan dengan baik, mulai dari presentasi sampai dengan demo ekskul. Acara
ini dikunjungi kurang lebih sebanyak 2500 orang, termasuk didalamnya para
siswa-siswi SMP-SMA se-Jabodetabek beserta orangtua mereka.
Secara keseluruhan acara menuai sukses besar
karena para peserta menyatakan kepuasannya pada acara kali ini, hal ini dapat
kami lihat dari hasil angket yang kami sebarkan dan hasilnya menunjukan tingkat
kepuasan yang tinggi dan mereka berharap acara “CANISIUS FUN FAIR 2007” ini
dapat dilkasanakan kembali pada tahun berikutnya dan menjadi acara tahunan di
SMA Kolese Kanisius.
Acara ini sendiri memberikan manfaat yang baik
bagi para siswa-siswi SMP-SMA se-Jabodetabek beserta orangtua mereka untuk
mengenal SMA Kolese Kanisius lebih mendalam lagi sehingga kabar miring tentang
kekerasan dalam sekolah di SMA Kolese Kanisius pun telah terbukti hanya kabar
burung belaka. Selain itu para orangtua lebih mengetahui mekanisme pengajaran
dan pendidikan di SMA Kolese Kanisius ini, sehingga mereka dapat memilih
sekolah yang terbaik bagi para putra mereka.
Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan semua
pihak untuk terlaksananya acara ini dan dari hasil akhir dan manfaat yang
dirasakan oleh para peserta, kami akan mengusahakan agar kegiatan ini dapat
terlaksana kembali pada tahun depan.
2. Persiapan
Kegiatan
“CANISIUS FUN FAIR 2007”, kami mulai dari sebuah ide dan gagasan para pengurus
OSIS SMA Kolese Kanisius periode 2007/2008 yang akhirnya kami rampungkan pada
rapat yang terlaksana pada :
hari, tanggal
: Sabtu, 1 September 2007
waktu : pukul 14.00 s.d. 17.00
tempat : ruang OSIS
peserta : pengurus OSIS
Rapat ini pun akhirnya
merampungkan suatu keputusan bahwa acara “CANISIUS FUN FAIR 2007” ini akan
dilaksanakan dalam tujuan untuk mengenalkan SMA Kolese Kanisius lebih luas ke
dalam masyarakat dan memperjelas kabar-kabar miring tentang Kanisius.
Setelah rapat awal
penentuan acara ini juga diadakan rapat pleno per bidang yang terlaksana dengan
baik dan lancar, setelah itu baru kami rampungkan semuanya kembali dalam rapat
pleno pelaksanaan acara.
Di dalam setiap rapat yang
kami adakan, kami juga mengadakan evaluasi yang berguna untuk terus memperbaiki
mutu dan kualitas dari rapat yang kami adakan. Kami merasa rapat-rapat yang
telah kami melaksanakan berjalan dengan baik, tetapi kami merasakan kendala di
waktu juga ketika sedikitnya ide atau gagasan yang keluar di rapat, tetapi
segala sesuatu berjalan sesuai rencana dan terlaksana dengan baik.
Persiapan terus kami
lakukan dari hal-hal teknis maupun non-teknis. Mulai dari permohonan izin aula,
lapangan dan seluruh kompleks SMP-SMA Kolese Kanisius, kami mendapatkan izin
sesuai dengan yang kami harapkan.
Lalu juga dengan dana,
kami berhasil mendapatkan sesuai target yang kami lampirkan di proposal. Banyak
perusahaan dan donatur yang membantu kami dalam hal pendanaan ini sehingga kami
tak banyak menemui kesulitan dalam mencari dana.
Dari setiap dana yang kami
dapat, kami gunakan semaksimal mungkin. Dari setiap bidang mendapat jatah dana
yang cukup dan sesuai kebutuhan. Dana kami keluarkan sesuai dengan apa yang
telah kami rencanakan sebelumnya, dari pembuatan poster dan spanduk, pembuatan
kaos panitia hingga konsumsi bagi para panitia.
Semua persiapan yang
kamimlakukan terbayar dengan lunas ketika kami melihat bahwa acara ini dapat
dikatakan sukses dan memberikan banyak manfaat bagi para peserta dan panitia.
3. Pelaksanaan
3. 1. Pagi ( pukul 07.00
s.d. pukul 11.00 )
3. 1. 1. Kegiatan utama :
a. Pembukaan “CANISIUS
FUN FAIR 2007”
Acara pembukaan ini terlaksana dengan lancar. Antara lain penampilan
yang luar biasa dari CWE dan pelepasan dua burung merpati sebagai simbol
pembukaan acara.
b. Presentasi 1 : “Pendidikan Ilmu dan Karakter”
Para tamu datang tepat waktu
dan acara berlangsung dengan tertib dan teratur. Bapak Petrus memimpin presentasi pertama ini.
Presentasi berisi tentang pendidikan di Kolese Kanisius, dari bagaimana
kurikulumnya, staf pengajarnya dan prestasi yang dicapai. Juga diterangkan
bahwa Kolese Kanisius tidak hanya membangun kecerdasan seorang anak tapi
membangun karakter yang dibutuhkan bagi masa depan sang anak.
c. Persiapan
terakhir demo ekskul
Para ekskul melakukan
persiapan terakhir. Dari pengecekan alat samapai latihan terakhir sebelum para
tamu dan undangan melakukan kunjungan dan melihat-lihat setiap kegiatan ekskul
yang ada.
d.
Hiburan di panggung
Setelah presentasi 1
diadakan rehat sebelum memulai presentasi 2 dan demo ekskul. Para band yang
tampil mengisi acara tampil memukau dan mendapat sambutan yang meriah dari para
tamu dan undangan.
e. Presentasi
2 : “Mengajar dari hati : panggilan hidupku”
Presentasi 2 dimoderatori
oleh Ibu Indra. Presentasi lebih kepada pembagian pengalaman dari para staf
pengajar Kolese Kanisius, bagaimana mereka mengajar siswa-siswa Kolese Kanisius
dengan segala keunikannya. Para guru bercerita suks duka mereka selama menjadi
guru di Kolese Kanisius.
3. 1. 2. Kejadian penting :
a. Pater Baskoro
meminta CWE untuk mengiringinya menyanyikan
sebuah lagu
b.
Presentasi 1 dan 2 melebihi batas waktu karena banyak orang tua
dan siswa yang
bertanya
3. 1. 3. Faktor –
faktor :
3. 1.
3. 1. Pendukung :
a. Para peserta presentasi sangat aktif
b. Cuaca baik
(matahari cerah dan tak hujan)
3. 1. 3. 2. Penghambat :
a. Mic saat hiburan di panggung
sempat mati beberapa saat
3. 2. Siang (
pukul 12.00 s.d. pukul 15.40 )
3. 2. 1. Kegiatan utama :
a. Presentasi 3:
“Canisius : to be man with and for others”
Presentasi 3 dimoderatori oleh Pater Baskoro. Presentasi lebih sebagai
lanjutan dari presentasi 1, karena pada presentasi ini menjelaskan apa visi dan
misi dari Kolese Kanisius dan mengapa Kanisius ini didirikan. Para
tamu dan undangan memenuhi aula lantai IV.
b. Demo ekskul
Demo Ekskul berlangsung dengan
lancar. Para tamu dan undangan pun mengikuti kegiatan ini dengan antusias.
Adanya eksebisi yang diadakan tiap ekskul membuat acara ini lebih interaktif.
3. 2. 2. Kejadian penting :
a. Ada persembahan lagu dari
Persevera ketika presentasi 3
b. Para peserta acara bertanding basket dengan ekskul basket
c. Para peserta acara mencoba alat-alat musik tiup di ekskul
CWE
d. Presentasi 1 dan 2 melebihi batas waktu karena
banyak orang tua
dan siswa yang bertanya
3. 2. 3. Faktor – faktor :
3. 2.
3. 1. Pendukung :
a. Suplai mencukupi dan tidak
terjadi mati listrik
b. Para peserta acara baik para
orangtua maupun siswa-
siswi yang datang sangat aktif dan mau terlibat dalam
acara
3. 2.
3. 2. Penghambat :
a. Para panitia sulit mendapatkan
konsumsi karena ada
perubahan
informasi yang kurang tersebar
3. 3. Sore ( pukul 16.00 s.d. pukul 17.30 )
3. 3. 1. Kegiatan utama :
a. Penutupan “CANISIUS
FUN FAIR 2007”
Penutupan berlangsung agak
terlambat dari jadwal karena presentasi 3 yang berlangsung melebihi jadwal dan
eksebisi demo ekskul. Penutupan dimeriahkan dengan pembacaan pengumuman door
prize dan para guru bersama-sama bernyanyi untuk menghibur para tamu dan
undangan.
3.
3. 2. Kejadian penting :
a. Acara
penutupan agak terlambat karena waktu presentasi dan demo
ekskul
melebihi jadwal
b. Persembahan
drama dari Cradha
3. 3. 3. Faktor – faktor :
3. 3.
3. 1. Pendukung :
a. Cuaca cerah dan sedikit mendung
3. 3.
3. 2. Penghambat :
a. Presentasi dan
demo ekskul melebihi jadwal
4. Laporan Keuangan
(
terlampir )
5. Penutup
Demikian
Laporan Pertanggungjawaban “CANISIUS FUN FAIR 2007” ini, kami sampaikan.
Jakarta,
12 Desember 2007
Hormat kami,
Henry
Jonathan
Ricky Maulidin
Ketua Sekretaris
Mengetahui,
Bpk. Petrus
Pembina
Menyetujui,
Pater A. Sigit Widisana,S.J Pater E.
Baskoro Poedji Noegroho,S.J.
Moderator SMA Kanisius Kepala SMA Kanisius
LAPORAN KEUANGAN
“CANISIUS FUN FAIR 2007”
1. Rekapitulasi Pemasukan
1. 1. Dana Sekolah
No.
|
Tanggal
|
Uraian
|
Jumlah(Rp)
|
Ket.
|
1
|
22-10-2007
|
Kas Yayasan
|
4.000.000
|
Kuitansi 1
|
2
|
25-10-2007
|
Kas OSIS
|
1.500.000
|
Kuitansi 2
|
Total
|
5.500.000
|
1. 2. Sponsorship
No.
|
Tanggal
|
Uraian
|
Jumlah(Rp)
|
Ket.
|
1
|
26-10-2007
|
Sponsorship A : P.T. AYO
|
1.500.000
|
Kuitansi 3
|
2
|
29-10-2007
|
Sponsorship Utama : P.T. Karya
Bangun
|
7.500.000
|
Kuitansi 4
|
3
|
30-10-2007
|
Sponsorship B : P.T. MAJU
|
750.000
|
Kuitansi 5
|
4
|
30-10-2007
|
Sponsorship C : P.T. OZONE
|
500.000
|
Kuitansi 6
|
5
|
31-10-2007
|
Sponsorship B : P.T. SUARA
|
750.000
|
Kuitansi 7
|
6
|
31-10-2007
|
Sponsorship C : P.T. BRAKE
|
500.000
|
Kuitansi 8
|
Total
|
11.500.000
|
2. Rekapitulasi Pengeluaran
2. 1. Sie. Publikasi
No.
|
Tanggal
|
Uraian
|
Jumlah(Rp)
|
Ket.
|
1
|
11-11-2007
|
Transport Publikasi
|
800.000
|
Kuitansi 9
|
2
|
12-11-2007
|
Cetak Poster
|
3.000.000
|
Nota 1
|
3
|
13-11-2007
|
Spanduk
|
450.000
|
Nota 1
|
4
|
14-11-2007
|
Name Tag
|
310.000
|
Nota 1
|
5
|
15-11-2007
|
Baju Panitia
|
930.000
|
Nota 1
|
Total
|
5.490.000
|
2. 2. Sie. Acara
No.
|
Tanggal
|
Uraian
|
Jumlah(Rp)
|
Ket.
|
1
|
17-11-2007
|
Baterai 9V
|
70.000
|
Nota 2
|
2
|
17-11-2007
|
Stryofoam
|
75.000
|
Nota 2
|
3
|
17-11-2007
|
Cat Poster
|
120.000
|
Nota 2
|
4
|
17-11-2007
|
Lampu 5 Watt
|
50.000
|
Nota 2
|
5
|
17-11-2007
|
Kabel 50 M
|
75.000
|
Nota 2
|
6
|
17-11-2007
|
Kertas Krep
|
50.000
|
Nota 2
|
7
|
20-11-2007
|
DP Sound System
|
1.000.000
|
Kuitansi 13
|
8
|
20-11-2007
|
DP Panggung
|
1.000.000
|
Kuitansi 14
|
9
|
24-11-2007
|
Pelunasan Sound System
|
3.000.000
|
Kuitansi 15
|
10
|
24-11-2007
|
Pelunasan Panggung
|
2.000.000
|
Kuitansi 16
|
Total
|
7.440.000
|
2. 3. Sie. Konsumsi
No.
|
Tanggal
|
Uraian
|
Jumlah(Rp)
|
Ket.
|
1
|
18-11-2007
|
Aqua Gelas
|
250.000
|
Nota 3
|
2
|
19-11-2007
|
DP Snack Pagi
|
200.000
|
Kuitansi 10
|
3
|
19-11-2007
|
DP Makan Siang
|
300.000
|
Kuitansi 11
|
4
|
19-11-2007
|
DP Snack Sore
|
200.000
|
Kuitansi 12
|
5
|
24-11-2007
|
Pelunasan Snack Pagi
|
350.000
|
Kuitansi 17
|
6
|
24-11-2007
|
Pelunasan Makan Siang
|
800.000
|
Kuitansi 18
|
7
|
24-11-2007
|
Pelunasan Snack Sore
|
350.000
|
Kuitansi 19
|
Total
|
2.450.000
|
2. 4. Sie. Keamanan
No.
|
Tanggal
|
Uraian
|
Jumlah(Rp)
|
Ket.
|
1
|
24-11-2007
|
Sewa HT
|
825.000
|
Kuitansi 20
|
Total
|
825.000
|
3. Laporan Keuangan (Balance)
No.
|
Pemasukan
|
Jumlah(Rp)
|
No.
|
Pengeluaran
|
Jumlah(Rp)
|
1
|
Dana Sekolah
|
5.500.000
|
1
|
Sie. Publikasi
|
5.490.000
|
2
|
Sponsorship
|
11.500.000
|
2
|
Sie. Acara
|
7.440.000
|
3
|
Sie. Konsumsi
|
2.450.000
|
|||
4
|
Sie. Keamanan
|
825.000
|
|||
Saldo
|
(+) 795.000
|
||||
17.000.000
|
17.000.000
|
Terbilang : tujuh belas juta
rupiah
Jakarta, 10
Desember 2007
Paswera
Kristanto
Bendahara
GAYA BAHASA
Pengertian gaya bahasa ialah
pernyataan pikiran dan perasaan dalam bahasa dengan berbagai cara tertentu guna
menarik perhatian pembaca / pendengar.
Macam-macam gaya bahasa :
1.
Gaya Bahasa
Perbandingan
a.
Metonimia : gaya
dengan menggunakan kata atau nama yang berasosiasi dengan suatu benda untuk
menggantikan benda yang dimaksud tadi.
Contoh : Mereka pergi ke Jepang
untuk membeli Honda.
b.
Eufinisme : berkaitan dengan penggunaan istilah
yang lebih halus.
Contoh : Para
pelaku kejahatan segera diamankan.
c.
Tautologi : Gaya
bahasa dengan mengatakan suatu hal dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
tetapi mempunyai persamaan arti.
Contoh : Semua orang sudah
maklum dan tahu bahwa saya adalah seorang pendekar sakti.
d.
Alusio : Gaya menyindir dengan menggunakan peribahasa
atau pantun yang tidak diselesaikan. Pembaca dianggap sudah dapat menyelesaikannya.
Contoh : Jangan heran dengan
janda tua ini. Dia tua-tua keladi….
e.
Metafora : Gaya
bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda yang
diperbandingkan mempunyai sifat yang sama. Gaya
bahasa ini disebut juga gaya
perbandingan secara langsung ( tanpa menggunakan kata seperti, bagai, umpama, dsb).
Contoh : Saya sangat menyetujui
kalu orang-orang yang menjadi sampah masyarakat itu dikerjapaksakan untuk membangun Pulau Buru.
f.
Tropen : Gaya bahasa kiasan yang memakai kata-kata
yang sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksudkan.
Contoh : Minggu depan ayah akan
terbang ke London.
g.
Asosiasi : Gaya bahasa yang membandingkan sesuatu secara
tidak langsung (menggunakan kata seperti,
bagai, umpama, dsb).
Contoh : Badannya kecil seperti
biola.
h.
Alegori : Gaya bahasa yang memperlihatkan suatu
perbandingan yang utuh.
Contoh : Saya harap Ananda
berdua hati-hati dalam mendayung bahtera agar dalam mengarungi samudra
kehidupan dapat bahagia. Senantiasa Ananda berdua sebagai juru mudi harus
pandai-pandai menyibak topan dan badai yang akan menghancurkan bahtera rumah
tanggamu.
i.
Hiperbola : Menyatakan sesuatu secara
berlebih-lebihan sehingga terlihat kurang masuk akal.
Contoh : Banjir darah yang
meluap terjadi di wilayah Afganistan selama peperangan antara kaum Muslim
Afganistan melawan pemerintahan Afganistan.
j.
Litotes : Gaya bahasa yang maknanya berusaha merendah.
Contoh : Silakan masuk ke
gubukku ini.
k.
Sinekdokhe : Gaya
bahasa ini terbagi menjadi :
i.
Pars
pro toto : Menyebutkan sebagian
tetapi yang dimaksud adalah keseluruhannya.
Contoh : Di sana, Mas Solar membeli
tiga ekor burung.
ii.
Totem
pro parte : Menyebutkan
keseluruhan tetapi yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh :
Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Indonesia.
l.
Parabel : Gaya bahasa yang mengandung pedoman hidup dan
tuntunan hidup itu terkandung dalam seluruh karangan
Contoh : Hikayat Mahabarata.
m.
Simbolik : Gaya bahasa kiasan yang menggambarkan sesuatu
dengan mempergunakan sesuatu benda sebagai symbol atau perlambangan.
Contoh : Dia termasuk lintah
darat di daerahku.
n.
Perifrasis : Gaya
bahasa yang menggantikan suatu kata dengan sebuah frase yang mempunyai
pengertian sama dengan kata yang digantikan.
Contoh : Pagi-pagi benar petani
itu telah pergi ke sawah diubah menjadi Ketika
matahari mulai bangun dari tidurnya petani itu telah berangakat ke sawah.
o.
Antonomasia : Gaya
bahasa yang menyebut sesuatu dengan menyatakn sifat atau ciri yang dimilikinya.
Contoh : Si Botak sudah datang.
p.
Personifikasi : Gaya
bahasa yang mengandaikan benda mati dapat hidup dan berperilaku sebagai manusia
Contoh : Rumput- rumput saling
bercanda di pagi hari.
2.
Gaya Bahasa
Perlawanan
a.
Okupasi : Pengungkapan suatu hal yang
sepintas lalu menimbulkan bantahan atau keraguan dan pembaca terpaksa berpikir
dan bertanya-tanya tentang kebenaran pernyataan itu. Tetapi pada akhirnya
penulis mencoba menghilangkan keraguan pembaca dengan menjelaskan dan memberi
contoh.
b.
Paradoks : Gaya
bahasa mengemukakan dua pengertian yang bertentangan sehingga yang dikemukakan
terkesan kurang masuk akal, sekalipun sebenarnya dapat diterima
Contoh : Aku merasa kesepian
hidup di kota
yang ramai ini.
c.
Antitesis : Gaya bahasa pertentangan yang menggunakan
kata-kata yang berlawanan arti
Contoh : Hidup matinya, susah
senangnya, kaya miskinnya serahkanlah padaku.
d.
Kontradiksio
in Terminis : Gaya bahasa dengan menunjukkan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang dikatakan semula. Apa yang sudah dikatakan
disangkal lagi oleh ucapan kemudian.
Contoh : Semuanya sudah beres
kecuali transportasi.
e.
Anakhronisme : Gaya
bahasa yang menunjukkan bahwa dalam uraian ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
sejarah. Sesuatu yang disebutkan dalam cerita itu belum ada pada masa itu.
Contoh : Setelah orang itu mati
lantas membuka selimutnya.
3.
Gaya Bahasa
Penegasan
a.
Repetisi : Gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata yang
sama berulang-ulang agar mendapat perhatian pembaca.
Contoh : Uang, uang, uang saja
yang dicarinya.
b.
Elipsis : Gaya bahasa dengan menggunakan kalimat yang
hanya sebagian saja, kelanjutannya diserahkan kepada pembaca atau pendengar.
Contoh : Dari segi fisik anda
tidak apa-apa, tetapi psikis….
c.
Inversi : Penggunaan pola kalimat yang
berbeda dengan yang biasa dengan membalikkan urutan subjek dan predikat
Contoh : Mengangislah dia
setelah mendengar bahwa dia tidak lulus.
d.
Retoris : Gaya bahasa penegasan dengan menggunakan
kalimay tanya-tak bertanya, sering menyatakan kesangsian atau bersifat
mengejek.
Contoh : Inikah yang kau namai
bekerja?”
e.
Koreksio : Gaya bahasa penegasan yang berusaha
membetulkan kembali perkataan yang salah baik yang diucapkan sengaja atau pun
tidak.
Contoh : Silakan keluar, eh
maaf, silakan masuk.
f.
Enumerasio : Gaya
bahasa yang melukiskan beberapa peristiwa secara satu per satu sehingga
membentuk satu-kesatuan yang jelas.
Contoh : Pagi cerah. Di ufuk
timur sang bagaspati telah muncul dari peraduannya. Merah merona sinarnya,
Burung-burung kecil Nampak riang mendendangkan lagu ‘selamat pagi’. Angin pun
Nampak berhembus perlahan dari diam. Embun satu persatu mulai menetes dari
dedaunan membasahi bumi. Semua berpadu membangun suatu panorama yang semarak.
Itulah keindahan yang tiada tara.
g.
Prateriti : Gaya bahasa yang sengaja menghilangkan
sebagian dari seluruh kalimat dan pembaca dibiarkan melanjutkan sendiri mengenai
apa yang dimaksudkan.
Contoh : Mengenai kecantikan
cewek itu, tak usah kukatakan dulu. Biarlah engkau melihatnya. Apa gunanya
kuceritakan lagi? Bukankah semua sudah tahu.
h.
Enklamasio : Gaya
bahasa penegasan yang mempergunakan sisipan berupa frase atau kata di tengah
kalimat dengan tujuan menambah kejelasan.
Contoh : Dalam keadaan tidak
sadar ia, anak malang
itu, diculik penjahat.
i.
Polisindenton : Gaya
bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa hal keadaan atau benda secara
berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Contoh : Buronan itu tetap
tidak mengaku, maka polisi mengahajarnya lagi sehingga badannya babak belur.
j.
Asisdenton : Gaya
bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa keadaan, hal atau benda secara
berturut-turut tanpa kata penghubung.
Contoh : Buku, tas, pensil,
penggaris berserakan di kamar.
k.
Klimaks : Penyebutan beberapa benda, hal,
keadaan, atau kerja secara berturut-turut makin lama makin meningkat kadarnya.
Contoh : Sepeda, motor, mobil,
sampai pesawat pribadi pun dimilikinya.
l.
Antiklimaks : Penyebutan beberapa benda, hal, atau
kerja bermula dari yang berkadar tinggi makin lama makin rendah.
Contoh : Kakeknya, ayahnya, dia
sendiri, dan kini adiknya semuanya tak ada yang luput dari penyakit keturunan
itu.
m.
Pleonasme : Pengungkapan suatu hal dua kali, tetapi
kata atau frase yang kedua sebenarnya sudah tersirat.
Contoh : Ia naik ke atas.
4.
Gaya Bahasa Sindiran
a.
Ironi : Gaya bahasa yang menyatakan kebalikan dari
keadaan yang sesungguhnya dengan tujuan menyindir,
Contoh : Wah, masakannya sedap
benar (Kenyataannya tidak enak).
b.
Sinisme : Gaya menyindir yang lebih kasar dari ironi
Contoh : Muak aku melihat
perangaimu yang tak juga pernah berubah.
c.
Saarkasme : Gaya
mengejek secara terus terang bahkan sampai merendahkan seseorang.
Contoh : Hai anjing keparat,
enyahlah kau dari sini!
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas
dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal
sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya
pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak
akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun
pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang
tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas
dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali
berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain
untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut.
Contoh:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu
bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang
membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa
ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis
literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas.
Baris-baris pada prosa dapat
berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu
cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi
satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin
membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki
alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi
keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Chairil Anwar
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella
(dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek
yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa
dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari
anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada
tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya
novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan
contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.
Contoh:
Lelaki Tua dan Laut
NOVEL
Definisi
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis
dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata
novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti
"sebuah kisah, sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan
lebih kompleks dari cerpen,
dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara
atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang
tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik
beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa
Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah
pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.
Ciri-ciri
- Terdapat konflik yang mengakibatkan perubahan nasib pada pelakunya
- Menceritakan satu segi kehidupan pelaku.
- Jalan ceritanya singkat, hanya mengenai hal-hal yang pokok
Perbedaan Novel
dengan Cerpen
- Novel memiliki lebih dari satu kejadian sedangkan cerpen hanya memiliki satu kejadian.
- Novel memiliki lebih dari satu alur, sedangkan novel hanya memiliki satu plot.
- Novel
memiliki degresi (hal yang tidak berhubungan langsung dengan cerita tetapi
dimasukkan dalam cerita) yang terbatas, sedangkan cerpen tidak memiliki
degresi.
Roman adalah sejenis karya
sastra dalam bentuk prosa
atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi
jiwa masing-masing. Bisa juga roman artinya adalah "kisah
percintaan".
Contoh novel terkenal yaitu karya Mira. W,
diantaranya berjudul:
Definisi
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng, maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
Ciri-ciri
- Menimba bahannya dari kehidupan raja-raja dan dewa-dewi
- Isinya dongeng yang serba indah yang membawa pikiran pembaca ke alam khayal
Melukiskan peperangan yang hebat,
dahsyat, tempat para raja atau dewa mempertunjukkan kesaktiannya untuk merebut
kerajaan atau seorang puteri
CONTOH HIKAYAT
Hikayat Hang Tuah ialah sebuah epik kepahlawanan yang
merentasi sepanjang zaman naik turun kerajaan Empayar
Melaka. Hang Tuah merupakan seorang laksamana
yang terutama serta pahlawan Melayu yang ganas semasa pemerintahan Sultan Mansur Shah di Melaka pada abad ke-15.
Pada masa mudanya, Hang Tuah dan empat orang
temannya, iaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, serta Hang Lekiu,
membunuh segerombolan lanun
dan dua orang lain yang mengamuk dan membuat kacau-bilau di dalam kampung. Si Bendahara (sama dengan Perdana
Menteri dalam istilah moden) Melaka nampak bakat mereka dan mengambil
mereka bertugas di dalam istana. Hang Tuah dibabadkan dalam Sejarah
Melayu dan Hikayat Hang
Tuah.
Semasa bertugas dengan istana Melaka, Hang Tuah
membunuh seorang pahlawan Jawa yang dikenali sebagai Taming Sari.
Taming Sari merupakan seorang anak buah Empayar
Majapahit yang telah dihadiahkan dengan sebilah keris kuno yang
dipercayai boleh menyebabkan pemiliknya tidak terkalahkan. Keris itu dinamai
"Taming Sari" sempena
pemiliknya yang asal.
Hang Tuah kemudian dituduh kerana berzina dengan pembantu
Sultan, dan suatu keputusan serta merta dibuat untuk menghukum mati laksamana
yang tidak bersalah itu. Bagaimanapun, hukuman mati itu tidak dilaksanakan, dan
sebagai ganti, Hang Tuah dihantar ke suatu tempat yang terperinci oleh si
Bendahara. Mempercayai bahawa Hang Tuah telah mati, Hang Jebat (menurut Hikayat Hang Tuah) atau Hang Kasturi
(menurut Sejarah Melayu),
melancarkan pemberontakan balas dendam terhadap Sultan Mansur Shah, dan
menyebabkan keadaan kelam-kabut di kalangan penduduk. Sultan Mansur Shah berasa
sesal tentang hukuman mati Hang Tuah, kerana Hang Tuah merupakan orang tunggal
yang berupaya membunuh Hang Jebat (atau Hang Kasturi). Akhirnya, si Bendahara
memanggil balik Hang Tuah daripada persembunyiannya, dan diampun oleh Sultan.
Selepas berlawan selama tujuh hari, Hang Tuah berjaya membunuh Hang Jebat dan
mendapat balik keris Taming Sarinya.
Hang Tuah meneruskan khidmatnya kepada Sultan Mansur
Shah selepas kematian Hang Jebat. Pada lewat hidupnya, beliau diutuskan
meminang seorang puteri yang tinggal di puncak Gunung
Ledang. Beliau gagal dalam tugas itu, dan disebabkan perasaan malu, Hang
Tuah terus hilang dan langsung tidak dinampak lagi. (Sila lihat rencana Puteri Gunung Ledang.)
Hang Tuah terkenal untuk pepatahnya, "Takkan Melayu Hilang di Dunia"
Petikan itu merupakan sorakan yang termasyhur untuk nasionalisme
Melayu.
UNSUR INTRINSIK DAN
EKSTRINSIK
KARYA SASTRA
Pendahuluan
Unsur sastra
meliputi dua aspek, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Adapun
perincian unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari
dalam. Begitu pula unsur ekstrinsik yang membangun karya sastra dari luar.
Kedua unsur ini selalu ada di dalam sebuah karya sastra.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dapat berupa tema, alur, tokoh, sudut pandang, latar, dsb.
Unsur intrinsik ini membangun satu kesatuan sebuah sastra, khususnya prosa.
Unsur-unsur tersebut dapat dianalisis baik secara tersirat maupun tersurat
tanpa harus melibatkan pihak pengarang.
Unsur intrinsik sebuah karya
sastra meliputi:
- Tema
Tema adalah
masalah yang menjiwai seluruh karangan.
- Alur / plot (jalan cerita)
Alur adalah
jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
Unsur-unsur
alur terdiri dari:
-. Awal cerita
Awal cerita berisi tentang perkenalan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.
-. Konflik
Konflik
adalah ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama, pertentangan antara dua
kekuatan. Baik konflik batin maupun konflik fisik.
-. Perumitan
Pada
perumitan, pertentangan semakin bertambah.
-. Klimaks
Klimaks
merupakan puncak dari konflik.
-. Peleraian
Konflik mulai
mereda dan akhirnya sampailah pada penyelesaian konflik.
Jenis-jenis alur cerita:
-.
Alur maju / alur progresif
Alur
maju yaitu alur yang urutan ceritanya kronologis, beruntun dan menurut waktu
kejadian.
-. Alur mundur / alur
regresif
Alur mundur yaitu
adanya tolehan kembali ke masa lampau (flash back).
-. Alur rapat
Pada alur rapat
terdapat hubungan yang erat antara alur pokok dan alur pembantu.
-. Alur renggang
Pada alur renggang,
hubungan alur pokok dan aur pembantu tidak erat.
- Perwatakan
Perwatakan
adalah penyajian sifat tokoh dan penciptaan citra tokoh yang membedakan satu
tokoh dengan tokoh yang lain.
- Penokohan
Penokohan
yaitu cara pengenalan tokoh. Penokohan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
-. Analitik
Analitik
yaitu pengenalan tokoh secara langsung dengan mendeskripsikan watak tokoh
tersebut.
-. Dramatik
Dramatik
yaitu pengenalan tokoh secara tidak langsung. Tokoh diperkenalkan lewat cerita
yang akan ditampilkan (bisa pula menggunakan dialog).
-. Campuran
Cara pengenalan tokoh dengan
menggunakan cara analitik dan dramatik
Tokoh yang diperkenalkan memiliki empat
sifat, diantaranya:
-. Protagonis
-. Antagonis
-. Pelerai (tritagonis).
-. Pembantu (figuran).
- Setting atau Latar
Latar adalah
segala keterangan mengenai waktu, ruang (tempat kejadian), dan suasana dalam
karya sastra
- Sudut Pandang
Sudut pandang
adalah posisi pencerita dalam membawa kisahan. Sudut pandang dibagi menjadi iga
bagian, yaitu:
-. Sudut pandang orang pertama
Pencerita menjadi tokoh dalam ceritanya (pencerita akuan)
-. Sudut pandang orang kedua
Pencerita menjadi tokoh dalam cerita yang
menceritakan tokoh lain
(pencerita kamuan).
-. Sudut pandang orang ketiga
Pencerita berada di luar cerita (pencerita diaan).
- Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara
pengarang mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang digunakannya.
Unsur Ekstrinsik
Untuk
mengetahui unsur intrinsik kita harus melakukan observasi perbandingan dan
mempelajari riwayat hidup penulis inilah yang tergolong dalam unsur ekstinsik.
Artinya, kalau kita mau menilai sebuah karya sastra, kita juga harus
mempertimbangkan konteks penulis atas karya yang dibuatnya.
Unsur
Ekstrinsk dalam karya sastra sangat banyak, diantaranya yaitu:
-. Biografi pengarang
-. Latar belakang pengarang
-. Kondisi sosial
-. Politik
-. Filsafat
BIOGRAFI DAN
OTOBIOGRAFI
Biografi
adalah suatu alat pengumpul data untuk mengetahui
riwayat hidup seseorang yang ditulis
orang lain.
Otobiografi
adalah alat pengumpul
data untuk mengetahui riwayat hidup seseorang yang ditulis sendiri oleh orang
itu hingga akhir hidupnya.
Bentuk Biografi dan
Otobiografi
Dilihat dari strukturnya dapat
digolongkan menjadi :
1. Bentuk Berstruktur, yaitu
apabila biografi atau otobiografi disusun atau ditulis dengan struktur seperti
yang diminta oleh pengumpul data.
2. Bentuk Tak Berstruktur, yaitu
apabila pengumpul data memberikan kebebasan atau keterbukaan pada individu
dalam menuliskan biografi atau biografi, jadi tidak ada pengarahan tentang
isinya.
PUISI LAMA
A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.Aturan- aturan itu antara lain :
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
B. MACAM-MACAM PUISI LAMA
MANTRA
Mantra
adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya
bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan
kepercayaan.
Contoh:
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung
besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
CIRI-CIRI
GURINDAM:
a. Sajak
akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal
dari Tamil (India)
c. Isinya
merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui
sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu
akan tersesat (a)
Barang siapa
tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah
tiada bertiang ( b )
Jika suami
tiada berhati lurus ( c )
Istri pun
kelak menjadi kurus ( c )
3. SYAIR
Syair adalah
puisi lama yang berasal dari Arab.
CIRI - CIRI
SYAIR :
a. Setiap
bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap
baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a
– a – a – a
d. Isi semua
tidak ada sampiran
e. Berasal
dari Arab
Contoh :
Pada zaman
dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah negeri
yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang
raja nan bijaksana (a)
Negeri
bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas
lagi subur (a)
Rakyat
teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja
tiada terukur (a)
Raja bernama
Darmalaksana (a)
Tampan
rupawan elok parasnya (a)
Adil dan
jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa
tiada tandingnya (a)
4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap
bait terdiri 4 baris
2. Baris 1
dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3
dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a
– b – a – b
5. Setiap
baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal
dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun
(a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada
duduk melamun (a)
Mari kita
membaca sajak (b)
MACAM-MACAM
PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa
sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada
jarum patah
Jangan
dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada
kataku yang salah
Jangan
dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka
adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun
berkait
merupakan
jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a.
Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai
sebagai baris pertama dan ketiga bait
kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait
ketiga
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati
tak kan
rusuh,
Ibu mati
bapak berjalan
Kayu jati
bertimbal jalan,
Turun angin
patahlah dahan
Ibu mati
bapak berjalan,
Ke mana
untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun
adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap
misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu
bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu
bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam
baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri
dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pecan
Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli
belanak pun beli sampiran
Ikan panjang
beli dahulu
Kalau anak
pergi berjalan
Ibu cari
sanak pun cari isi
Induk semang
cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA
:
a. Setiap
bait terdiri dari 2 baris
b. Baris
pertama merupakan sampiran
c. Baris
kedua merupakan isi
d. Bersajak a
– a
e. Setiap
baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu
parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang
sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
2.1. PANTUN
ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya
si kumbang jati
Dibawa itik
pulang petang
Tidak terkata
besar hati
Melihat ibu
sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati
di rama-rama
Ubur-ubur
sampingan dua
Sehidup
semati kita bersama
Satu kubur
kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis
asam gelugur
Kedua asam
riang-riang
Menangis
mayat di pintu kubur
Teringat
badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN
JENAKA
Contoh :
Elok rupanya
pohon belimbing
Tumbuh dekat
pohon mangga
Elok rupanya
berbini sumbing
Biar marah
tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan,
puan cemara
Ambil gelas
di dalam peti
Kalau tuan
bijak laksana
Binatang apa
tanduk di kaki
RAGAM DAN LARAS BAHASA
1. Ragam Dan Laras
Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman,
1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di
dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana
resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa
resmi.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis.
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam
kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang
unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering
timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis
ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki
seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya.
Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing
memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
1.1 Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia
dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku,
yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku
bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa
Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku
bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang
dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa
Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa
Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai
atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya
kosa kata ragam baku
di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa
bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik
dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam
bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi
masyarakat pengguna bahasa Indonesia.
Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang
berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan),
pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi
berdasarkan :
1. Media
pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh
pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada
saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah;
dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di
pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang
tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun
nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran,
teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam
majalah remaja, iklan, atau poster.
2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat
berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam
bahasa baku
lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian,
sedangkan ragam bahasa baku
lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,
dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan
kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan
unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku
lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku
lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda
tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal
atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya
saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam
tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa
tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1. Tata Bahasa
(Bentuk
kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam bahasa lisan :
- Nia sedang
baca surat
kabar
- Ari mau
nulis surat
- Tapi kau
tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka
tinggal di Menteng.
- Jalan
layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan
tanyakan soal itu
.
b. Ragam bahasa Tulis :
- Nia sedang
membaca surat
kabar
- Ari mau
menulis surat
- Namun,
engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat
tinggal di Menteng
- Jalan
layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya
tanyakan soal itu.
2. Kosa kata
Contoh
ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang
kalau kita harus belajar
- Kita harus
bikin karya tulis
- Rasanya
masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani
mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus
membuat karya tulis.
- Rasanya masih
terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi
standar dan nonstandar.
a. ragam standar,
b. ragam
nonstandar,
c. ragam
semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa
kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam
standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata,
peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan
dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi
standar dilakukan berdasarkan :
a. topik yang
sedang dibahas,
b. hubungan
antarpembicara,
c. medium yang
digunakan,
d. lingkungan, atau
e. situasi saat
pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan
nonstandar :
·
penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
·
penggunaan kata tertentu,
·
penggunaan imbuhan,
·
penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
·
penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri
pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang
yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,
Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita
akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita
akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang
sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam
ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu.
Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan
imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan
(preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali
kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu
kejelasan kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki
contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan
pekerjaan itu.
(2a) Mereka
bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan
kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata
ini sering
dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi
standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan
nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi
sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang
nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi
terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke
mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk
menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul,
tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi
ini hanya
ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
SASTRA
Pengertian
Ilmu sastra
adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk sastra. Adapun yang dipelajari dalam
sastra meliputi sejarah sastra, sastrawan dan hasil karyanya, aliran sastra.
Berdasarkan
periodisasi sastranya, H. B. Yasin menyatakan bahwa sastra Indonesia modern lahir pada tahun 1920-an.
Inilah pendapat yang diakui oleh para ahli sastra Indonesia.
Sejarah
sastra Indonesia
dimulai pada abad XX yang diwakili oleh karya pengarang-pengarang Balai Pustaka.
Dengan demikian karya sastra yang dihasilkan sebelum abad ke-20 digolongkan
dalam sastar Melayu.
Ciri Kesusastraan Lama
·
Bersifat Istanasentris
·
Bahasanya klise
·
Terikat oleh syarat-syarat yang telah
mapan
·
Bentuk lebih dipentingkan daripada isi
Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka
·
Ciri umum yang paling menonjol ialah
tujuan atau tendensinya. Hampir seluruh karya sastra Balai Pustaka jelas sekali
tujuan atau tendensinya bersifat mengajar.
·
Genre sastranya meliputi roman, cerpen,
drama, puisi.
·
Isinya meliputi pertentangan paham
antara kaum tua dengan muda, soal kawin paksa, permaduan, kebangsawanan,
pikiran kontara darah kebangsawanan, dsb.
·
Corak lukisannya bersifat romantic
sentimental.
·
Bahasanya : kalimat-kalimatnya masih
banyak menggunakan perbandingan, pepatah, serta ungkapan-ubgkapan klise.
Ciri-ciri Angkatan Pujangga Baru
·
Genre sastranya : roman, novel, cerpen,
esai, kritik, drama, puisi.
·
Isinya meliputi : segala persoalan yang
menjadi cita-cita sesuai dengan semangat kebangunanbangsa Indonesia pada waktu itu misalnya
politik, ekonomi, sosial, filsafat, agama, kebudayaan, dsb.
·
Corak lukisannya bersifat romantic
idealis sebab pada umumnya melukiskan hal-hal yang diangan-angankan. Dan
hal-hal yang diangan-angankan itu ialah cita-cita atau ide yang diperjuangkan
untuk membentuk apa yang baru, yang dibayangkan sebagai hal yang indah
gemilang.
·
Bahasanya : angkatan Pujangga Baru
nenperjuangkan bahasa dari pergaulan modern, perbandingan-perbandingan dan
kiasan-kiasan serba baru, sesuai dengan kepribadian pengarangnya masing-masing.
Dalam buku H. B. Yasin ada juga
disebut Angkatan 42 atau “Angkatan di Masa Jepang” atau “Angkatan Perang Dunia
II” yang dicatatnya mempunyai arti :
1.
Hasrat romantik pada Angkatan 42 lebih
keras, lebih berbentuk dan berakar pada realitas. Jadi sifatnya romantik
realistis.
2.
Hasrat kemerdekaannya bersifat terang
dan tegas menginginkan tanah yang merdeka.
Ciri-ciri Angkatan 45
·
Bercorak realism dan ekspresionisme
·
Diilhami dan dipengaruhi pujangga dunia
(Rusia, Italia)
·
Berpandangan universal
·
Isi lebih dipentingkan daripada bentuk
·
Hasil karya paling banyak muncul :
cerpen, puisi, esai, dan drama
Ciri-ciri Angkatan 66
·
Bercorak realism
·
Bertema protes sosial dan politik
·
Hasil karya yang banyak muncul berbentuk
puisi yang berisikan protes
Perbedaan Angkatan 45 dan Angkatan 66
Angkatan 45
|
Angkatan 66
|
Namanya mulai digunakan oleh
Rosihan Anwar dalam majalah Siasat
|
Namanya mulai digunakan oleh H.
B. Yasin dalam bukunya “Angkatan 66”
|
Isi lebih dipentingkan dan
keindahan bahasa agak diabaikan
|
Isi dan keindahan bahasa
sama-sama dipentingkan
|
Muncul untuk memerangi tata
nilai sastra lama
|
Muncul untuk memerangi
kezaliman orde lama
|
Kelahiran angkatan ditandai
dengan munculnya puisi “Aku” karya Chairil Anwar
|
Kelahiran ditandai dengan
munculnya puisi Taufik Ismail yang berjudul “Tirani dan Benteng”
|
Perbedaan Angkatan 30 dengan angkatan 45
Angkatan 30
|
Angkatan 45
|
Bercorak idealisme
|
Bercorak realisme
|
Karya sastra masih terikat
|
Karya sastra berbentuk bebas
pada kaidahnya
|
Bentuk dan keindahan bahasa
dipentingkan
|
Isi dan nilai estetis lebih
dipentingkan
|
Setting kolonialisme
|
Setting kemerdekaan
|
Dipengaruhi Pujangga Belanda
|
Dipengaruhi Pujangga Dunia
|
Wawancara
Wawancara sangat penting dalam dunia jurnalistik.
Wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan
seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya
jurnalistik.
Wawancara vs reportase
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabnya
adalah tidak.
Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih
luas dari wawancara, sedangkan wawancara adalah salah satu teknik reportase.
Jenis Wawancara
- Man in the street interview. Untuk mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang akan diangkat jadi bahan berita.
- Casual interview. Wawancara mendadak. Jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
- Personality interview. Wawancara terhadap figure-figur public terkenal. Atau orang yang memiliki kebiasaan/prestasi/sifat unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
- News interview. Wawancara untuk memperoleh informasi dari sumber yang mempunyai kredibilitas atau reputasi di bidangnya.
Wawancara yang Baik
Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka
hendaknya diperhatikan hal-hal - antara lain - sebagai berikut:
- Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
- Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
- Jangan mendebat
nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi
sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak
setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus
didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
Contoh yang baik: "Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?"
Contoh yang lebih baik lagi: "Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?"
Contoh yang tidak baik: "Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak." - Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
- Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
- Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
- Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
- Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
- Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, "Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing".
- Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya.
Jenis paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan
kawan-kawan, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga
jenis. Criteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut.
Namun karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga memberikan nama
tersendiri bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan topik letak
kalimat utama sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal tersebut,
jenis paragraf dibedakan sebagai berikut.
1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan
Tujuannya
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan
tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.
(1) Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf
yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam
bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik
minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa
yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
(2) Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah
semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan
terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk
paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu
paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung
pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif,
naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu
perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka
beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian
melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
(3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang
dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain
paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah
karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu
panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial
adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau
betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada
pembacanya.
2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis
paragraf, dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat utama dalam
paragraf sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf
berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan
kawan-kawan(1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama
dalam paragraf.
(1) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan
pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang
berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan
metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal
paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan
yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu
kalimat utama terletak di awal paragraf.
(2) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-enjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal
yang khusus ke hal yang umum.
(3) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan
pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi
pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk
lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada
dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua..
Contoh paragraf campuran seperti dikemukakan oleh Keraf (1989:73):
Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah
bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem. Ungkapan yang khusus pula,
masing-masing lepas terpisah dan tidak bergantung dari yang lain. Sistem
ungkapan tiap bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam
pikiran bangsa yang memiliki bahasa itu kerangka pikiran yang saya sebut di
atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak
membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata kerjanya,
gugus fonem juga tertentu polanya, dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak
mengenal “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti
“lembu”, tetapi ada kata yang berarti “lembu putih”, “lembu merah”, dan
sebagainya. Secara teknis para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai
sistem fonologi, sistem gramatikal, serta pola semantik yang khusus.
(4) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama,
berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf
tersebut. Bentuk ini biasa
digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa
kalimat utama:
Enam
puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak
dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak
kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai
dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa
Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi
ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan
terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya.(Intisari, Feb.1996 dalam Keraf,
1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik
dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau
naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama
penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf
naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang
dibicarakan dalam penelitian in
Resensi
Berasal dari kata re dan esensi
Memiliki dua fungsi :
fungsi perkenalan dan fungsi iklan.
Terdiri atas lima bagian :
- Identitas
Berisi judul buku, penerbit, pengarang, tebal
buku, harga buku, genre buku.
- Sinopsis buku
- Kepengarangan
Berisi gaya bahasa karya2 sebelumnya
- Kritik penulis resensi
- Bahasan Subjektif dari penulis
Surat
Pengertian: jenis karangan paparan yang wujudnya berupa percakapan
tertulis dan digunakan sebagai alat komunikasi.
Fungsi :
1.
Alat komunikasi
2.
Alat bukti tertulis
3.
Alat pengingat
4.
Duta organisasi
5.
Pedoman kerja
Jenis-Jenis:
1. Surat pribadi
Surat yang dikirimkan oleh
keluarga ,kenalan, atau sahabat. Dalam surat
pribadi struktur surat
tidak begitu mengikuti aturan karena sifatny yang pribadi.
2. Surat resmi
Surat yang dikirimkan oleh
kantor pemerintah/swasta kepada kantor pemerintah / dikirimkan oleh seseorang
kepada kantor pemerintah dan sebaliknya
3. Surat niaga
Surat yang berhubungan
dengan masalah perdangangan. Surat
niaga/ perdagangan bersifat resmi juga.
Bagian-bagian Surat
1. Kepala surat
Fungsi kepala surat sebagai indentitas
diri bagi instansti bersangkutan. Hal yang ada dalam kepala surat adalah logo, nama instansi , alamat ,
kode pos, nomor telepon , nomor faksimile,dll.
2. tanggal dan tempat surat
Sebagai
petunjuk tempat dibuatnya surat dan petunjuk
kapan surat itu
dibuat. Tanggal surat harus ditulis sejajar
dengan nomor surat.
Apabila sudah tercantum dalam kepala surat,
nama tempat tidak perlu ditulis lagi.
3. nomor surat
memudahkan
pengarsipan , memudahkan dalam mencari kembali surat , dan sebagai bahan rujukan dalam
surat-menyurat berikutnya.
4. lampiran surat
penunjuk bagi
penerima surat tentang adanya
keterangan-keterangan tambahan selain surat
itu.
5. Hal surat
Memberikan
informasi awal isi surat.
Hal surat dapat
disamakan dengan judul karangan, sehinggal tata penulisannya pun mengikuti cara
penulisan judul karangan.
6. Alamat Surat
Penunjuk
tujuan surat.
Pada umumnya surat
dinas dikirim dengan menggunakan amplop. Maka penulisan alamat surat ada 2, yaitu alamat
luar dan alamat dalam.
7. salam pembuka
penghormatan
terhadapat pihak yang dituju. Salam pembuka tersebut misalnya: dengan hormat.
8. isi surat
fungsi alinea
pembuka sebagai pengantar surat.
Alinea surat
hendaknya membangkitkan niat pembaca untuk membaca.
9. alinea penutup
alinea penutup
harus disesuaikan dengan isi surat.
Di dalamnya bias berupa simpulan , harapan, ucapan terima kasih, atau ucapan
selamat.
10. salam penutup
salam penutup
yang biasa digunakan adalah hormat kami, hormat saya, dan wassalam. Dalam surat dinas biasanya tidak
digunakan salam penutup
11. pengirim surat
pengirim surat adalah pihak yang bertanggung jawab atas penulisan ,
penyampaian surat.
Sebgai bukti pertanggungjawaban pada bagian akhir surat harus dibubuhi tanda tangan.
12. Tembusan Surat
Tembusan surat dibuat jika isi surat tersebut perlu diketahui oleh pihak
lain. Tembusan ditulis di sebelah kiri, lurus vertical dengan nomor surat, lampiran ,dan perihal surat.
Macam-macam surat:
- Surat kuasa
Surat yang diberikan
sebagai limpahan kuasa pada seseorang dari seseorang yang memiliki kuasa.
Struktur:
a.
Judul surat
b.
Nomor surat
c.
Alinea pembuka(indentitas I dan II)
d.
Isi/ tujuan surat
e.
Penutup surat
f.
Nama& tanda tangan
SURAT KUASA
Yang
bertanda tangan di bawah ini
Nama
: (isi nama anda)
Pekerjaan
: (isi pekerjaan anda)
Alamat
: (isi alamat anda)
Dalam
hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasa tersebut di bawah nii,
menerangkan bahwa dengan ini meberi kuasa kepada :
(isi
nama advokat)
Advokat/Asisten
Advokat/Pembela Umum/Asisten Pembela Umum pada Kantor Hukum (isi nama kantor
hukumnya) yang beralamat di (isi alamatnya) yang bertindak secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama
KHUSUS
Untuk
dan atas nama pemberi kuasa mengajukan gugatan di (isi nama pengadilan)
mengenai (isi dengan pokok masalah) terhadap Tn/Ny (isi nama pihak lain)
pekerjaan, bertempat tinggal di
Untuk
itu penerima kuasa diberi hak untuk menghadap di muka Pengadilan serta badan –
badan kehakiman atau pembesar pembesar lainnya, mengajukan permohonan – permohonan
yang perlu, menjalankan perbuatan-perbuatan, atau memberikan keterangan –
keterangan yang menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang
kuasa, menerima dan menandatangani kuitansi – kuitansi, menerima dan melakukan
pembayaran dalam perkara ini, membalas segala perlawanan, mengadakan perdamaian
dengan persetujuan pemberi kuasa dan pada umumnya melakukan hal-hal yang
dianggap perlu oleh penerima kuasa
Surat kuasa ini diberikan
dengan hak substitusi
Jakarta,_________2007
Penerima
Kuasa Pemberi Kuasa
(______________)
(_______________)
- surat lamaran kerja
surat yang berupa
permintaan/lamaran kepada suatu instansti.
Contoh:
Jakarta, 16 Februari 2009
Hal : Lamaran Pekerjaan Kepada Yth.,
Manajer Sumber Daya Manusia
PT. Gilland Ganesha
Jl. Raya Kebon Durian No. 11
Jakarta Timur
Dengan
hormat,
Sesuai
dengan penawaran lowongan pekerjaan dari PT. Gilland Ganesha, seperti yang
termuat di harian Kompas tanggal 14 Februari 2009. Saya mengajukan diri untuk bergabung ke dalam Tim
Marketing di PT. Gilland Ganesha.
Data
singkat saya, seperti berikut ini.
Nama
Tempat & tgl. lahir Pendidikan Akhir Alamat Telepon, HP, e-mail Status Perkawinan |
:
Benny Kasmanto
: Bukit Tinggi, 19 Februari 1976 : Sarjana Manajemen Universitas Islam As-Syafi'iyah (UIA) - Jakarta (Konsentrasi Manajemen Pemasaran) : Perum Bumi Sentosa Blok A.5 Bekasi : 021 - 87914990, 0815 965 5695, benny_kas07@yahoo.co.id : Menikah |
Saya
memiliki kondisi kesehatan yang sangat baik, dan dapat berbahasa Inggris dengan
baik secara lisan maupun tulisan. Latar belakang pendidikan saya sangat
memuaskan serta memiliki kemampuan manajemen dan marketing yang baik. Saya
telah terbiasa bekerja dengan menggunakan komputer. Terutama mengoperasikan
aplikasi paket MS Office, seperti Excel, Word, Acces, PowerPoint, OutLook, juga
internet, maupun surat-menyurat dalam Bahasa Inggris.
Saat
ini saya bekerja sebagai staff Marketing di PT. Hilmy Finance. Saya senang
untuk belajar, dan dapat bekerja secara mandiri maupun dalam tim dengan baik.
Sebagai
bahan pertimbangan, saya lampirkan :
1.
Daftar
Riwayat Hidup.
2.
Foto
copy ijazah S-1 dan transkrip nilai.
3.
Foto
copy sertifikat kursus/pelatihan.
4.
Pas
foto terbaru.
Saya
berharap Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kesempatan
wawancara, sehingga saya dapat menjelaskan secara lebih terperinci tentang
potensi diri saya.
Demikian
surat lamaran
ini, dan terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu.
Benny Kasmanto
Florentina Putri
3.
surat tugas
surat yang diberikan oleh
atasan kepada bawahan, untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan tertentu.
Contoh:
SURAT TUGAS
Nomor: /B.02/03/2008
Berdasarkan Surat Kepala Pusat Pembinaan,
Pendidikan dan Pelatihan Perencana Bappenas Nomor:
1216/P.01/03/2008, tanggal 3 Maret 2008,
Perihal pemanggilan para Calon Peserta Program S2 Luar Negeri –
Pusbindiklatren Bappenas Tahun 2008,
dengan ini kami perintahkan kepada:
Nama : Suroyo
NIP : 3500000932
Pangkat/Gol : Penata Tk.I/III/d
Jabatan : Kasubbid Pengembangan Wilayah
dan Permukiman
Unit Kerja : BAPPEDA Provinsi Kalimantan
Tengah
Instansi : Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
Untuk segera melaksanakan tugas belajar
pada program persiapan bahasa Inggris (EAP) pada :
Perguruan Tinggi : Akan di tentukan
kemudiaan
Tingkat : S2
Terhitung Mulai : 21 April 2008 s.d. 20 September 2008
Lama studi : 5 Bulan
Demikian untuk dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta,
14 Maret 2008
Kepala BAPPEDA PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
Ttd + stempel
(............................)
NIP: ………………..
Tembusan Yth.:
1) Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan
Pelatihan Perencana, Bappenas;
2) PPK PPSDMA Bappenas;
3) Gubenur Kalimantan Tengah di Palangka
Raya;
4) Kepala Kantor Kepegawaian Daerah
Provinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya;
5)
Pertinggal.
Diskusi
Dalam diskusi yang baik, setiap
peserta diskusi hendaknya bersikap aktif selama diskusi berlangsung.
Cara merumuskan gagasan:
- Apa yang hendak disampaikan?
- Untuk tujuan apa kita menyampaikan hal tersebut?
- Bagaimana kita menyampaikan?
- Bagaimana pemilihan kata sehingga mempengaruhi struktur kalimat yang hendak digunakan?
Hal-hal yang harus kita lakukan
sewaktu diskusi:
- mencatat pokok-pokok pembicaraan.
- mencatat hal-hal yan masih kita pertanyakan (hal-hal yang kurang jelas).
- mencatat masalah-masalah yang akan kita tanggapi dgn sanggahan
Untuk menyampaikan suatu
sanggahan yang baik hendaknya:
- menggunakan alasan yang logis untuk memperkuat gagasan.
- didukung dengan fakta.
- menggunakan kalimat efektif.
- memperlihatkan santun berbahasa (tidak menyinggung lawan bicara.)
FORMAT LAPORAN HASIL
PENELITIAN
· Jenis
Kertas : HVS 70 gram ukuran A-4 (21,5cm x 29,7 cm)
· Jenis
huruf : Time New Roman 12 point dengan spasi 1,5 (line spacing
= 1,5 lines)
· Batas kiri
: 4 cm
kanan : 3 cm
atas : 3 cm
bawah : 3 cm
1. Teras (diberi nomor halaman romawi kecil)
Ø Halaman
Kulit (Cover)
Ø Halaman
Judul
Ø Halaman
Identitas dan Pengesahan
Ø Abstrak
(Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
Ø Kata
Pengantar
Ø Ucapan
Terimakasih
Ø Daftar
Isi
Ø Daftar
Tabel, Gambar, Grafik, Diagram, Notasi dan lain-lain (jika ada)
2. Tubuh/Isi (diberi nomor halaman angka arab)
Berikut adalah sebuah
contoh isi dari tubuh laporan penelitian:
Bab I : Pendahuluan
Ø Latar
Belakang
Ø Permasalahan
Ø Tujuan
Penelitian
Ø Manfaat
Penelitian
Ø Hipotesis
(bila Ada)
Ø Ruang
Lingkup Pembahasan
Ø Sistematika
Penyusunan Laporan
Bab II : Tinjauan
Pustaka
Bab III : Metode
Penelitian
Ø Variabel
Penelitian
Ø Teknik
Pengambilan Sample
Ø Teknik
Pengumpulan Data
Ø Pengkodean
(Bila Ada)
Ø Teknik
(Metode) Analisa Data
Bab IV : Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Ø Pengumpulan,
Pengolahan Dan Interpretasi Data
Ø Analisa
Data
Bab V : Kesimpulan Dan
Saran
Ø Kesimpulan
(Merupakan Hasil Analisa, Bukan Ringkasan).
Ø Saran
(Berisi Tindak Lanjut Nyata Atas Kesimpulan Yang Diperoleh).
3. Penutup (diberi nomor halaman angka arab)
Ø Daftar
Pustaka
Ø Lampiran
(jika ada)
Hal-hal yang harus
dipersapkan ketika membuat laporan penelitian:
- Menentukan topik penelitian
- Membatasi topik dan menentukan judul penelitian
- Menentukan masalah dan tujuan penelitian
- Menulis teori yang digunakan dalam penelitian
- Menetapkan metode penelitian
- Menetapkan metode penelitian
Saat menggunakan penelitian
deskriptif, hendaknya anda hendak menjelaskan:
- Sasaran penelitian
- Data yang dikumpulkan
- Cara mengumpulkan data
- Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
Hal-hal yang harus
diperhatikan saat mengumpulkan data:
- Menyiapkan instrumen pengumpulan data. Dengan cara wawancara atau menyebar kuesioner.
- Mencatat data dokumenter yang relevan dan teliti
- Melakukan transkrip data yang berupa data lisan atau merangkum kuesioner.
- Melakukan identifikasi, penyeleksiab, pengklsifikasian, dan pengurutan data yang diperoleh dengan masalah penelitian yang aksn dipecahkan.
- Melakukan analisis data dengan cara menafsirkan maskan setiap kelompok data sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.
Membaca Cepat
Membaca cepat adalah suatu teknik
membaca (membaca diam) dengan proses melihat, memperhatikan, melacak meteri
(selama setu menit), dan mendapat informasi.
Mengukur kecepatan membaca
Kecepatan membaca= Jumlah kata yang dibaca
x 60
Jumlah
detik untuk membaca
Misalnya jumlah kata yang dibaca
2000 kata dalam waktu 400 detik, maka kecepatan membaca adalah:
2000 x 60 = 300 kpm (kata per menit)
400
Menulis Ringkasan
Ringkasan
merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli. Hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat ringkasan adalah tetap mempertahankan urutan isi dan
sudut pandang pengarangnya.Tujuan membuat ringkasan adalah untuk memahami dan
mengetahui isi sebuah karangan atau buku. Latihan membuat ringkasan akan membimbing
dan menuntun kamu agar dapat membaca karangan asli dengan cermat dan bagaimana
harus menuliskannya kembali dengan tepat.
Beberapa
pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur adalah
sebagai berikut.
Membaca Naskah Asli
Penulis ringkasan harus membaca
naskah asli secara keseluruhan untuk mengetahui kesan umum dan maksud
pengarang.
Mencatat Gagasan Utama
Semua gagasan utama atau gagasan
penting dicatat atau ditandai.
Menuliskan Kembali
Penulis menyusun kembali suatu
karangan singkat berdasarkan gagasan utama yang telah dicatat.
Ketentuan tambahan:
-Sebaiknya menggunakan kalimat
tunggal.
-Bila mungkin kalimat disingkat
menjadi frasa, frasa disingkat menjadi kata
-Buang semua paragraf yang
bersifat pelengkap
-Pertahankan gagasan asli
-Bila mengandung dialog, ubalah
ke bahasa tak langsung
-perhatikan panjang ringkasan
yang dibuat
Rangkuman diskusi/Notulen
Format Notulen diskusi adalah
sebagai berikut:
NOTULEN
DISKUSI
Judul diskusi :
______________________________________________
Pembicara :
______________________________________________
Moderator :
______________________________________________
Notulis : ______________________________________________
Waktu dan Tempat :
______________________________________________
Acara :
______________________________________________
a.
Pembukaan :
______________________________________________
(Pembukaan
dilakukan oleh moderator. Isi pembukaan adalah pemjelasan singkat tentang tata
cara diskusi yang dilaksanakan.)
b.
Penyajian :
______________________________________________
(Bagian ini
berisi rangkuman isi makalah yang dibawakan oleh pembicara)
c.
Tanya Jawab : ______________________________________________
(Bagian ini
berisi tanya jawab yang dilakukan antara pembicara dan pesrta diskusi Jalannya tanya jawab diatur oleh moderator.)
Kesimpulan :
______________________________________________
Notulis
(nama)
Paragraf deduktif
Paragraf dengan kalimat utama di
awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang
Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari
sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau
belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal
di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang
tidak dikuasai dicari di buku.
Paragraf induktif:
Kalimat utama terletak di akhir
paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”.
Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar
akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya.
Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar
menjelang Ujian Akhir Nasional
Komentar
KATI ONLINE 온카지노 CASINO · BET OF THE งานออนไลน์ DAY. KATI ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO. KATI 메리트 카지노 ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO. KATI ONLINE CASINO.